Bangunan Embung Jebol, Air Terjang Pura Dadia
Sebuah bangunan embung (danau buatan penampung air hujan) yang baru tuntas dibangun Januari 2015 di lereng Gunung Agung wilayah Banjar Untalan, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, mendadak jebol, Minggu (14/8) dinihari sekitar pukul 02.00 Wita.
AMLAPURA, NusaBali
Akibatnya, sebuah Pura Dadia yang berada di wilayah bawah bangunan embung tertimbun material longsoran.Embung yang mendadak jebol, diduga karena struktur tanah laibil akibat guyran hujan sejak Sabtu (13/8), ini luasnya mencapai 80 meter x 20 meter, dengan kedalaman mencapai 6 meter. Artinya, embung ini mampu menampung 9.600 meter kubik air. Ba-ngunan embung jebol di sisi selatan, dengan lebar 12 meter dan ketinggian 6 meter.
Tidak ada yang tahu persis bagaimana jebolnya bangunan embung senilai Rp 3 miliar yang merupakan proyek pemerintah pusat ini. Diperkirakan, bangunan embung ambruk Minggu dinihari sekitar pukul 02.00 Wita, hingga menumpahkan ribuan meter kubik air. Akibatnya, Pura Dadia Dukuh, Banjar Untalan, Desa Pakraman Jungutan yang posisinya di bawah bangunan embung pun porakporanda.
Hingga Minggu kemarin, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengaku belum mendapatkan laporan terkait ambruknya embung di lereng Gunung Agung kawasan Desa Jungutan ini. Karenanya, IB Arimbawa belum bisa memberikan keterangan rinci. “Di mana lokasi embung itu, saya juga tidak tahu,” kilah IB Arimbawa saat dikonfirmasi NusaBali.
Sedangkan Kepala Desa (Perbekel) Jungutan, I Wayan Wastika, mengakui pihaknya dapat laporan embung jebol melalui SMS. Pesan singkat tersebut diterima dari Kelian Banjar Untalan, I Komang Sudiarsa. “Saya sendiri belum mengetahui persis seperti apa embung itu jebol. Saya baru sebatas dapat laporan melalui SMS yang menyebutkan embung di Banjar Untalan ambruk. Rencananya, besok (hari ini) saya terjun ke lokasi,” ujar Perbekel Wayan Wastika.
Embung yang jebol di lereng Gunung Agung pada ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut (Dpl) ini dibangun untuk melayani kebutuhan air baku bagi masyarakat Banjar Untalan, Desa Jungutan dan sekitarnya. Embung ini menampung air hujan dari lereng Gunung Agung yang dialairkan lewat sungau-sungai yang ada.
Sejak selesai dibangun Januari 2015, embung ini belum dioperasikan dan masih tahap ujicoba. Informasi yang dihimpun NusaBali, embung yang mampu kenampung 9.600 meter kubik air jika terisi penuh ini rencananya akan diserahterimakan pengelolaannya ke Banjar Untalan, Desa Jungut Batu.
Hanya saja, sejauh ini belum dibentuk kelompok, sehingga serahterima pengelolaan dari pemerintah pun ditunda. Lagipula, jaringan pipa untuk mengalirkan air dari embung ke pemukiman penduduk juga belum ada. Jaringan pipa tersebut saat ini masih dalam proses pengerjaan, dengan biaya sekitar Rp 389,25 juta. Biayanya bersumber dri Dana Alokasi Khusus (DAK), setelah tender tuntas diikuti 17 rekanan. * k16
Tidak ada yang tahu persis bagaimana jebolnya bangunan embung senilai Rp 3 miliar yang merupakan proyek pemerintah pusat ini. Diperkirakan, bangunan embung ambruk Minggu dinihari sekitar pukul 02.00 Wita, hingga menumpahkan ribuan meter kubik air. Akibatnya, Pura Dadia Dukuh, Banjar Untalan, Desa Pakraman Jungutan yang posisinya di bawah bangunan embung pun porakporanda.
Hingga Minggu kemarin, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengaku belum mendapatkan laporan terkait ambruknya embung di lereng Gunung Agung kawasan Desa Jungutan ini. Karenanya, IB Arimbawa belum bisa memberikan keterangan rinci. “Di mana lokasi embung itu, saya juga tidak tahu,” kilah IB Arimbawa saat dikonfirmasi NusaBali.
Sedangkan Kepala Desa (Perbekel) Jungutan, I Wayan Wastika, mengakui pihaknya dapat laporan embung jebol melalui SMS. Pesan singkat tersebut diterima dari Kelian Banjar Untalan, I Komang Sudiarsa. “Saya sendiri belum mengetahui persis seperti apa embung itu jebol. Saya baru sebatas dapat laporan melalui SMS yang menyebutkan embung di Banjar Untalan ambruk. Rencananya, besok (hari ini) saya terjun ke lokasi,” ujar Perbekel Wayan Wastika.
Embung yang jebol di lereng Gunung Agung pada ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut (Dpl) ini dibangun untuk melayani kebutuhan air baku bagi masyarakat Banjar Untalan, Desa Jungutan dan sekitarnya. Embung ini menampung air hujan dari lereng Gunung Agung yang dialairkan lewat sungau-sungai yang ada.
Sejak selesai dibangun Januari 2015, embung ini belum dioperasikan dan masih tahap ujicoba. Informasi yang dihimpun NusaBali, embung yang mampu kenampung 9.600 meter kubik air jika terisi penuh ini rencananya akan diserahterimakan pengelolaannya ke Banjar Untalan, Desa Jungut Batu.
Hanya saja, sejauh ini belum dibentuk kelompok, sehingga serahterima pengelolaan dari pemerintah pun ditunda. Lagipula, jaringan pipa untuk mengalirkan air dari embung ke pemukiman penduduk juga belum ada. Jaringan pipa tersebut saat ini masih dalam proses pengerjaan, dengan biaya sekitar Rp 389,25 juta. Biayanya bersumber dri Dana Alokasi Khusus (DAK), setelah tender tuntas diikuti 17 rekanan. * k16
Komentar