Agar Cepat Hamil Disarankan 'Bercinta' Setiap Dua Hari Sekali
Ingin segera memiliki buah hati adalah dambaan setiap pasangan yang baru saja menikah.
DENPASAR, NusaBali
Ada yang langsung bisa hamil, namun ada juga yang belum dikaruniai anak meski sudah belasan tahun menikah. Gangguan kesuburan yang dipicu oleh berbagai hal menjadi salah satu bahan diskusi ‘Teknik Reproduksi Berbantu Meningkatkan Peluang Kehamilan’ yang diselenggarakan RSIA Puri Bunda serangkaian memperingati 3 tahun berjalannya Unit Layanan Reproduksi Wija Insan Nugraha, di Hotel Neo Denpasar, Minggu (23/2).
Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 50 pasangan muda ini juga terungkap untuk program hamil normal, pasutri disarankan melakukan hubungan seksual rutin setiap dua hari sekali.
Diskusi menghadirkan tiga narasumber yakni Dr dr AAN Anantasika SpOG (K) yang berbicara tentang penanganan infertilitas paripurna, dr Yukhi Kurniawan SpAnd (K) yang membawakan materi penanganan infertilitas pria, dan dr Jaqueline Sudirman PhD tentang perkembangan embrio pada bayi tabung. Diskusi dipandu oleh moderator dr Made Suyasa Jaya SpOG (K). Puluhan pasangan suami istri terlihat antusias menyimak materi yang diberikan oleh para narasumber tersebut.
Menurut Ketua Tim Unit Layanan Reproduksi Wija Insan Nugraha, Dr dr AAN Anantasika SpOG (K), berdasarkan penelitian yang ada menyebutkan, dari 100 pasangan muda yang baru menikah selama satu tahun, sebanyak 15 persen di antaranya tidak berhasil hamil. Bahkan saat ini ada kecenderungan tren tersebut meningkat. “Kalau kita lihat angka (persentase) memang angka 15 persen ini sudah sejak dari dulu. 15 persen dari pasangan muda akan mengalami sulit hamil. Tapi jika melihat perkembangan sekarang, tren itu bisa jadi akan meningkat,” ujarnya di sela diskusi.
Perubahan pola dan gaya hidup juga dinilai memicu gangguan keseuburan. Mulai dari masalah obesitas, gaya hidup merokok dan minum alkohol, gizi makanan yang tidak sehat dan tidak seimbang, polusi, dan gaya hidup yang buruk lainnya. Intinya dia menekankan gaya hidup sehat. “Pola hidup yang sehat akan menunjang semuanya, termasuk kesuburan. Termasuk juga gaya hidup berpacaran yang sehat, tidak berganti pasangan. Intinya akan mempengaruhi kesehatan reproduksi secara umum,” kata dokter yang hobi menyanyi ini.
Untuk program hamil normal, ada beberapa saran yang diberikan dr Anantasika. Misalnya, pada masa subur disarankan selang dua hari sekali melakukan hubungan seksual. “Masalah waktu (berhubungan) boleh saja pagi, siang, atau malam, tergantung kapan pasangan itu memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Asalkan sama jadwalnya. Misalnya jadwal pertama pagi hari, dua harinya pagi juga. Kalau jadwal pertama pagi, dua hari kemudian malam, ada jeda yang lama. Lebih kecil kemungkinan hamilnya,” jelasnya.
Untuk pasangan yang baru menikah setahun, kehamilan umumnya terjadi pada enam bulan pertama pernikahan. Sebanyak 30 persen hamil dalam 3 bulan pertama pernikahan, dan 50 persen hamil pada 5 bulan pertama pernikahan. Dr Anantasika menyarankan, untuk pasangan muda sebaiknya memang harus honeymoon setelah melangsungkan pernikahan. Apabila terjadi masalah (tidak bisa hamil), pasangan tetap harus memecahkan masalah dan mencari solusi bersama secepat mungkin. “Periksakan kesuburan. Mungkin lebih cepat kontrol lebih baik,” terangnya.
Sementara untuk program teknik reproduksi berbantu (hamil dengan program bayi tabung dan inseminasi), RSIA Puri Bunda telah membentuk Unit Layanan Reproduksi Wija Insan Nugraha (WIN) yang bertujuan untuk memberi solusi kepada pasangan yang memiliki masalah reproduksi. Sejak tahun 2017 hingga 2019, pasien yang menggunakan unit layanan tersebut meningkat 200 persen. Dikatakan, unit layanan ini juga telah didukung peralatan dengan teknologi terbaru dan terkini. *ind
Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 50 pasangan muda ini juga terungkap untuk program hamil normal, pasutri disarankan melakukan hubungan seksual rutin setiap dua hari sekali.
Diskusi menghadirkan tiga narasumber yakni Dr dr AAN Anantasika SpOG (K) yang berbicara tentang penanganan infertilitas paripurna, dr Yukhi Kurniawan SpAnd (K) yang membawakan materi penanganan infertilitas pria, dan dr Jaqueline Sudirman PhD tentang perkembangan embrio pada bayi tabung. Diskusi dipandu oleh moderator dr Made Suyasa Jaya SpOG (K). Puluhan pasangan suami istri terlihat antusias menyimak materi yang diberikan oleh para narasumber tersebut.
Menurut Ketua Tim Unit Layanan Reproduksi Wija Insan Nugraha, Dr dr AAN Anantasika SpOG (K), berdasarkan penelitian yang ada menyebutkan, dari 100 pasangan muda yang baru menikah selama satu tahun, sebanyak 15 persen di antaranya tidak berhasil hamil. Bahkan saat ini ada kecenderungan tren tersebut meningkat. “Kalau kita lihat angka (persentase) memang angka 15 persen ini sudah sejak dari dulu. 15 persen dari pasangan muda akan mengalami sulit hamil. Tapi jika melihat perkembangan sekarang, tren itu bisa jadi akan meningkat,” ujarnya di sela diskusi.
Perubahan pola dan gaya hidup juga dinilai memicu gangguan keseuburan. Mulai dari masalah obesitas, gaya hidup merokok dan minum alkohol, gizi makanan yang tidak sehat dan tidak seimbang, polusi, dan gaya hidup yang buruk lainnya. Intinya dia menekankan gaya hidup sehat. “Pola hidup yang sehat akan menunjang semuanya, termasuk kesuburan. Termasuk juga gaya hidup berpacaran yang sehat, tidak berganti pasangan. Intinya akan mempengaruhi kesehatan reproduksi secara umum,” kata dokter yang hobi menyanyi ini.
Untuk program hamil normal, ada beberapa saran yang diberikan dr Anantasika. Misalnya, pada masa subur disarankan selang dua hari sekali melakukan hubungan seksual. “Masalah waktu (berhubungan) boleh saja pagi, siang, atau malam, tergantung kapan pasangan itu memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Asalkan sama jadwalnya. Misalnya jadwal pertama pagi hari, dua harinya pagi juga. Kalau jadwal pertama pagi, dua hari kemudian malam, ada jeda yang lama. Lebih kecil kemungkinan hamilnya,” jelasnya.
Untuk pasangan yang baru menikah setahun, kehamilan umumnya terjadi pada enam bulan pertama pernikahan. Sebanyak 30 persen hamil dalam 3 bulan pertama pernikahan, dan 50 persen hamil pada 5 bulan pertama pernikahan. Dr Anantasika menyarankan, untuk pasangan muda sebaiknya memang harus honeymoon setelah melangsungkan pernikahan. Apabila terjadi masalah (tidak bisa hamil), pasangan tetap harus memecahkan masalah dan mencari solusi bersama secepat mungkin. “Periksakan kesuburan. Mungkin lebih cepat kontrol lebih baik,” terangnya.
Sementara untuk program teknik reproduksi berbantu (hamil dengan program bayi tabung dan inseminasi), RSIA Puri Bunda telah membentuk Unit Layanan Reproduksi Wija Insan Nugraha (WIN) yang bertujuan untuk memberi solusi kepada pasangan yang memiliki masalah reproduksi. Sejak tahun 2017 hingga 2019, pasien yang menggunakan unit layanan tersebut meningkat 200 persen. Dikatakan, unit layanan ini juga telah didukung peralatan dengan teknologi terbaru dan terkini. *ind
Komentar