Putra Sulung Winasa Mendadak Muncul di Bursa Cabup Jembrana
Disiapkan Program dari Rutan Negara, Didorong Tarung Pilkada Lewat KJM
Putra sulung mantan Bupati Jembrana (2000-2005, 2005-2010) I Gede Winasa, I Gede Ngurah Patriana Krisna, mendadak masuk ke bursa sebagai Calon Bupati (Cabup) atau Calon Wakil Bupati (Cawabup) Jembrana di Pilkada 2020.
NEGARA, NusaBali
Patriana Krisna didorong maju tarung ke Pilkada Jembrana 2020 melalui Koalisi Jembrana Maju (Golkar-Gerindra-Demokrat-PPP-NasDem-Perindo-PKS).
Adalah Wakil Ketua Bidang Pemuda DPD Hanura Bali, I Komang Adiyasa, yang mendorong Patriana Krisna maju tarung ke Pilkada 2020 melalui Koalisi Jembrana Maju (KJM). Selain dianggap punya kemampuan dan basis pendukung, Patriana Krisna juga dimunculkan sebagai representasi tokoh muda dari wilayah Kecamatan Mendoyo, Jembrana.
Berdasarkan survei yang dilakukannya secara langsung di masyarakat maupun lewat media sosial, kata Adiyasa, masyarakat sangat berharap pencalonan Patriana Krisna yang notabene penerus Gede Winasa. “Saya sudah survei. Respons publik sangat luar biasa. Bahkan, ada yang sampai minta biar saya berpaket dengan I Pat (panggilan Patriana Krisna, Red). Tetapi, itu rasanya tidak mungkin. Masa dua-duanya orang Kecamatan Mendoyo?” ujar Adiyasa yang juga mendaftar nyalon ke Pilkada Jembrana 2020 melalui KJM kepada NusaBali di Negara, Minggu (23/2).
Meskipun Patriana Krisna tidak mendaftar sebagai bakal calon di partai mana pun, menurut Adiyasa, yang bersangkutan tetap akan menjadi penentu kemenangan di Pilkada Jembrana 2020. Patriana Krisna tidak harus sebagai Cabup, cukup tempati posisi Cawabup. Adiyasa yakin masyarakat Jembrana yang merindukan era kepimpinan Gede Winasa akan mendukung Patriana.
“Ini tentu akan menjadi amunisi yang sangat besar. Kalaupun nanti diminta paling tidak didaftarkan, saya yang juga ikut mendaftar di KJM, saya sangat siap menyerahkan status pendaftara saya untuk I Pat. Dan saya sangat-sangat legowo kalau I Pat yang maju,” kata Adiyasa, yang partainya (Hanura) justru dukung PDIP di Pilkada Jembrana 2020.
Adiyasa mengaku sudah berbicara langsung dengan Patriana Krisna dan Gede Winasa. Menurut Adiyasa, Patriana yang kini berstatus sebagai PNS Pemkot Kediri, Jawa Timur menyerahkan keputusan kepada sang ayah, Gede Winasa (yang kini mendekam di Rutan Negara).
Sedangkan dari Winasa sendiri, kata Adiyasa, sangat mendukung Patriana dimunculkan sebagai Cabup atau Cawabup Jembrana. Patriana bisa menjalankan program-program yang dirancang Winasa selama berada di Rutan Negara selaku terpidana kasus korupsi. “Pak Winasa sudah membuat berbagai rancangan program untuk Jembrana,” jelas Adiyasa yang notabene masih keponakan Winasa.
Sementara itu, Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, yang bertindak selaku koordinator KJM, mengaku belum ada menerima secara langsung aspirasi untuk ikut menggodok Patriana Krisna sebagai kandidat calon. Saat ini, kata Suardana, survei kandidat terdaftar di KJM sudah berjalan. Kandidat favorit yang mendaftar dan disurvei KJM adalah I Nengah Tamba, politisi senior Demokrat asal desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana mantan Ketua Komisi III DPRD Bali 2014-2019.
“Memang saya sendiri melihat kalau elektabilitas Pak Winasa sampai saat ini masih sangat tinggi. Termasuk melihat ada dorongan kepada si Patriana Krisna. Tetapi, kenapa baru sekarang? Proses-proses sudah jalan. Harusnya lebih awal,” ujar Suardana saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarin.
Suardana mengaku, sesuai dengan kesepakatan partai-partai di KJM, intinya tetap ingin memunculkan calon yang terbaik. Bisa saja digelar pleno bersama koalisi, untuk membuat kesepakatan, apakah perlu menggodok nama Patriana Krisna yang tidak ikut mendaftar? “Kita tidak bisa memutuskan sendiri. Ini harus diplenokan bersama teman-teman di koalisi. Tetapi, kami di koalisi sangat terbuka, intinya ingin memunculkan calon yang terbaik,” tegas Suardana yang juga aggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Jembrana.
Gede Ngurah Patriana Krisna sendiri bukan orang baru di pentas pilitik Pilkada. Jauh sebelumnya, putra sulung mantan Bupati Winasa ini sempat maju tarung sebagai Cabup di Pilkada Jembrana 2010. Kala itu, Patriana Krisna maju berpaket dengan I Ketut Subanda di posisi Cawabup.
Pasangan Patriana-Subanda yang diusung Golkar-Demokrat kala itu, tarung segi empat melawan I Putu Artha-I Made Kembang Hartawan (diusung PDIP), IGM Kartikajaya-IGN Cipta Negara (diusung koalisi 12 parpol gurem), dan Wayan Dendra-Ketut Sumantra (diusung koalisi PN-BKI-PKB-PIB). Sayangnya, Patriana-Subanda yang berstatus semi incumbent karena Gede Winasa baru lengser dari kursi Bupati, harus puas berada di posisi kedua hasil Pilkada Jembrana, Desember 2010.
Ketika itu, pasangan Putu Artha-Kembang Hartawan mendominasi 67.-870 suara atau sekitar 44 persen dari total 153.106 suara sah. Sedangkan Patriana-Subanda membayangi di posisi kedua dengan raihan 47.693 suara atau kisaran 31 persen. Disusul kemudian pasangan Kartikajaya-Cipta Negara di peringkat tiga dengan 34.528 suara (23 persen), dan Dendra-Sumantra sebagai juru kunci dengan 3.015 suara (sekitar 2 persen). *ode,nar
Adalah Wakil Ketua Bidang Pemuda DPD Hanura Bali, I Komang Adiyasa, yang mendorong Patriana Krisna maju tarung ke Pilkada 2020 melalui Koalisi Jembrana Maju (KJM). Selain dianggap punya kemampuan dan basis pendukung, Patriana Krisna juga dimunculkan sebagai representasi tokoh muda dari wilayah Kecamatan Mendoyo, Jembrana.
Berdasarkan survei yang dilakukannya secara langsung di masyarakat maupun lewat media sosial, kata Adiyasa, masyarakat sangat berharap pencalonan Patriana Krisna yang notabene penerus Gede Winasa. “Saya sudah survei. Respons publik sangat luar biasa. Bahkan, ada yang sampai minta biar saya berpaket dengan I Pat (panggilan Patriana Krisna, Red). Tetapi, itu rasanya tidak mungkin. Masa dua-duanya orang Kecamatan Mendoyo?” ujar Adiyasa yang juga mendaftar nyalon ke Pilkada Jembrana 2020 melalui KJM kepada NusaBali di Negara, Minggu (23/2).
Meskipun Patriana Krisna tidak mendaftar sebagai bakal calon di partai mana pun, menurut Adiyasa, yang bersangkutan tetap akan menjadi penentu kemenangan di Pilkada Jembrana 2020. Patriana Krisna tidak harus sebagai Cabup, cukup tempati posisi Cawabup. Adiyasa yakin masyarakat Jembrana yang merindukan era kepimpinan Gede Winasa akan mendukung Patriana.
“Ini tentu akan menjadi amunisi yang sangat besar. Kalaupun nanti diminta paling tidak didaftarkan, saya yang juga ikut mendaftar di KJM, saya sangat siap menyerahkan status pendaftara saya untuk I Pat. Dan saya sangat-sangat legowo kalau I Pat yang maju,” kata Adiyasa, yang partainya (Hanura) justru dukung PDIP di Pilkada Jembrana 2020.
Adiyasa mengaku sudah berbicara langsung dengan Patriana Krisna dan Gede Winasa. Menurut Adiyasa, Patriana yang kini berstatus sebagai PNS Pemkot Kediri, Jawa Timur menyerahkan keputusan kepada sang ayah, Gede Winasa (yang kini mendekam di Rutan Negara).
Sedangkan dari Winasa sendiri, kata Adiyasa, sangat mendukung Patriana dimunculkan sebagai Cabup atau Cawabup Jembrana. Patriana bisa menjalankan program-program yang dirancang Winasa selama berada di Rutan Negara selaku terpidana kasus korupsi. “Pak Winasa sudah membuat berbagai rancangan program untuk Jembrana,” jelas Adiyasa yang notabene masih keponakan Winasa.
Sementara itu, Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, yang bertindak selaku koordinator KJM, mengaku belum ada menerima secara langsung aspirasi untuk ikut menggodok Patriana Krisna sebagai kandidat calon. Saat ini, kata Suardana, survei kandidat terdaftar di KJM sudah berjalan. Kandidat favorit yang mendaftar dan disurvei KJM adalah I Nengah Tamba, politisi senior Demokrat asal desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana mantan Ketua Komisi III DPRD Bali 2014-2019.
“Memang saya sendiri melihat kalau elektabilitas Pak Winasa sampai saat ini masih sangat tinggi. Termasuk melihat ada dorongan kepada si Patriana Krisna. Tetapi, kenapa baru sekarang? Proses-proses sudah jalan. Harusnya lebih awal,” ujar Suardana saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarin.
Suardana mengaku, sesuai dengan kesepakatan partai-partai di KJM, intinya tetap ingin memunculkan calon yang terbaik. Bisa saja digelar pleno bersama koalisi, untuk membuat kesepakatan, apakah perlu menggodok nama Patriana Krisna yang tidak ikut mendaftar? “Kita tidak bisa memutuskan sendiri. Ini harus diplenokan bersama teman-teman di koalisi. Tetapi, kami di koalisi sangat terbuka, intinya ingin memunculkan calon yang terbaik,” tegas Suardana yang juga aggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Jembrana.
Gede Ngurah Patriana Krisna sendiri bukan orang baru di pentas pilitik Pilkada. Jauh sebelumnya, putra sulung mantan Bupati Winasa ini sempat maju tarung sebagai Cabup di Pilkada Jembrana 2010. Kala itu, Patriana Krisna maju berpaket dengan I Ketut Subanda di posisi Cawabup.
Pasangan Patriana-Subanda yang diusung Golkar-Demokrat kala itu, tarung segi empat melawan I Putu Artha-I Made Kembang Hartawan (diusung PDIP), IGM Kartikajaya-IGN Cipta Negara (diusung koalisi 12 parpol gurem), dan Wayan Dendra-Ketut Sumantra (diusung koalisi PN-BKI-PKB-PIB). Sayangnya, Patriana-Subanda yang berstatus semi incumbent karena Gede Winasa baru lengser dari kursi Bupati, harus puas berada di posisi kedua hasil Pilkada Jembrana, Desember 2010.
Ketika itu, pasangan Putu Artha-Kembang Hartawan mendominasi 67.-870 suara atau sekitar 44 persen dari total 153.106 suara sah. Sedangkan Patriana-Subanda membayangi di posisi kedua dengan raihan 47.693 suara atau kisaran 31 persen. Disusul kemudian pasangan Kartikajaya-Cipta Negara di peringkat tiga dengan 34.528 suara (23 persen), dan Dendra-Sumantra sebagai juru kunci dengan 3.015 suara (sekitar 2 persen). *ode,nar
Komentar