Ogoh-ogoh Gunakan Ranting dan Serbuk Gergaji
STT Panca Kumara Konsisten Usung Konsep Ramah Lingkungan
Setelah tahun lalu hadir dengan Ogoh-ogoh ‘Ampah Campah’ yang terbuat dari sampah sisa sarana upacara, kali ini Sekaa Teruna Teruni Panca Kumara Banjar Tatasan Kaja, Desa Tonja, Denpasar Utaa kembali memanfaatkan bahan-bahan sisa yang tak terpakai, yakni ranting kering dan serbuk gergaji untuk Ogoh-ogoh terbarunya bertemakan Gong Wesi.
DENPASAR, NusaBali
Tema ini bercerita tentang pola pikir manusia yang berubah dari waktu ke waktu, di mana manusia berpikir bahwa dirinya bisa mengubah dunia menjadi lebih baik, namun justru merusak dunia karena keegoisannya. Maka, dalam Ogoh-ogoh ini tersimpan ajaran karma di mana manusia menjadi bom waktu yang dengan sikapnya akan mengubah dunia. Entah menjadi lebih baik atau lebih buruk, akan dijawab oleh Sang Waktu yang direpresentasikan melalui Dewa Siwa.
Untuk merepresentasikan tema ini, rangkaian Ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter ini dibuat dalam dua badan, yang mana satunya merupakan tokoh Dewa Siwa dalam mitologi Hindu, sementara satunya lagi berupa sosok setengah Bhoma yang dipenuhi tumbuh-tumbuhan di kiri dan sosok manusia yang penuh keegoisan di kanan.
Khusus untuk pembuatan tokoh Bhoma pada sebelah kiri Ogoh-ogoh ini, STT Panca Kumara menggunakan kombinasi antara ranting kering asli dan akar-akar rambat untuk merepresentasikan tumbuh-tumbuhan. Tak hanya itu, untuk mendapatkan tekstur badan Ogoh-ogoh yang lebih nyata, digunakan juga serbuk kayu hasil gergaji. Bahan ini didapat dari tukang kayu sekitar. “Kita cari di tukang kayu bisa, di pembuatan bingkai terutama, karena serat atau potongan-potongan serbuknya itu lebih halus,” ujar Ketua Sekaa Teruna Teruni Panca Kumara, I Gede Hendra Hermawan kepada NusaBali, Selasa (25/2).
Untuk merepresentasikan tema ini, rangkaian Ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter ini dibuat dalam dua badan, yang mana satunya merupakan tokoh Dewa Siwa dalam mitologi Hindu, sementara satunya lagi berupa sosok setengah Bhoma yang dipenuhi tumbuh-tumbuhan di kiri dan sosok manusia yang penuh keegoisan di kanan.
Khusus untuk pembuatan tokoh Bhoma pada sebelah kiri Ogoh-ogoh ini, STT Panca Kumara menggunakan kombinasi antara ranting kering asli dan akar-akar rambat untuk merepresentasikan tumbuh-tumbuhan. Tak hanya itu, untuk mendapatkan tekstur badan Ogoh-ogoh yang lebih nyata, digunakan juga serbuk kayu hasil gergaji. Bahan ini didapat dari tukang kayu sekitar. “Kita cari di tukang kayu bisa, di pembuatan bingkai terutama, karena serat atau potongan-potongan serbuknya itu lebih halus,” ujar Ketua Sekaa Teruna Teruni Panca Kumara, I Gede Hendra Hermawan kepada NusaBali, Selasa (25/2).
STT Panca Kumara Banjar Tatasan Kaja, Tonja, sedang garap Ogoh-ogoh bertemakan Gong Wesi. -IST
Ogoh-ogoh yang diperkirakan akan memakan biaya sebesar Rp 20 juta ini akan menggunakan serangkaian mesin yang akan membuat bagian tengah ke atas Ogoh-ogoh dapat berputar. Dan juga, serangkaian lampu akan digunakan untuk memancarkan cahaya dari Ogoh-ogoh Dewa Siwa.
Pemasangan mesin menjadi kendala tersendiri bagi STT Panca Kumara, karena dalam mengupayakan agar setengah badan Ogoh-ogoh dapat berputar, bagian bawah dikerjakan terpisah dengan bagian atas. “Memasukkan, lalu menyetel mesinnya itu kadang terlalu tinggi, kadang di mesinnya ada kendala. Lumayan berat, dan memakan waktu,” lanjut Hendra Hermawan.
Hendra berharap Ogoh-ogoh buatan STT Panca Kumara ini kembali berhasil menjadi salah satu nominasi dari perlombaan Ogoh-ogoh Kota Denpasar yang diadakan secara rutin setiap tahun. STT Panca Kumara sendiri sempat absen dari lomba tersebut selama dua tahun (2017-2018) dikarenakan Ogoh-ogoh buatannya masuk nominasi juara. Maka sesudah masuk jajaran nominasi di tahun 2019 lalu, diperkirakan STT Panca Kumara akan kembali absen di tahun 2021 jika tahun ini kembali menjadi nominasi. “Tahun lalu kita masuk juga, tahun ini astungkara kita masuk lagi,” harap Hendra Hermawan. *cr74
Pemasangan mesin menjadi kendala tersendiri bagi STT Panca Kumara, karena dalam mengupayakan agar setengah badan Ogoh-ogoh dapat berputar, bagian bawah dikerjakan terpisah dengan bagian atas. “Memasukkan, lalu menyetel mesinnya itu kadang terlalu tinggi, kadang di mesinnya ada kendala. Lumayan berat, dan memakan waktu,” lanjut Hendra Hermawan.
Hendra berharap Ogoh-ogoh buatan STT Panca Kumara ini kembali berhasil menjadi salah satu nominasi dari perlombaan Ogoh-ogoh Kota Denpasar yang diadakan secara rutin setiap tahun. STT Panca Kumara sendiri sempat absen dari lomba tersebut selama dua tahun (2017-2018) dikarenakan Ogoh-ogoh buatannya masuk nominasi juara. Maka sesudah masuk jajaran nominasi di tahun 2019 lalu, diperkirakan STT Panca Kumara akan kembali absen di tahun 2021 jika tahun ini kembali menjadi nominasi. “Tahun lalu kita masuk juga, tahun ini astungkara kita masuk lagi,” harap Hendra Hermawan. *cr74
1
Komentar