PKK Gianyar Ikuti Lomba Mesatua Bali
PKK perwakilan tujuh kecamatan se Kabupaten Gianyar mengikuti Lomba Mesatua Bali di Wantilan Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Minggu (16/2).
GIANYAR, NusaBali
Lomba ini sebagai wujud nyata pelestarian budaya Bali, khususnya membangkitkan kebiasaan mendongeng untuk anak-anak. Salah satu juri Ni Wayan Sriyani,SSn MSi mengatakan, saat ini di kalangan ibu-ibu kebiasaan mendongeng untuk anaknya menjelang tidur sudah mulai berkurang. Karena budaya mesatua sudah dikalahkan oleh maraknya pemakaian gadget. Melalui perayaan Bulan Bahasa Bali, lomba ini bertujuan untuk membangkitkan kembali dongeng-dogeng tradisional Bali. Karena dongeng tersebut sarat nilai-nilai luhur yang patut dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam lomba ini, lanjut Sriyani, setiap peserta wajib membawakan cerita atau satua berbahasa Bali. Judul cerita bisa dipilih sesuai minat dan cerita yang berkembang di masyarakat. Peserta bercerita 10 - 15 menit.
Selaina Sriyani, lonba ini melibatkan juri Ni Made Widiastuti SE dan Pasek Dek Agus Sudianta SAg MPd. Kriteria penilaian yakni keutuhan cerita, vokal (kekuatan/ketepatan ucapan, variasi bunyi, dan nada), kemampuan bercerita (penampilan, penguasaan ruang, narasi, dan karakter). Penghayatan (ekspresi, mimic, dan gerak) dan bahasa (anggah-ungguhing basa, kelengutan basa). "Mesatua bahasa Bali kedengarannya mudah, tapi sejatinya sangat sulit dilakukan. Bagaimana kita bisa mengekspresikan sebuah cerita lewat vokal maupun ekspresi sehingga anak-anak tertarik untuk mendengarnya," ujar Sriyani. Apalagi mendongeng dengan menggunakan bahasa Bali merupakan tantangan tersendiri.
Pada tempat yang sama, sebelum Lomba Mesatua diadakan Lomba Mapidarta berbahasa Bali yang diikuti oleh bendesa adat se-Kabupaten Gianyar. Lomba ini bertema Nyujur Jiwa Paripurna Malarapan Antuk Bulan Bahasa Bali.*nvi
Dalam lomba ini, lanjut Sriyani, setiap peserta wajib membawakan cerita atau satua berbahasa Bali. Judul cerita bisa dipilih sesuai minat dan cerita yang berkembang di masyarakat. Peserta bercerita 10 - 15 menit.
Selaina Sriyani, lonba ini melibatkan juri Ni Made Widiastuti SE dan Pasek Dek Agus Sudianta SAg MPd. Kriteria penilaian yakni keutuhan cerita, vokal (kekuatan/ketepatan ucapan, variasi bunyi, dan nada), kemampuan bercerita (penampilan, penguasaan ruang, narasi, dan karakter). Penghayatan (ekspresi, mimic, dan gerak) dan bahasa (anggah-ungguhing basa, kelengutan basa). "Mesatua bahasa Bali kedengarannya mudah, tapi sejatinya sangat sulit dilakukan. Bagaimana kita bisa mengekspresikan sebuah cerita lewat vokal maupun ekspresi sehingga anak-anak tertarik untuk mendengarnya," ujar Sriyani. Apalagi mendongeng dengan menggunakan bahasa Bali merupakan tantangan tersendiri.
Pada tempat yang sama, sebelum Lomba Mesatua diadakan Lomba Mapidarta berbahasa Bali yang diikuti oleh bendesa adat se-Kabupaten Gianyar. Lomba ini bertema Nyujur Jiwa Paripurna Malarapan Antuk Bulan Bahasa Bali.*nvi
1
Komentar