Ketug Bumi Diganti Legong Sad Kertih
Setiap Kabupaten/Kota Didanai Rp 225 Juta Garap Pawai Berkualitas
‘Kami mencoba untuk tahun ini tidak lagi menampilkan kesenian yang terlalu berat dan besar, namun mencoba sekarang memakai Legong yang gerakannya lebih melankolis, melambangkan kesejukan”
DENPASAR, NusaBali
Pembukaan pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) yang biasanya rutin diiringi dengan gamelan Ketug Bumi, rencananya akan diganti dengan garapan baru yakni Legong Sad Kertih hasil rekonstruksi maestro tari Ni Ketut Arini. Legong ini akan menjadi pembuka rangkaian pembuka Pawai PKB ke-42 atau yang tahun ini dinamakan Peed Agung pada 13 Juni 2020 mendatang.
Koordinator Tim Kurator PKB 2020, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum mengatakan, hal tersebut bertujuan untuk memberikan nuansa baru kesejukan dan kelembutan jiwa sesuai dengan tema PKB yakni ‘Atma Kertih, Penyucian Jiwa Paripurna’. “Kami mencoba untuk tahun ini tidak lagi menampilkan kesenian yang terlalu berat dan besar, namun mencoba sekarang memakai Legong yang gerakannya lebih melankolis, melambangkan kesejukan, dan gerak-gerak legong yang lincah disesuaikan dengan tema PKB tahun ini,” ujarnya didampingi Kepala Bidang Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Disbud Bali Ni Wayan Sulastriani di sela memimpin rapat persiapan pawai PKB di Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Selasa (11/2).
Dikatakan, Legong Sad Kertih ini merupakan hasil rekonstruksi maestro tari Ni Ketut Arini berdasarkan gaya-gaya palegongan seniman legendaris (alm) I Wayan Rindi. Sejumlah gerakan-gerakan Tari Legong yang mungkin tidak biasa dijumpai dalam Tari Legong saat ini karena memang dalam Legong Sad Kertih merupakan hasil rekonstruksi sejumlah Tari Legong klasik.
“Yang direkonstruksi pose geraknya Pak Rindi, kekayaan ragam geraknya, itulah yang sekarang diangkat oleh Bu Arini untuk menggarap Legong Sad Kertih ini. Nanti ketemu gerakan-gerakan yang unik, yang tidak biasa dilihat oleh penari klasik kita. Ini bisa menjadi sesuatu yang baru,” kata Prof Arya pada acara yang dihadiri perwakilan dinas kebudayaan dari sembilan kabupaten/kota di Bali itu.
Selain Legong Sad Kertih, ada pula yang baru dari pelaksanaan pawai PKB tahun ini. Setiap kabupaten/kota didanai sebesar Rp 225 juta untuk menggarap pawai. Namun untuk mendapatkan dana ini, terlebih dahulu para penggarap berlomba di masing-masing kabupaten/kota. Mereka harus mengikuti penilaian proposal atas penciptaan karya seni untuk tiga kategori garapan yang dilombakan yakni Kategori Garapan Lambang Daerah (Identitas Daerah), Kategori Koreografi Kolaborasi Bertemakan Atma Kerthi, dan Kategori Koreografi Tematik (hasil eksplorasi budaya khas kabupaten/kota). Semuanya dilombakan di tingkat kabupaten/kota.
Selanjutnya, bagi yang menang dalam tiga kategori tersebut, berarti yang memiliki konsep garapan terbaik. Akan ada tim dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang akan menilai sejumlah proposal garapan di setiap kabupaten/kota, untuk ditentukan yang mana yang terbaik dan berhak memperoleh uang untuk garapan Pawai Pesta Kesenian Bali. Untuk Kategori Garapan Lambang Daerah akan mendapatkan hadiah Rp50 juta, Koreografi Kolaborasi Bertemakan Atma Kerthi (Rp100 juta) dan Kategori Koreografi Tematik masing-masing diberikan uang Rp75 juta.
Prof Arya berharap dengan diberikannya dana dari Pemprov Bali senilai lebih dari Rp2 miliar itu, maka sajian yang ditampilkan dalam pawai PKB bisa lebih mantap. "Kriteria pawai harus benar-benar ditepati oleh para penggarap karena di sana banyak mengandung unsur-unsur kreativitas dan penciptaan," ujarnya.
Ditegaskan Prof Arya bahwa pemberian dana ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas garapan yang ditampilkan. Sebab dari hasil evaluasi, peserta pawai PKB selama ini cenderung asal ikut saja. “Alasan mereka mengapa memberikan tampilan yang kurang bagus karena tidak ada atau minim biaya. Nah sekarang karena sudah didanai, kita tentu berharap pawainya lebih mantap dan berkualitas,” tandas Rektor ISI Denpasar, ini. *ind
Koordinator Tim Kurator PKB 2020, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum mengatakan, hal tersebut bertujuan untuk memberikan nuansa baru kesejukan dan kelembutan jiwa sesuai dengan tema PKB yakni ‘Atma Kertih, Penyucian Jiwa Paripurna’. “Kami mencoba untuk tahun ini tidak lagi menampilkan kesenian yang terlalu berat dan besar, namun mencoba sekarang memakai Legong yang gerakannya lebih melankolis, melambangkan kesejukan, dan gerak-gerak legong yang lincah disesuaikan dengan tema PKB tahun ini,” ujarnya didampingi Kepala Bidang Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Disbud Bali Ni Wayan Sulastriani di sela memimpin rapat persiapan pawai PKB di Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Selasa (11/2).
Dikatakan, Legong Sad Kertih ini merupakan hasil rekonstruksi maestro tari Ni Ketut Arini berdasarkan gaya-gaya palegongan seniman legendaris (alm) I Wayan Rindi. Sejumlah gerakan-gerakan Tari Legong yang mungkin tidak biasa dijumpai dalam Tari Legong saat ini karena memang dalam Legong Sad Kertih merupakan hasil rekonstruksi sejumlah Tari Legong klasik.
“Yang direkonstruksi pose geraknya Pak Rindi, kekayaan ragam geraknya, itulah yang sekarang diangkat oleh Bu Arini untuk menggarap Legong Sad Kertih ini. Nanti ketemu gerakan-gerakan yang unik, yang tidak biasa dilihat oleh penari klasik kita. Ini bisa menjadi sesuatu yang baru,” kata Prof Arya pada acara yang dihadiri perwakilan dinas kebudayaan dari sembilan kabupaten/kota di Bali itu.
Selain Legong Sad Kertih, ada pula yang baru dari pelaksanaan pawai PKB tahun ini. Setiap kabupaten/kota didanai sebesar Rp 225 juta untuk menggarap pawai. Namun untuk mendapatkan dana ini, terlebih dahulu para penggarap berlomba di masing-masing kabupaten/kota. Mereka harus mengikuti penilaian proposal atas penciptaan karya seni untuk tiga kategori garapan yang dilombakan yakni Kategori Garapan Lambang Daerah (Identitas Daerah), Kategori Koreografi Kolaborasi Bertemakan Atma Kerthi, dan Kategori Koreografi Tematik (hasil eksplorasi budaya khas kabupaten/kota). Semuanya dilombakan di tingkat kabupaten/kota.
Selanjutnya, bagi yang menang dalam tiga kategori tersebut, berarti yang memiliki konsep garapan terbaik. Akan ada tim dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang akan menilai sejumlah proposal garapan di setiap kabupaten/kota, untuk ditentukan yang mana yang terbaik dan berhak memperoleh uang untuk garapan Pawai Pesta Kesenian Bali. Untuk Kategori Garapan Lambang Daerah akan mendapatkan hadiah Rp50 juta, Koreografi Kolaborasi Bertemakan Atma Kerthi (Rp100 juta) dan Kategori Koreografi Tematik masing-masing diberikan uang Rp75 juta.
Prof Arya berharap dengan diberikannya dana dari Pemprov Bali senilai lebih dari Rp2 miliar itu, maka sajian yang ditampilkan dalam pawai PKB bisa lebih mantap. "Kriteria pawai harus benar-benar ditepati oleh para penggarap karena di sana banyak mengandung unsur-unsur kreativitas dan penciptaan," ujarnya.
Ditegaskan Prof Arya bahwa pemberian dana ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas garapan yang ditampilkan. Sebab dari hasil evaluasi, peserta pawai PKB selama ini cenderung asal ikut saja. “Alasan mereka mengapa memberikan tampilan yang kurang bagus karena tidak ada atau minim biaya. Nah sekarang karena sudah didanai, kita tentu berharap pawainya lebih mantap dan berkualitas,” tandas Rektor ISI Denpasar, ini. *ind
Komentar