Mahasiswa Unud Berjaya di Malaysia
Ajang AYIA - Malaysia Technology Expo
Tim Unud membawakan karya inovasi dengan judul Bali DiNoTour (Digital Nomadic Tourism) Mobile Applications.
DENPASAR, NusaBali
Tim Universitas Udayana (Unud) diketuai Fransisco Situmorang (mahasiswa Fakultas Pariwisata) meraih prestasi puncak dalam ajang Asian Youth Innovation Awards (AYIA) - Malaysia Technology Expo. Ajang ini digelar Malaysia Association of Research Scientiest (MARS) dan PROTEMP Exhibitions and Conferences.
Event itu diikuti 247 peserta dari 20 negara, berlangsung pada 20 - 23 Februari 2020, di Putra World Trade Center (PWTC) Malaysia. Anggota tim dari Unud terdiri atas Aditya Herlambang (Fakultas Teknik), Mazroatul Khusni (Fakultas Pertanian), I Gede Yudi Pradnyana (Fakultas Teknologi Pertanian), dan AAG Fandhiananta Widyanjaya (Fakultas Kedokteran Hewan). Keberangkatan mereka didukung Rektor Unud Prof Dr dr AA Raka Sudewi SpS (K). Mereka berhasil mengharumkan nama Unud dan Indonesia setelah meraih penghargaan Gold Medal dan Special Reward dari Polandia.
Dalam kesempatan tersebut Tim Unud membawakan karya inovasi dengan judul Bali DiNoTour (Digital Nomadic Tourism) Mobile Applications. Ketua tim Fransisco mengatakan ide karya yang dilombakan itu dari hasil penelitian yang dilakukannya selama setahun belakangan ini. Meterinya tentang praktik digital nomadic tourism di Bali. ‘’Dari sejumlah sumber yang kami baca, Bali merupakan salah satu destinasi digital nomadic (DDN) terpopuler di dunia. DDN ini tentu akan terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan tren gig economy global,’’ jelasnya.
Menurutnya, DDN ini akan menjadi peluang dalam pengembangan pariwisata yang sangat prospektif bagi Bali ke depan. Sehingga dia dan tim berusaha untuk menciptakan sebuah aplikasi yang akan memudahkan para wisatawan digital nomads. Aplikasi ini, papar dia, berisi rekomendasi mengenai co-working space, akomodasi, daya tarik wisata. Di dalamnya juga terdapat sejumlah fasilitas pendukung yang disajikan secara audio-visual
untuk mendukung kegiatan digital nomadism di Bali. Aplikasi juga menyertakan lokasi dan harga yang ditawarkan. ‘’Wisatawan juga akan dimudahkan dalam melakukan reservasi secara online dan memberikan penilaian atau ulasan atas pengalaman mereka,’’ papar Fransisco.
Selain itu, jelas dia, aplikasi ini juga akan dilengkapi dengan fitur yang memungkinkan para digital nomads untuk saling berkomunikasi satu sama lain, menghubungkan para pekerja digital dengan penyedia pekerjaan dan dilengkapi dengan informasi mengenai kegiatan voluntourism dapat diikuti saat berada di Bali. "Dengan adanya aplikasi ini, para wisatawan digital nomads tidak lagi perlu untuk mengunduh aplikasi lain, seperti penyedia jasa akomodasi, aplikasi chatting antarsesama digital nomads maupun aplikais penyedia jasa pekerjaan.."jelas pemuda asal Sumatera Utara tersebut.*Isa
Event itu diikuti 247 peserta dari 20 negara, berlangsung pada 20 - 23 Februari 2020, di Putra World Trade Center (PWTC) Malaysia. Anggota tim dari Unud terdiri atas Aditya Herlambang (Fakultas Teknik), Mazroatul Khusni (Fakultas Pertanian), I Gede Yudi Pradnyana (Fakultas Teknologi Pertanian), dan AAG Fandhiananta Widyanjaya (Fakultas Kedokteran Hewan). Keberangkatan mereka didukung Rektor Unud Prof Dr dr AA Raka Sudewi SpS (K). Mereka berhasil mengharumkan nama Unud dan Indonesia setelah meraih penghargaan Gold Medal dan Special Reward dari Polandia.
Dalam kesempatan tersebut Tim Unud membawakan karya inovasi dengan judul Bali DiNoTour (Digital Nomadic Tourism) Mobile Applications. Ketua tim Fransisco mengatakan ide karya yang dilombakan itu dari hasil penelitian yang dilakukannya selama setahun belakangan ini. Meterinya tentang praktik digital nomadic tourism di Bali. ‘’Dari sejumlah sumber yang kami baca, Bali merupakan salah satu destinasi digital nomadic (DDN) terpopuler di dunia. DDN ini tentu akan terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan tren gig economy global,’’ jelasnya.
Menurutnya, DDN ini akan menjadi peluang dalam pengembangan pariwisata yang sangat prospektif bagi Bali ke depan. Sehingga dia dan tim berusaha untuk menciptakan sebuah aplikasi yang akan memudahkan para wisatawan digital nomads. Aplikasi ini, papar dia, berisi rekomendasi mengenai co-working space, akomodasi, daya tarik wisata. Di dalamnya juga terdapat sejumlah fasilitas pendukung yang disajikan secara audio-visual
untuk mendukung kegiatan digital nomadism di Bali. Aplikasi juga menyertakan lokasi dan harga yang ditawarkan. ‘’Wisatawan juga akan dimudahkan dalam melakukan reservasi secara online dan memberikan penilaian atau ulasan atas pengalaman mereka,’’ papar Fransisco.
Selain itu, jelas dia, aplikasi ini juga akan dilengkapi dengan fitur yang memungkinkan para digital nomads untuk saling berkomunikasi satu sama lain, menghubungkan para pekerja digital dengan penyedia pekerjaan dan dilengkapi dengan informasi mengenai kegiatan voluntourism dapat diikuti saat berada di Bali. "Dengan adanya aplikasi ini, para wisatawan digital nomads tidak lagi perlu untuk mengunduh aplikasi lain, seperti penyedia jasa akomodasi, aplikasi chatting antarsesama digital nomads maupun aplikais penyedia jasa pekerjaan.."jelas pemuda asal Sumatera Utara tersebut.*Isa
1
Komentar