Ekas Danjen Kopassus Siap Tarung Pilgub
Setelah namanya masuk bursa kandidat Calon Gubernur (Cagub) Bali di sejumlah partai politik, Letjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, 58, menyatakan siap tarung ke Pilgub Bali 2018.
Masuk Bursa, Cok Ace Serahkan ke Partai Saja
DENPASAR, NusaBali
Bahkan, mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus dan Pangdam IX/Udayana ini sudah mulai terjun masimakrama ke tengah-tengah masyarakat.
Kesiapan maju tarung ke Pilgub Bali 2018 ini ditegaskan Wisnu Bawa Tenaya saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Muding, Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Jumat (12/8) pagi. Jenderal Bintang Tiga TNI AD ini mengatakan sudah siap lahir bathin ngayah untuk Bali, karena memang panggilan hati.
Menurut Bawa Tenaya, sekarang dirinya terus membangun komunikasi dengan ma-syarakat dan semua elemen, untuk bisa melapangkan jalan menuju Bali 1 di Pilgub 2018. “Sekarang saya jalan dulu, turun ke masyarakat, komunikasi dengan semua elemen. Saya siap ngayah untuk Bali. Bagi saya, semua komponen harus kerjasama dengan kondisi Pulau Dewata yang tantangannya berat ke depan,” ujar Bawa Tenaya.
Bawa Tenaya menyebutkan, Bali ini memiliki dua sisi, yakni sebagai Pulau Dewata (tuntunan) dan sebagai Pulau Pariwisata (tontonan). “Kalau dulu Bali banyak libur karena turis datang, masyarakat Bali bisa bekerja dan berusaha. Tapi, sekarang bagaimana? Ini tantangan,” papar Jenderal kelahiran Banjar Munggu, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung, 24 April 1958 ini.
Keterpangggilan hati untuk tetap menjaga Bali ini, membuat Bawa Tenaya siap ngayah lahir bathin. “Kita harus tetap menjaga Bali, bagaimana menjaga pura dan puri kita. Supaya kita bisa saling berbagi untuk kesejahteraan masyarakat,” tegas alumnus Akademi Militer (Akmil) 1981 yang jadi menantu keluarga Purti Agung Ubud, Gianyar ini.
Ditanya soal partai politik yang sudah langsung menyampaikan lamaran kepadanya, Bawa Tenaya enggan merincinya. Yang jelas, kata dia, komunikasi dilakukan dengan berbagai elemen. “Saya pokoknya jalan dulu, komunikasi dengan semua orang. Sameton Bali yang paling penting. Kita dekat dengan semua orang, karena tentara itu dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Komunikasi dengan semua partai, kalau beragam ‘kan bagus. Semuanya ada dan lengkap,” kata Bawa Tenaya yang sempat menjadi Koordinatror Staf Ahli Panglima TNI.
Bawa Tenaya mengatakan dirinya tidak mau didorong-dorong, tapi harus didukung untuk bisa memimpin Bali ke depan. “Kita mengalir saja seperti Wisnu perlambang yeh (air). Jangan didorong. Kalau didorong-dorong, malah nyungsep (terjungkal),” kelakarnya.
Bawa Tenaya juga tidak mau over dalam berkomentar, supaya tidak terkesan menepuk dada. Dia menggunakan makna loreng (seragam tentara) yang berarti kebhinne-karagaman. Menurut Bawa Tenaya, tugas pemimpin adalah bekerja tulus ikhlas dan mensejahterakan rakyatnya.
“Dharmaning pemimpin ya tulus ikhlas, kerja keras untuk sejahterakan rakyatnya. Membangun Bali dengan baik. Ane saje ane seken gae (yang benar, yang serius dibuk-tikan). Jiwa kita sederhana, tapi semangat berkobar. De bes (jangan terlalu), tapi the best (berikan yang terbaik). Sekarang saya turun temui masyarakat Bali, menyerap aspirasi,” jelas adik kandung Komisaris Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali, Wisnu Bawa Temaja ini.
Wisnu Bawa Tenaya sendiri merupakan salah satu dari dua Jenderal Bintang Tiga TNI AD yang masuk bursa kandidat Cagub Bali 2018. Satu Jenderal lagi adalah Letjen TNI Wayan Midhio, perwira tinggi asal Desa Serongga, Kecamatan Gianyar yang kini menjabat Rektor Universitas Pertahanan Indonesiia.
Nama Wayan Midhio dan Wisnu Bawa Tenaya muncul sekaligus dalam bursa kandidat Cagub Bali 2018 di internal Fraksi Gerindra dan Fraksi Panca Bayu (NasDem-Hanura-PKPI-PAN) DPRD Bali. Keduanya disasar sebagai kandidat Cagub alternatif di luar Wayan Koster (Ketua DPOD PDIP Bali yang kemungkinan besar akan diusung PDIP sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018) dan Ketut Sudikerta (Ketua DPD I Golkar Bali yang akan diusing Golkar-Demokrat ke Pilgub Bali 2018).
Di internal Fraksi Gerindra dan Fraksi Panca Bayu DPRD Bali, nama Bawa Tenaya dan Wayan Midhio masuk bursa kandidat Cagub Bali bersama sederet tokoh lainnya, seperti IB Rai Dharmawijaya Mantra (Walikota Denpasar dan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace (tokoh Puri Agung Ubud yang mantan Bupati Gianyar 2008-2013).
Sedangkan di internal Golkar-Demokrat, nama Wisnu Bawa Tenaya dan Cok Ace disasar sebagai kandidat Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali pendamping Ketut Sudikerta. Selain mereka, ada sederet tokoh independen lagi yang masuk bursa kandidat Cawagub pendamping Sudikerta. Di antaranya, Tjokorda Ngurah Pemayun (tokoh Puri Madangan, Desa Petak, Kecamatan Gianyar yang kini menjabat sebagai Sekda Provinsi Bali) dan Brigjen Pol (Purn) DBM Dewa Made Suharya (mantan Kapolresta Denpasar).
Sementara itu, mantan Bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha asrdhana Sukawati alias Cok Ace menyatakan dirinya taat dan mengikuti mekanisme partai politik yang akan berproses. “Saya tidak melakukan lobi, karena saya bukan orang partai. Saya sekarang fokus ngayah dulu di masyarakat,” ujar Cok Ace saaat dikonfirmasi NusaBali di sela-sela hadiri acara Ubud Festival, Jumat kemarin.
Menurut Cok Ace, dirinya kini fokus juga sebagai Ketua PHRI Bali yang mengurus masalah pariwisata. Soal dirinya masuk bursa kandidat Cabub dan Cawagub menuju Pilgub Bali di sejumlah parpol, Cok Ace menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme partai. ”Saya serahkan ke partai politik. Sekarang yang muncul sebagai Cagub Bali ada Pak Wayan Koster selaku Ketua DPD PDIP dan Pak Ketut Sudikerta selaku Ketua DPD I Golkar. Ya, serahkan ke beliau-beliau saja. Sedangkan dengan partai gabungan, saya belum sih ada diajak komunikasi. Saya ini siapa sih, nggak punya kekekuatan apa-apa. Kekuasaan juga nggak punya,” tegas tokoh Puri Agung Ubud ini. * nat
DENPASAR, NusaBali
Bahkan, mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus dan Pangdam IX/Udayana ini sudah mulai terjun masimakrama ke tengah-tengah masyarakat.
Kesiapan maju tarung ke Pilgub Bali 2018 ini ditegaskan Wisnu Bawa Tenaya saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Muding, Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Jumat (12/8) pagi. Jenderal Bintang Tiga TNI AD ini mengatakan sudah siap lahir bathin ngayah untuk Bali, karena memang panggilan hati.
Menurut Bawa Tenaya, sekarang dirinya terus membangun komunikasi dengan ma-syarakat dan semua elemen, untuk bisa melapangkan jalan menuju Bali 1 di Pilgub 2018. “Sekarang saya jalan dulu, turun ke masyarakat, komunikasi dengan semua elemen. Saya siap ngayah untuk Bali. Bagi saya, semua komponen harus kerjasama dengan kondisi Pulau Dewata yang tantangannya berat ke depan,” ujar Bawa Tenaya.
Bawa Tenaya menyebutkan, Bali ini memiliki dua sisi, yakni sebagai Pulau Dewata (tuntunan) dan sebagai Pulau Pariwisata (tontonan). “Kalau dulu Bali banyak libur karena turis datang, masyarakat Bali bisa bekerja dan berusaha. Tapi, sekarang bagaimana? Ini tantangan,” papar Jenderal kelahiran Banjar Munggu, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung, 24 April 1958 ini.
Keterpangggilan hati untuk tetap menjaga Bali ini, membuat Bawa Tenaya siap ngayah lahir bathin. “Kita harus tetap menjaga Bali, bagaimana menjaga pura dan puri kita. Supaya kita bisa saling berbagi untuk kesejahteraan masyarakat,” tegas alumnus Akademi Militer (Akmil) 1981 yang jadi menantu keluarga Purti Agung Ubud, Gianyar ini.
Ditanya soal partai politik yang sudah langsung menyampaikan lamaran kepadanya, Bawa Tenaya enggan merincinya. Yang jelas, kata dia, komunikasi dilakukan dengan berbagai elemen. “Saya pokoknya jalan dulu, komunikasi dengan semua orang. Sameton Bali yang paling penting. Kita dekat dengan semua orang, karena tentara itu dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Komunikasi dengan semua partai, kalau beragam ‘kan bagus. Semuanya ada dan lengkap,” kata Bawa Tenaya yang sempat menjadi Koordinatror Staf Ahli Panglima TNI.
Bawa Tenaya mengatakan dirinya tidak mau didorong-dorong, tapi harus didukung untuk bisa memimpin Bali ke depan. “Kita mengalir saja seperti Wisnu perlambang yeh (air). Jangan didorong. Kalau didorong-dorong, malah nyungsep (terjungkal),” kelakarnya.
Bawa Tenaya juga tidak mau over dalam berkomentar, supaya tidak terkesan menepuk dada. Dia menggunakan makna loreng (seragam tentara) yang berarti kebhinne-karagaman. Menurut Bawa Tenaya, tugas pemimpin adalah bekerja tulus ikhlas dan mensejahterakan rakyatnya.
“Dharmaning pemimpin ya tulus ikhlas, kerja keras untuk sejahterakan rakyatnya. Membangun Bali dengan baik. Ane saje ane seken gae (yang benar, yang serius dibuk-tikan). Jiwa kita sederhana, tapi semangat berkobar. De bes (jangan terlalu), tapi the best (berikan yang terbaik). Sekarang saya turun temui masyarakat Bali, menyerap aspirasi,” jelas adik kandung Komisaris Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali, Wisnu Bawa Temaja ini.
Wisnu Bawa Tenaya sendiri merupakan salah satu dari dua Jenderal Bintang Tiga TNI AD yang masuk bursa kandidat Cagub Bali 2018. Satu Jenderal lagi adalah Letjen TNI Wayan Midhio, perwira tinggi asal Desa Serongga, Kecamatan Gianyar yang kini menjabat Rektor Universitas Pertahanan Indonesiia.
Nama Wayan Midhio dan Wisnu Bawa Tenaya muncul sekaligus dalam bursa kandidat Cagub Bali 2018 di internal Fraksi Gerindra dan Fraksi Panca Bayu (NasDem-Hanura-PKPI-PAN) DPRD Bali. Keduanya disasar sebagai kandidat Cagub alternatif di luar Wayan Koster (Ketua DPOD PDIP Bali yang kemungkinan besar akan diusung PDIP sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018) dan Ketut Sudikerta (Ketua DPD I Golkar Bali yang akan diusing Golkar-Demokrat ke Pilgub Bali 2018).
Di internal Fraksi Gerindra dan Fraksi Panca Bayu DPRD Bali, nama Bawa Tenaya dan Wayan Midhio masuk bursa kandidat Cagub Bali bersama sederet tokoh lainnya, seperti IB Rai Dharmawijaya Mantra (Walikota Denpasar dan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace (tokoh Puri Agung Ubud yang mantan Bupati Gianyar 2008-2013).
Sedangkan di internal Golkar-Demokrat, nama Wisnu Bawa Tenaya dan Cok Ace disasar sebagai kandidat Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali pendamping Ketut Sudikerta. Selain mereka, ada sederet tokoh independen lagi yang masuk bursa kandidat Cawagub pendamping Sudikerta. Di antaranya, Tjokorda Ngurah Pemayun (tokoh Puri Madangan, Desa Petak, Kecamatan Gianyar yang kini menjabat sebagai Sekda Provinsi Bali) dan Brigjen Pol (Purn) DBM Dewa Made Suharya (mantan Kapolresta Denpasar).
Sementara itu, mantan Bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha asrdhana Sukawati alias Cok Ace menyatakan dirinya taat dan mengikuti mekanisme partai politik yang akan berproses. “Saya tidak melakukan lobi, karena saya bukan orang partai. Saya sekarang fokus ngayah dulu di masyarakat,” ujar Cok Ace saaat dikonfirmasi NusaBali di sela-sela hadiri acara Ubud Festival, Jumat kemarin.
Menurut Cok Ace, dirinya kini fokus juga sebagai Ketua PHRI Bali yang mengurus masalah pariwisata. Soal dirinya masuk bursa kandidat Cabub dan Cawagub menuju Pilgub Bali di sejumlah parpol, Cok Ace menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme partai. ”Saya serahkan ke partai politik. Sekarang yang muncul sebagai Cagub Bali ada Pak Wayan Koster selaku Ketua DPD PDIP dan Pak Ketut Sudikerta selaku Ketua DPD I Golkar. Ya, serahkan ke beliau-beliau saja. Sedangkan dengan partai gabungan, saya belum sih ada diajak komunikasi. Saya ini siapa sih, nggak punya kekekuatan apa-apa. Kekuasaan juga nggak punya,” tegas tokoh Puri Agung Ubud ini. * nat
Komentar