Puluhan Babi Mati Mendadak di Bungkulan
Gejalanya singkat, hanya sehari tidak mau makan sudah langsung mati. Padahal warga tidak ada yang salah dalam pemberian pakan.
SINGARAJA, NusaBali
Kasus kematian ternak babi secara mendadak mencuat di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng. Puluhan ekor babi yang dipelihara oleh sejumlah warga di Dusun Dauh Munduk dan Dusun Punduhlo, Desa Bungkulan, mati secara beruntun dalam 10 hari terakhir.
Dinas Peternakan Kabupaten Buleleng, belum dapat memastikan penyebab kematian babi tersebut. Pantauan di dua dusun bertetangga, Dusun Dauh Munduk dan Dusun Punduhlo, Bungkulan, Selasa (11/2/2020) pagi, terdapat sejumlah warga yang memelihara babi rata-rata 10 ekor lebih. Kandang babi yang dibuat tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Babi yang dipelihara rata-rata jenis Saddleback atau babi hitam karena dianggap lebih tahan terhadap penyakit.
Namun dengan kasus kematian babi peliharaan secara mendadak itu, warga pun heran. Apalagi gejalanya singkat, hanya sehari tidak mau makan sudah langsung mati. Padahal warga tidak ada yang salah dalam pemberian pakan. “Babi hitam ini kan kuat dengan serangan penyakit. Tetapi sekarang kok kena juga. Ini beruntun (mati,Red) sejak 10 hari lalu,” kata Nyoman Ariasuta,53, salah seorang peternak babi di Dusun Dauh Munduk.
Ariasuta mengaku, seluruh babinya yang berjumlah 21 ekor telah mati beruntun, hingga seluruhnya kandangnya kosong tidak berisi babi. 21 ekor babi yang mati mendadak itu, 5 ekor indukan, 2 ekor babi dewasa, dan 14 ekor anak babi usia empat hari. Seluruh bangkai babi itu telah dikubur di areal perkebunan milik keluarga Ariasuta.
Gejala utama kematian itu, babi tidak mau makan, badannya panas, tidak bergerak hanya tidur. Ariasuta mengaku telah memanggil dokter hewan untuk pengobatan. Namun babi setelah disutik juga akhirnya mati. “Sekarang semuanya habis, kalau dihitung kerugian sampai Rp 20 juta. Awalnya yang mati itu indukannya yang punya anak 14 ekor, terus merembet. Padahal dari pakan tetap sama seperti biasanya, “ungkap Ariasuta.
Hal senada juga dialami salah seorang warga di Banjar Dinas Punduh Lo, Nyoman Trisna Heriawan. Tiga ekor babi dewasa jenis Saddleback, dengan berat rata-rata 100 kilogram per ekor dengan ciri-ciri yang sama. “Sakitnya cuma sehari, besoknya langsung mati. Dua minggu yang lalu ada dua ekor yang mati. Selang seminggu kemudian, satu ekor lagi mati. Padahal salah satunya sudah ada yang bunting. Sekarang tinggal satu ekor, kondisinya juga sakit,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta tidak menampik adanya kematian babi secara mendadak dan beruntun itu. Namun dia belum dapat memastikan kematian itu akibat virus African Swine Fever (ASF) atau karena penyakit lain. Sebab untuk mengetahui penyebab kematiannya, harus melalui uji lab dari Balai Besar Veteriner Denpasar. “Kami akan mengambil sampelnya untuk dicek dulu. Karena penyebabnya itu kan harus ada hasil uji lab,” jelasnya.
Kendati kasus kematian babi muncul di Buleleng, Sumiarta meminta masyarakat tidak perlu khawatir. Karena penyakit yang menyerang babi tidak akan menular ke manusia. Daging babi masih bisa dikonsumsi selama proses pengolahan dagingnya dilakukan dengan baik dan benar. Untuk mencegah kasus ini menular ke daera lain, Dinas Pertanian Buleleng melalui Tim Reaksi Cepatnya dalam waktu dekat akan turun ke Desa Bungkulan untuk melakukan penyemprotan disinfektan ke kandang-kandang babi milik warga.
“Kami imbau masyarakat yang mau memelihara babi, untuk tidak membeli bibit babi dari daerah yang sudah terkena kasus kematian. Sementara untuk babi yang sudah mati meskipun belum diketahui penyebanya, dagingnya tidak boleh dijual. Harus segera dikubur. Mendekati Galungan kami akan melakukan pengecekan ke peternak dan tempat pemotongan, untuk memastikan daging yang dijual aman,” katanya.*k19
Kasus kematian ternak babi secara mendadak mencuat di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng. Puluhan ekor babi yang dipelihara oleh sejumlah warga di Dusun Dauh Munduk dan Dusun Punduhlo, Desa Bungkulan, mati secara beruntun dalam 10 hari terakhir.
Dinas Peternakan Kabupaten Buleleng, belum dapat memastikan penyebab kematian babi tersebut. Pantauan di dua dusun bertetangga, Dusun Dauh Munduk dan Dusun Punduhlo, Bungkulan, Selasa (11/2/2020) pagi, terdapat sejumlah warga yang memelihara babi rata-rata 10 ekor lebih. Kandang babi yang dibuat tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Babi yang dipelihara rata-rata jenis Saddleback atau babi hitam karena dianggap lebih tahan terhadap penyakit.
Namun dengan kasus kematian babi peliharaan secara mendadak itu, warga pun heran. Apalagi gejalanya singkat, hanya sehari tidak mau makan sudah langsung mati. Padahal warga tidak ada yang salah dalam pemberian pakan. “Babi hitam ini kan kuat dengan serangan penyakit. Tetapi sekarang kok kena juga. Ini beruntun (mati,Red) sejak 10 hari lalu,” kata Nyoman Ariasuta,53, salah seorang peternak babi di Dusun Dauh Munduk.
Ariasuta mengaku, seluruh babinya yang berjumlah 21 ekor telah mati beruntun, hingga seluruhnya kandangnya kosong tidak berisi babi. 21 ekor babi yang mati mendadak itu, 5 ekor indukan, 2 ekor babi dewasa, dan 14 ekor anak babi usia empat hari. Seluruh bangkai babi itu telah dikubur di areal perkebunan milik keluarga Ariasuta.
Gejala utama kematian itu, babi tidak mau makan, badannya panas, tidak bergerak hanya tidur. Ariasuta mengaku telah memanggil dokter hewan untuk pengobatan. Namun babi setelah disutik juga akhirnya mati. “Sekarang semuanya habis, kalau dihitung kerugian sampai Rp 20 juta. Awalnya yang mati itu indukannya yang punya anak 14 ekor, terus merembet. Padahal dari pakan tetap sama seperti biasanya, “ungkap Ariasuta.
Hal senada juga dialami salah seorang warga di Banjar Dinas Punduh Lo, Nyoman Trisna Heriawan. Tiga ekor babi dewasa jenis Saddleback, dengan berat rata-rata 100 kilogram per ekor dengan ciri-ciri yang sama. “Sakitnya cuma sehari, besoknya langsung mati. Dua minggu yang lalu ada dua ekor yang mati. Selang seminggu kemudian, satu ekor lagi mati. Padahal salah satunya sudah ada yang bunting. Sekarang tinggal satu ekor, kondisinya juga sakit,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta tidak menampik adanya kematian babi secara mendadak dan beruntun itu. Namun dia belum dapat memastikan kematian itu akibat virus African Swine Fever (ASF) atau karena penyakit lain. Sebab untuk mengetahui penyebab kematiannya, harus melalui uji lab dari Balai Besar Veteriner Denpasar. “Kami akan mengambil sampelnya untuk dicek dulu. Karena penyebabnya itu kan harus ada hasil uji lab,” jelasnya.
Kendati kasus kematian babi muncul di Buleleng, Sumiarta meminta masyarakat tidak perlu khawatir. Karena penyakit yang menyerang babi tidak akan menular ke manusia. Daging babi masih bisa dikonsumsi selama proses pengolahan dagingnya dilakukan dengan baik dan benar. Untuk mencegah kasus ini menular ke daera lain, Dinas Pertanian Buleleng melalui Tim Reaksi Cepatnya dalam waktu dekat akan turun ke Desa Bungkulan untuk melakukan penyemprotan disinfektan ke kandang-kandang babi milik warga.
“Kami imbau masyarakat yang mau memelihara babi, untuk tidak membeli bibit babi dari daerah yang sudah terkena kasus kematian. Sementara untuk babi yang sudah mati meskipun belum diketahui penyebanya, dagingnya tidak boleh dijual. Harus segera dikubur. Mendekati Galungan kami akan melakukan pengecekan ke peternak dan tempat pemotongan, untuk memastikan daging yang dijual aman,” katanya.*k19
1
Komentar