Seniman-Politisi Satukan Rasa Dalam Puisi
Kalangan politisi dan seniman konteporer asal Buleleng unjuk kebolehan dalam acara baca puisi dan pementasan karya sastra melalui teaterikal yang digelar di Puri Seni Sasana Budaya Singaraja, Rabu (10/8) malam.
SINGARAJA, NusaBali
Politisi yang naik pentas malam itu, termasuk di antaranya Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna dan Ketua Fraksi PDIP DPRD Buleleng Ni Kadek Turkini.
Pentas seni konteporer berdurasi 3 jam, Rabu malam mulai pukul 20.00 Wita hingga pukul 23.00 Wita ini diselenggaraakn Forum Sastrawan Bali Utara. Selain baca puisi, kegiatan seni malam itu juga diisi penampilan Tari Teaterikal berjudul ‘Siklus’, pertunjukan Teaterikalisasi Puisi, Musikalisasi Puisi, hingga Dramatisasi Cerpen.
Para seniman yang terlibat dalam pentas seni konteporer malam itu, antara lain, I Made Hardika, I Ketut Sindu, Bebug Mahardika, dan Ngurah Parsua. Mereka merupakan penyair ASEAN asal Buleleng yang telah menerbitkan 60 buku. Dramawati Ni Putu Putri Suastini, yang notabene istri dari Ketua DPD PDIP Bali Dr Ir Wayan Koter MM, juga ikut tampil. Bukan hanya itu, akademisi dari Undiksha Singaraja, Dr I Gede Artawan, juga tidak ketinggalan.
Sedangkan politisi yang hadir malam itu didominasi kader PDIP, namun tidak semuanya naik pentas. Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster yang kini anggota Komisi X DPR RI (membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, seni-budaya, pariwisata) juga hadir bersama sederet anggota Fraksi PDIP DPRD Buleleng, seperti Ni Kadek Turkini, Putu Mangku Budiasa, dan Gede Supriatna.
Hanya saja, Mangku Budiasa yang kini Ketua Komisi II DPRD Buleleng, tidak ikut naik pentas, seperti halnya Wayan Koster. Sedangkan politisi yang naik panggung membacakan puisi malam itu adalah Gede Supriatna (kader Banteng asal Desa-/Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Sekretaris DPC PDIP Buleleng sekaligus Ketua DPRD Buleleng) dan Ni Kadek Turkini (Srikandi Politik asal kawasan wisata Lovina, Desa kalibukbuk, Kecamatan Buleleng yang kini Ketua Fraksi PDIP DPRD Buleleng).
Pentas seni malam itu diawali dengan misi menyatukan rasa antara seniman dan politisi, yang selama ini berjarak satu dengan lainnya. Setelah itu, pembacaan puisi pertama dibuka oleh kwartet Made Hardika-Ketut Sindu-Bebug Mahardika-Ngurah Parsua. Dilanjut kemudian Putu Putri Suastini, dramawati yang tampil menggebu-gebu membawakan puisi kenangan dan harapan yang mengundang decak kagum penonton.
Sedangkan sang Ketua Dewan, Gede Supriatna, membawakan sebuah puisi yang me-nggambarkan semangat dan perjuangan sebuah partai. Kadek Turkini juga tak ketinggalan naik panggung, membawakan puisi hasil karyanya sendiri berjudul ‘Selamat Jalan Ayah’.
Pementasan malam itu semakin greng dengan penampilan garapan beragam seni konteporer lainnya. I Nyoman Sugita, seniman asal Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, misalnya, membawakan Tari Teaterikal berjudul ‘Siklus’. Kemudian, ada pertunjukan Teaterikalisasi Puisi yang lebih ekstrem dengan sarana api, dibawa oleh ‘Komunitas Api’ di bawah asuhan Dr Gede Artawan, akademisi dari Undiksha Singaraja.
Selain itu, ditampilkan pula Dramatisasi Cerpen berjudul ‘Perempuan Tua dan Babinya’, serta Musikalisasi Puisi oleh Komunitas Mahima. Sanggar Kampung Seni Banyuning asuhan sutradara Putu Satria Kusuma, juga tak ketinggalan menampilkan garapan apik teater berjudul ‘Tukik Minum’.
Katua Panitia Pelaksana Pentas Seni, Ni Kadek Sonia Piscayanti, mengatakan ide pementasan seni konteporer kolaborasi seniman dan politisi yang untuk pertama kali digelar ini merupakan ide dari Putu Putri Suastini. Gagasan ini langsung disambut oleh Forum Sastrawan Bali Utara. “Sejum lah tokoh elite politik juga mendukungnya,” ujar Kadek Sonia kepada NusaBali.
Sementara itu, Putri Suastini selaku penggagas acara tersebut menyatakan, sastrawan dan politisi memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Namun, hal tersebut dapat disatukan dengan kesatuan rasa sama-sama berjuang, sehingga terjadi satu titik temu.
Putri Suastini pun berharap para elite politik ke depannya dapat memfasilitasi para seniman yang kadang tidak tersentuh dan tak mendapatkan ruang untuk tampil berkreasi dalam sebuah garapan seni. “Acara seperti ini ke depannya agar berlanjut. Misalnya, mengambil momentum Peringatan Hari Sastrawan Buleleng, seperti Gede Darna atau AA Pandji Tisna, sehingga lebih banyak lagi potensi seniman Buleleng dapat diketahui masyarakat,” jelas dramawati yang namanya melejit lewat Drama Klasik dekade 1980-an ini.
Sedangkan anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali, Wayan Koster, mengapresiasi terobosan bersama yang dilakukan para seniman dan politisi melalui pentas seni ko-nteporer malam itu. Koster pun berpesan kepada kalangan politisi yang hadir malam itu untuk tidak alergi kepada seniman, hanya karena sering dikritisi.
Menurut Koster, kritik dari para seniman adalah kritik yang paling jujur. “Harus gandeng terus seniman untuk pembangunan segala aspek,” jelas politisi militan PDIP asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga kandidat Calon Gubernur (Cagub) Bali ke Pilgub 2018 ini.
Politisi bergelar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB Bandung yang notabene suami dari Putri Suastini ini mengaku kagum dengan keberagaman seni yang ditunjukkan para seniman Buleleng. Koster pun berharap pentas seni seperti ini tetap digelar ke depannya, sehingga lebih banyak menggali potensi seni khas Buleleng untuk member warna pembangunan, serta memajukan kebudayaan dan peradaban masyarakat Bali, khususnya Buleleng. * k23
Politisi yang naik pentas malam itu, termasuk di antaranya Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna dan Ketua Fraksi PDIP DPRD Buleleng Ni Kadek Turkini.
Pentas seni konteporer berdurasi 3 jam, Rabu malam mulai pukul 20.00 Wita hingga pukul 23.00 Wita ini diselenggaraakn Forum Sastrawan Bali Utara. Selain baca puisi, kegiatan seni malam itu juga diisi penampilan Tari Teaterikal berjudul ‘Siklus’, pertunjukan Teaterikalisasi Puisi, Musikalisasi Puisi, hingga Dramatisasi Cerpen.
Para seniman yang terlibat dalam pentas seni konteporer malam itu, antara lain, I Made Hardika, I Ketut Sindu, Bebug Mahardika, dan Ngurah Parsua. Mereka merupakan penyair ASEAN asal Buleleng yang telah menerbitkan 60 buku. Dramawati Ni Putu Putri Suastini, yang notabene istri dari Ketua DPD PDIP Bali Dr Ir Wayan Koter MM, juga ikut tampil. Bukan hanya itu, akademisi dari Undiksha Singaraja, Dr I Gede Artawan, juga tidak ketinggalan.
Sedangkan politisi yang hadir malam itu didominasi kader PDIP, namun tidak semuanya naik pentas. Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster yang kini anggota Komisi X DPR RI (membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, seni-budaya, pariwisata) juga hadir bersama sederet anggota Fraksi PDIP DPRD Buleleng, seperti Ni Kadek Turkini, Putu Mangku Budiasa, dan Gede Supriatna.
Hanya saja, Mangku Budiasa yang kini Ketua Komisi II DPRD Buleleng, tidak ikut naik pentas, seperti halnya Wayan Koster. Sedangkan politisi yang naik panggung membacakan puisi malam itu adalah Gede Supriatna (kader Banteng asal Desa-/Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Sekretaris DPC PDIP Buleleng sekaligus Ketua DPRD Buleleng) dan Ni Kadek Turkini (Srikandi Politik asal kawasan wisata Lovina, Desa kalibukbuk, Kecamatan Buleleng yang kini Ketua Fraksi PDIP DPRD Buleleng).
Pentas seni malam itu diawali dengan misi menyatukan rasa antara seniman dan politisi, yang selama ini berjarak satu dengan lainnya. Setelah itu, pembacaan puisi pertama dibuka oleh kwartet Made Hardika-Ketut Sindu-Bebug Mahardika-Ngurah Parsua. Dilanjut kemudian Putu Putri Suastini, dramawati yang tampil menggebu-gebu membawakan puisi kenangan dan harapan yang mengundang decak kagum penonton.
Sedangkan sang Ketua Dewan, Gede Supriatna, membawakan sebuah puisi yang me-nggambarkan semangat dan perjuangan sebuah partai. Kadek Turkini juga tak ketinggalan naik panggung, membawakan puisi hasil karyanya sendiri berjudul ‘Selamat Jalan Ayah’.
Pementasan malam itu semakin greng dengan penampilan garapan beragam seni konteporer lainnya. I Nyoman Sugita, seniman asal Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, misalnya, membawakan Tari Teaterikal berjudul ‘Siklus’. Kemudian, ada pertunjukan Teaterikalisasi Puisi yang lebih ekstrem dengan sarana api, dibawa oleh ‘Komunitas Api’ di bawah asuhan Dr Gede Artawan, akademisi dari Undiksha Singaraja.
Selain itu, ditampilkan pula Dramatisasi Cerpen berjudul ‘Perempuan Tua dan Babinya’, serta Musikalisasi Puisi oleh Komunitas Mahima. Sanggar Kampung Seni Banyuning asuhan sutradara Putu Satria Kusuma, juga tak ketinggalan menampilkan garapan apik teater berjudul ‘Tukik Minum’.
Katua Panitia Pelaksana Pentas Seni, Ni Kadek Sonia Piscayanti, mengatakan ide pementasan seni konteporer kolaborasi seniman dan politisi yang untuk pertama kali digelar ini merupakan ide dari Putu Putri Suastini. Gagasan ini langsung disambut oleh Forum Sastrawan Bali Utara. “Sejum lah tokoh elite politik juga mendukungnya,” ujar Kadek Sonia kepada NusaBali.
Sementara itu, Putri Suastini selaku penggagas acara tersebut menyatakan, sastrawan dan politisi memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Namun, hal tersebut dapat disatukan dengan kesatuan rasa sama-sama berjuang, sehingga terjadi satu titik temu.
Putri Suastini pun berharap para elite politik ke depannya dapat memfasilitasi para seniman yang kadang tidak tersentuh dan tak mendapatkan ruang untuk tampil berkreasi dalam sebuah garapan seni. “Acara seperti ini ke depannya agar berlanjut. Misalnya, mengambil momentum Peringatan Hari Sastrawan Buleleng, seperti Gede Darna atau AA Pandji Tisna, sehingga lebih banyak lagi potensi seniman Buleleng dapat diketahui masyarakat,” jelas dramawati yang namanya melejit lewat Drama Klasik dekade 1980-an ini.
Sedangkan anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali, Wayan Koster, mengapresiasi terobosan bersama yang dilakukan para seniman dan politisi melalui pentas seni ko-nteporer malam itu. Koster pun berpesan kepada kalangan politisi yang hadir malam itu untuk tidak alergi kepada seniman, hanya karena sering dikritisi.
Menurut Koster, kritik dari para seniman adalah kritik yang paling jujur. “Harus gandeng terus seniman untuk pembangunan segala aspek,” jelas politisi militan PDIP asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga kandidat Calon Gubernur (Cagub) Bali ke Pilgub 2018 ini.
Politisi bergelar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB Bandung yang notabene suami dari Putri Suastini ini mengaku kagum dengan keberagaman seni yang ditunjukkan para seniman Buleleng. Koster pun berharap pentas seni seperti ini tetap digelar ke depannya, sehingga lebih banyak menggali potensi seni khas Buleleng untuk member warna pembangunan, serta memajukan kebudayaan dan peradaban masyarakat Bali, khususnya Buleleng. * k23
1
Komentar