Pupuan dan Selemadeg Barat Masih Aman dari Virus ASF
Kasus kematian babi secara mendadak di Tabanan terus terjadi. Dari catatan Dinas Pertanian Tabanan, total babi mati yang terlapor sebanyak 562 ekor.
TABANAN, NusaBali
Meskipun kematian babi meluas, Kecamatan Pupuan dan Kecamatan Selemadeg Barat sejauh ini masih aman dari terjangan virus African swine fever (ASF).
Jumlah kematian babi sebanyak 562 ekor per 23 Februari 2020 ini meningkat dari laporan sebelumnya yakni sejumlah 537 ekor. Kemudian jumlah babi sakit terdata 207 dan babi sehat di angka 1.177 ekor. Sampai saat ini Dinas Pertanian Tabanan masih terus melakukan pendataan dan sosialisasi untuk melaksanakan biosekuriti.
Kasi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Tabanan Ni Nengah Pipin Windari seizin Kepala Dinas Pertanian I Nyoman Budana, mengatakan laporan sementara babi mati di Tabanan mencapai 562 ekor. Jumlah ini bertambah dari data sebelumnya mencapai 537 ekor. “Kemungkinan data ini akan terus bertambah karena kematian babi masih terus ada,” ujarnya, Senin (24/2).
Meskipun kematian babi sudah meluas namun di Kecamatan Pupuan dan Selemadeg Barat sejauh ini masih aman dari virus ASF. Hal ini karena lalu lintas keluar masuknya orang ke kandang di dua kecamatan tersebut masih kurang, sehingga virus belum sampai ke dua kecamatan itu. “Virus ini bukan dibawa angin, tetapi dibawa orang. Karena peredaran lalu lintas keluar masuk orang sangat mempengaruhi,” kata Pipin.
Oleh karena itu Dinas Pertanian Tabanan sudah memberikan sosialisasi kepada peternak dan masyarakat yang memelihara babi, agar lebih mengetatkan biosekuriti di masing-masing kandang. “Batasi orang yang masuk kandang, tukang jagal, bakul (saudagar) jangan dikasih masuk. Kalau masuk kandang disemprot dulu dengan disinfektan maupun kaporit,” tegas Pipin.
Dan di sisi lain, Dinas Pertanian sangat menyayangkan ulah oknum tukang bakul yang memanfaatkan momen kematian babi mendadak. Mereka membeli babi sehat dengan harga sangat murah. Mulai dari Rp 300 ribu per ekor dengan berat babi mencapai 80 – 100 kilogram.
Padahal tukang jagal masih membeli di harga Rp 23 ribu – Rp 25 ribu per kg dan harga daging babi di pasaran mencapai Rp 50 ribu – Rp 55 ribu per kg. “Ini kan kasihan peternak, padahal babi mereka masih sehat. Boleh mencari untung namun jangan sampai setragis begitu,” tandas Pipin.
Menghadapi kondisi demikian, Pipin berharap bantuan aparat kepolisian untuk ikut mengawasi. Dimana harga babi bisa dijual sesuai kesepakatan. Seperti di Kecamatan Marga, harga babi disepakati Rp 26 ribu per kg, begitu pula di Kecamatan Kerambitan Rp 26 ribu per kg. “Jadi kami meminta bantuan juga agar polisi turut mengawasi harga. Supaya peternak kita terbantu jangan sampai ada yang membeli di bawah harga standar padahal itu babi sehat,” ucap Pipin.
Imbas dari harga babi ditawar murah, menurut Pipin saat ini peternak enggan melaporkan kematian babi mereka. Sebab jika dilaporkan dikhawatirkan babi mereka ditawar murah, khususnya babi yang masih sehat. “Jadi mereka khawatir, takut babinya dibeli murah. Padahal babi mereka sehat sehingga enggan melapor. Ini yang masih kita carikan solusi,” tandas Pipin. *des
Jumlah kematian babi sebanyak 562 ekor per 23 Februari 2020 ini meningkat dari laporan sebelumnya yakni sejumlah 537 ekor. Kemudian jumlah babi sakit terdata 207 dan babi sehat di angka 1.177 ekor. Sampai saat ini Dinas Pertanian Tabanan masih terus melakukan pendataan dan sosialisasi untuk melaksanakan biosekuriti.
Kasi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Tabanan Ni Nengah Pipin Windari seizin Kepala Dinas Pertanian I Nyoman Budana, mengatakan laporan sementara babi mati di Tabanan mencapai 562 ekor. Jumlah ini bertambah dari data sebelumnya mencapai 537 ekor. “Kemungkinan data ini akan terus bertambah karena kematian babi masih terus ada,” ujarnya, Senin (24/2).
Meskipun kematian babi sudah meluas namun di Kecamatan Pupuan dan Selemadeg Barat sejauh ini masih aman dari virus ASF. Hal ini karena lalu lintas keluar masuknya orang ke kandang di dua kecamatan tersebut masih kurang, sehingga virus belum sampai ke dua kecamatan itu. “Virus ini bukan dibawa angin, tetapi dibawa orang. Karena peredaran lalu lintas keluar masuk orang sangat mempengaruhi,” kata Pipin.
Oleh karena itu Dinas Pertanian Tabanan sudah memberikan sosialisasi kepada peternak dan masyarakat yang memelihara babi, agar lebih mengetatkan biosekuriti di masing-masing kandang. “Batasi orang yang masuk kandang, tukang jagal, bakul (saudagar) jangan dikasih masuk. Kalau masuk kandang disemprot dulu dengan disinfektan maupun kaporit,” tegas Pipin.
Dan di sisi lain, Dinas Pertanian sangat menyayangkan ulah oknum tukang bakul yang memanfaatkan momen kematian babi mendadak. Mereka membeli babi sehat dengan harga sangat murah. Mulai dari Rp 300 ribu per ekor dengan berat babi mencapai 80 – 100 kilogram.
Padahal tukang jagal masih membeli di harga Rp 23 ribu – Rp 25 ribu per kg dan harga daging babi di pasaran mencapai Rp 50 ribu – Rp 55 ribu per kg. “Ini kan kasihan peternak, padahal babi mereka masih sehat. Boleh mencari untung namun jangan sampai setragis begitu,” tandas Pipin.
Menghadapi kondisi demikian, Pipin berharap bantuan aparat kepolisian untuk ikut mengawasi. Dimana harga babi bisa dijual sesuai kesepakatan. Seperti di Kecamatan Marga, harga babi disepakati Rp 26 ribu per kg, begitu pula di Kecamatan Kerambitan Rp 26 ribu per kg. “Jadi kami meminta bantuan juga agar polisi turut mengawasi harga. Supaya peternak kita terbantu jangan sampai ada yang membeli di bawah harga standar padahal itu babi sehat,” ucap Pipin.
Imbas dari harga babi ditawar murah, menurut Pipin saat ini peternak enggan melaporkan kematian babi mereka. Sebab jika dilaporkan dikhawatirkan babi mereka ditawar murah, khususnya babi yang masih sehat. “Jadi mereka khawatir, takut babinya dibeli murah. Padahal babi mereka sehat sehingga enggan melapor. Ini yang masih kita carikan solusi,” tandas Pipin. *des
1
Komentar