SMAN 3 Denpasar Raih 1 Emas, 1 Perak, 4 Perunggu Kompetisi Ilmiah di Thailand
SMAN 3 Denpasar mencatat prestasi gemilang dalam kompetisi ilmiah tingkat internasional ‘Thailand Inventors Day 2020’ di Bangkok, 2-6 Februari 2020.
DENPASAR, NusaBali
Kirim 6 tim peneliti muda, SMAN 3 Denpasar berhasil sabet 1 medali emas, 1 perak, dan 4 perunggu. Hebatnya, seluruh 6 tim yang diterjunkan sama-sama pulang dengan kalungan medali.
Tim SMAN 3 Denpasar yang sukses sabet medali emas di Bangkok terdiri I Putu Pranadea Vidya Sagara (siswa Kelas X MIPA 3), Kadek Indira Maheswari (Kelas X MIPA 1), Made Prema Pradnya Prashanti (Kelas X MIPA 1), Ni Putu Saraswati Maharani Devi Dasi (Kelas X MIPA 1), Putu Mirah Wahyu Subagia Putri (Kelas X MIPA 6), Ni Kadek Wid Cahya Paramita (Kelas XI MIPA 2), dan I Putu Agus Ananda Giri Putra (Kelas XI MIPA 8). Tim ini berjaya sabet medali emas berkat penelitian tentang kampas rem non asbestos yang dinamai ‘Orydia’, dengan memanfaatkan sekam padi dan tanah diatom.
Sedangkan kelompok peneliti yang sabet medali perak terdiri dari I Nyoman Nova Aditya (Kelas XI MIPA 5), Agung Sri Anindya Swari (Kelas X IPS 1), Gede Febrian Govinda Tanjung (Kelas X MIPA 7), I Gusti Agung Made Suparta Yasa (Kelas X MIPA 7), I Gusti Ngurah Agung Adi Primantara (Kelas XI MIPA 6), dan Ida Bagus Abiananda Prabaswara (Kelas X MIPA 1). Mereka berjaya berkat penelitian ‘Pemanfaatan cangkang keong mas dan alang-alang sebagai bio-tulang pengganti pen platina’.
Sementara kelompok peraih medali perunggu, antara lain, tim peneliti ‘Kombinasi Serat Limbah Janur dari Tanaman Kelapa dan Pati dari Tongkol Jagung sebagai Biofoam’, yang terdiri dari Ayu Putu Sefina Dewi Candani (Kelas X MIPA 6), Desak Made Yunika Candra Kartika (Kelas X MIPA 6), Ni Nyoman Hita Girindra Wardani (Kelas X MIPA 6), Ni Wayan Kusuma Putri (Kelas X MIPA 6), Ni Wayan Mahayanti Cempaka Bumi (Kelas X MIPA 6), Ni Made Yani Savitri Devi (Kelas XI MIPA 2), dan Ni Putu Diva Iswarani (Kelas XI MIPA 6).
Kemudian, tim peneliti tentang bata ramah lingkungan kombinasi sampah plastik dan sampah botol kaca, yang beranggotakan Gede Dipta Narayana (Kelas XI MIPA 1), Ni Putu Della Puspita Dewi (Kelas XI MIPA 3), Ni Kadek Ninda Nandita Putri (Kelas XI MIPA 5), I Nyoman Lanang Putra Pandu (Kelas XI MIPA 2), Ni Komang Regina Ary Shanty (Kelas XI MIPA 5), dan Ni Pt Mocca Aprilla Avitasari (Kelas XI MIPA 8).
Tim ketiga yang sabet perunggu mengangkat penelitian tentang pemanfaatan sampah label dan cangkang keong mas sebagai komposit. Penelitian ini dibawakan oleh I Nyoman Nova Aditya (siswa Kelas XI MIPA 5), Ni Komang Kartika (Kelas XI MIPA 5), Ni Made Yani Savitri Devi (Kelas XI MIPA 2), Ni Putu Diva Iswarani (Kelas XI MIPA 6), Dewa Ayu Kanianita Sanjaya (Kelas XI MIPA 7), Yadnya Cakra Cyntia Dewi (Kelas XI MIPA 7), dan Ni Putu Chyntia Dian Puspita Sari (Kelas X MIPA 5).
Medali perunggu keempat dipersembahkan tim yang angkat penelitian tentang shampoo anti ketombe dan anti rontok dari kombinasi biji papaya dan buah rambutan, yang beranggotakan Anak Agung Istri Ary Anggreni (Kelas XI MIPA 7), Naufalia Alfina Hidayanti (Kelas XI MIPA 7), I Made Merthayasa (Kelas XI MIPA 7), Ni Wayan Ines Berliana (Kelas XI MIPA7), Ni Nyoman Dewi Arista Nirmala (Kelas XI MIPA 7), I Putu Restu Adi Suputra (Kelas XI MIPA 7), dan Made Prananta Ma-hariva Wijaya (Kelas XI MIPA 7).
Ketua tim peneliti SMAN 3 Denpasar yang sabet meraih medali emas, I Putu Pranadea Vidya Sagara, mengatakan ini adalah kali pertama dia dan rekan-rekannya ikut ajang kompetisi ilmiah tingkat internasional. Pengalaman pertama ini sangat mengesankan, karena langsung sukses sabet medali emas.
“Ada rasa bangga. Nggak sia-sia perjuangan selama melakukan penelitian di sekolah. Sebab, kesulitan kami selama ini adalah mengatur waktu. Karena sekolah kami full day school, kami lanjut melakukan penelitian ini setelah sekolah. Kadang sampai jam 7 malam atau 8 malam baru pulang,” ungkap Putu Pranadea saat ditemui NusaBali di SMAN 3 Denpasar, Rabu (12/2).
Putu Pranadea menyebutkan, dari penelitiannya, sekam padi dan tanah diatom (tanah endapan alga di dasar laut) diketahui berpotensi digunakan sebagai kampas rem non asbestos. Ini karena kandungan Selulosa dari sekam padi dan Kalsium dari tanah diatom. Kedua bahan tersebut dikombinasikan sebagai Orydia.
Menurut Putu Pranadea, penelitiannya telah melalui beberapa uji coba. Di antaranya, uji massa jenis, uji bending, uji keausan, dan uji daya serap air. “Hasilnya, kampas rem yang kami buat lebih kuat dan lebih lentur juga,” katanya. “Sewaktu lomba di Bangkok, kami sempat gerogi karena pertanyaan juri di luar ekspektasi. Tapi, syukurnya kami mampu menjawab dan melewatinya dengan baik, hingga raih medali emas,” lanjut Putu Pranadea.
Sementara, kelompok I Nyoman Nova Aditya cs yang membawakan penelitian tentang pemanfaatan cangkang keong mas dan alang-alang sebagai bio-tulang pengganti pen platina, harus puas dengan medali perak. Kendati demikian, mereka tidak patah semangat. Nova Aditya cs justru termotivasi untuk terus berlomba dengan penelitian yang lebih baik. “Secara umum, juri di sana tertarik dengan penelitian kami. Mereka bilang penelitian ini ide yang bagus,” ujar Nova Aditya.
Dia mengatakan kombinasi cangkang keong mas (pomacea canaliculata) yang mengandung Kalsium Karbonat dan alang-alang (imperata cylindrica) yang mengandung Selulosa, berpotensi menjadi bio tulang pengganti pen platina. Bio tulang ini telah melewati uji tahan benturan, tidak meleleh saat diuji, memiliki sifat tenggelam, memiliki pengantar dingin, pengantar panas, memiliki daya serap air, dan pengembangan tebal terbaik.
“Prosesnya kami hancurkan terlebih dahulu cangkang keong emasnya, lalu dibakar hingga menjadi abu. Kemudian, kami campurkan dengan abu alang-alang yang juga dibakar. Kedua bahan ini kemudian kami campur dengan resin hardener sebagai perekat. Setelah itu dimasukkan ke adonan berbentuk tabung. Baru jadi materialnya,” jelas Nova Aditya.
Sedangkan dua kelompok peneliti lainnya, yakni Tim Ni Putu Diva Iswarani cs dan tim Gede Dipta Narayana cs, harus berlapang dada sabet medali perunggu. Meski demikian, mereka tetap bersyukur karena berhasil pulang membawa medali. *ind
Tim SMAN 3 Denpasar yang sukses sabet medali emas di Bangkok terdiri I Putu Pranadea Vidya Sagara (siswa Kelas X MIPA 3), Kadek Indira Maheswari (Kelas X MIPA 1), Made Prema Pradnya Prashanti (Kelas X MIPA 1), Ni Putu Saraswati Maharani Devi Dasi (Kelas X MIPA 1), Putu Mirah Wahyu Subagia Putri (Kelas X MIPA 6), Ni Kadek Wid Cahya Paramita (Kelas XI MIPA 2), dan I Putu Agus Ananda Giri Putra (Kelas XI MIPA 8). Tim ini berjaya sabet medali emas berkat penelitian tentang kampas rem non asbestos yang dinamai ‘Orydia’, dengan memanfaatkan sekam padi dan tanah diatom.
Sedangkan kelompok peneliti yang sabet medali perak terdiri dari I Nyoman Nova Aditya (Kelas XI MIPA 5), Agung Sri Anindya Swari (Kelas X IPS 1), Gede Febrian Govinda Tanjung (Kelas X MIPA 7), I Gusti Agung Made Suparta Yasa (Kelas X MIPA 7), I Gusti Ngurah Agung Adi Primantara (Kelas XI MIPA 6), dan Ida Bagus Abiananda Prabaswara (Kelas X MIPA 1). Mereka berjaya berkat penelitian ‘Pemanfaatan cangkang keong mas dan alang-alang sebagai bio-tulang pengganti pen platina’.
Sementara kelompok peraih medali perunggu, antara lain, tim peneliti ‘Kombinasi Serat Limbah Janur dari Tanaman Kelapa dan Pati dari Tongkol Jagung sebagai Biofoam’, yang terdiri dari Ayu Putu Sefina Dewi Candani (Kelas X MIPA 6), Desak Made Yunika Candra Kartika (Kelas X MIPA 6), Ni Nyoman Hita Girindra Wardani (Kelas X MIPA 6), Ni Wayan Kusuma Putri (Kelas X MIPA 6), Ni Wayan Mahayanti Cempaka Bumi (Kelas X MIPA 6), Ni Made Yani Savitri Devi (Kelas XI MIPA 2), dan Ni Putu Diva Iswarani (Kelas XI MIPA 6).
Kemudian, tim peneliti tentang bata ramah lingkungan kombinasi sampah plastik dan sampah botol kaca, yang beranggotakan Gede Dipta Narayana (Kelas XI MIPA 1), Ni Putu Della Puspita Dewi (Kelas XI MIPA 3), Ni Kadek Ninda Nandita Putri (Kelas XI MIPA 5), I Nyoman Lanang Putra Pandu (Kelas XI MIPA 2), Ni Komang Regina Ary Shanty (Kelas XI MIPA 5), dan Ni Pt Mocca Aprilla Avitasari (Kelas XI MIPA 8).
Tim ketiga yang sabet perunggu mengangkat penelitian tentang pemanfaatan sampah label dan cangkang keong mas sebagai komposit. Penelitian ini dibawakan oleh I Nyoman Nova Aditya (siswa Kelas XI MIPA 5), Ni Komang Kartika (Kelas XI MIPA 5), Ni Made Yani Savitri Devi (Kelas XI MIPA 2), Ni Putu Diva Iswarani (Kelas XI MIPA 6), Dewa Ayu Kanianita Sanjaya (Kelas XI MIPA 7), Yadnya Cakra Cyntia Dewi (Kelas XI MIPA 7), dan Ni Putu Chyntia Dian Puspita Sari (Kelas X MIPA 5).
Medali perunggu keempat dipersembahkan tim yang angkat penelitian tentang shampoo anti ketombe dan anti rontok dari kombinasi biji papaya dan buah rambutan, yang beranggotakan Anak Agung Istri Ary Anggreni (Kelas XI MIPA 7), Naufalia Alfina Hidayanti (Kelas XI MIPA 7), I Made Merthayasa (Kelas XI MIPA 7), Ni Wayan Ines Berliana (Kelas XI MIPA7), Ni Nyoman Dewi Arista Nirmala (Kelas XI MIPA 7), I Putu Restu Adi Suputra (Kelas XI MIPA 7), dan Made Prananta Ma-hariva Wijaya (Kelas XI MIPA 7).
Ketua tim peneliti SMAN 3 Denpasar yang sabet meraih medali emas, I Putu Pranadea Vidya Sagara, mengatakan ini adalah kali pertama dia dan rekan-rekannya ikut ajang kompetisi ilmiah tingkat internasional. Pengalaman pertama ini sangat mengesankan, karena langsung sukses sabet medali emas.
“Ada rasa bangga. Nggak sia-sia perjuangan selama melakukan penelitian di sekolah. Sebab, kesulitan kami selama ini adalah mengatur waktu. Karena sekolah kami full day school, kami lanjut melakukan penelitian ini setelah sekolah. Kadang sampai jam 7 malam atau 8 malam baru pulang,” ungkap Putu Pranadea saat ditemui NusaBali di SMAN 3 Denpasar, Rabu (12/2).
Putu Pranadea menyebutkan, dari penelitiannya, sekam padi dan tanah diatom (tanah endapan alga di dasar laut) diketahui berpotensi digunakan sebagai kampas rem non asbestos. Ini karena kandungan Selulosa dari sekam padi dan Kalsium dari tanah diatom. Kedua bahan tersebut dikombinasikan sebagai Orydia.
Menurut Putu Pranadea, penelitiannya telah melalui beberapa uji coba. Di antaranya, uji massa jenis, uji bending, uji keausan, dan uji daya serap air. “Hasilnya, kampas rem yang kami buat lebih kuat dan lebih lentur juga,” katanya. “Sewaktu lomba di Bangkok, kami sempat gerogi karena pertanyaan juri di luar ekspektasi. Tapi, syukurnya kami mampu menjawab dan melewatinya dengan baik, hingga raih medali emas,” lanjut Putu Pranadea.
Sementara, kelompok I Nyoman Nova Aditya cs yang membawakan penelitian tentang pemanfaatan cangkang keong mas dan alang-alang sebagai bio-tulang pengganti pen platina, harus puas dengan medali perak. Kendati demikian, mereka tidak patah semangat. Nova Aditya cs justru termotivasi untuk terus berlomba dengan penelitian yang lebih baik. “Secara umum, juri di sana tertarik dengan penelitian kami. Mereka bilang penelitian ini ide yang bagus,” ujar Nova Aditya.
Dia mengatakan kombinasi cangkang keong mas (pomacea canaliculata) yang mengandung Kalsium Karbonat dan alang-alang (imperata cylindrica) yang mengandung Selulosa, berpotensi menjadi bio tulang pengganti pen platina. Bio tulang ini telah melewati uji tahan benturan, tidak meleleh saat diuji, memiliki sifat tenggelam, memiliki pengantar dingin, pengantar panas, memiliki daya serap air, dan pengembangan tebal terbaik.
“Prosesnya kami hancurkan terlebih dahulu cangkang keong emasnya, lalu dibakar hingga menjadi abu. Kemudian, kami campurkan dengan abu alang-alang yang juga dibakar. Kedua bahan ini kemudian kami campur dengan resin hardener sebagai perekat. Setelah itu dimasukkan ke adonan berbentuk tabung. Baru jadi materialnya,” jelas Nova Aditya.
Sedangkan dua kelompok peneliti lainnya, yakni Tim Ni Putu Diva Iswarani cs dan tim Gede Dipta Narayana cs, harus berlapang dada sabet medali perunggu. Meski demikian, mereka tetap bersyukur karena berhasil pulang membawa medali. *ind
Komentar