Dinas Pertanian Data 135 Babi Mati
Petugas Puskeswan mengingatkan warga untuk mengubur babi mati dan tidak membuang bangkai babi ke sungai.
AMLAPURA, NusaBali
Dinas Pertanian Karangasem mendata 135 babi mati dari Januari hingga 25 Februari 2020. Kematian babi ini berawal dari mencret dengan kotoran bercampur darah. Babi mati itu tersebar di delapan desa. Petugas Dinas Pertanian telah mengambil sampel untuk mengetahui penyebab kematian babi tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Karangasem I Wayan Supandi mengatakan, 135 babi mati tersebar di delapan lokasi. Masing-masing di Desa/Kecamatan Manggis 3 ekor, Desa Besakih Kecamatan Rendang 4 ekor, Desa Ababi Kecamatan Abang 59 ekor, Desa Amerta Bhuana Kecamatan Selat 9 ekor, Desa Tenganan Kecamatan Manggis 12 ekor, Desa Pertima Kecamatan Karangasem 38 ekor, dan Desa Bugbug Kecamatan Karangasem 10 ekor. Dinas Pertanian telah melakukan sosialisasi untuk mengantisipasi penyakit flu demamm babi ke Karangasem. “Cara sementara petugas Dinas Pertanian melakukan penyemprotan biosecuriti pada ternak secara rutin agar tidak terinfeksi virus,” kata Wayan Supandi didampingi Kabag Humas dan Protokol Setda Karangasem Edy Setiadi Dwijantoro saat jumpa pers di Amlapura, Rabu (26/2).
Dikatakan, petugas Puskeswan se-Karangasem langsung bergerak menjalin komunikasi dengan peternak, perbekel, dan camat agar turun meyakinkan masyarakat pentingnya melakukan antisipasi. Begitu ada gejala babi tidak mau makan, kondisinya loyo agar segera dilaporkan ke penyuluh atau petugas Puskeswan. “Memang dalam melakukan antisipasi selama ini ada kendala. Terbatasnya desinfektan, terkadang peternak enggan melaporkan kematian babinya,” ungkap Wayan Supandi. Diingatkan, babi yang mati agar dikubur, jangan dibuang ke sungai karena menyebabkan polusi dan menyebarkan penyakit.
Sebelumnya diberitakan, 10 ekor babi di Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan/Kabupaten Karangasem mati mendadak. Kesepuluh babi itu milik dua peternak di banjar setempat. Kematian babi diawali mencret dan kotorannya berdarah. Kematian babi ini beruntun. Sebelum Hari Raya Galungan sebanyak 7 ekor dan setelah hari raya lagi 3 ekor. Peternak Ni Ketut Kari mengaku 7 babinya mati mendadak, masing-masing 6 ekor kucit dan 1 bangkung. Kematiannya beruntun. Sedangkan 3 ekor babi milik peternak Ni Luh Sukerti mati setelah Hari Raya Galungan. Tiga ekor babi itu masing-masing 2 kucit dan satu babi berat 75 kilogram. “Sebelum mati, babi mencret dan kotorannya berdarah,” ungkap Luh Sukerti.
Saat babinya mencret, Luh Sukerti mendatangkan petugas kesehatan hewan. Babinya pun disuntik. “Ternyata keesokan harinya babi mati,” jelas Luh Sukerti. Ibu rumah tangga ini memelihara 15 ekor kucit untuk bibit. Kelian Banjar Dinas Samuh, Ni Wayan Citera Darma Wijayanti mengaku dapat laporan ada babi mati di Banjar Samuh. “Di Banjar Samuh banyak warga beternak babi. Ada yang beternak bangkung untuk mendapatkan bibit babi, ada yang beternak untuk penggemukan,” jelas Citera Darma Wijayanti. *k16
Kepala Dinas Pertanian Karangasem I Wayan Supandi mengatakan, 135 babi mati tersebar di delapan lokasi. Masing-masing di Desa/Kecamatan Manggis 3 ekor, Desa Besakih Kecamatan Rendang 4 ekor, Desa Ababi Kecamatan Abang 59 ekor, Desa Amerta Bhuana Kecamatan Selat 9 ekor, Desa Tenganan Kecamatan Manggis 12 ekor, Desa Pertima Kecamatan Karangasem 38 ekor, dan Desa Bugbug Kecamatan Karangasem 10 ekor. Dinas Pertanian telah melakukan sosialisasi untuk mengantisipasi penyakit flu demamm babi ke Karangasem. “Cara sementara petugas Dinas Pertanian melakukan penyemprotan biosecuriti pada ternak secara rutin agar tidak terinfeksi virus,” kata Wayan Supandi didampingi Kabag Humas dan Protokol Setda Karangasem Edy Setiadi Dwijantoro saat jumpa pers di Amlapura, Rabu (26/2).
Dikatakan, petugas Puskeswan se-Karangasem langsung bergerak menjalin komunikasi dengan peternak, perbekel, dan camat agar turun meyakinkan masyarakat pentingnya melakukan antisipasi. Begitu ada gejala babi tidak mau makan, kondisinya loyo agar segera dilaporkan ke penyuluh atau petugas Puskeswan. “Memang dalam melakukan antisipasi selama ini ada kendala. Terbatasnya desinfektan, terkadang peternak enggan melaporkan kematian babinya,” ungkap Wayan Supandi. Diingatkan, babi yang mati agar dikubur, jangan dibuang ke sungai karena menyebabkan polusi dan menyebarkan penyakit.
Sebelumnya diberitakan, 10 ekor babi di Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan/Kabupaten Karangasem mati mendadak. Kesepuluh babi itu milik dua peternak di banjar setempat. Kematian babi diawali mencret dan kotorannya berdarah. Kematian babi ini beruntun. Sebelum Hari Raya Galungan sebanyak 7 ekor dan setelah hari raya lagi 3 ekor. Peternak Ni Ketut Kari mengaku 7 babinya mati mendadak, masing-masing 6 ekor kucit dan 1 bangkung. Kematiannya beruntun. Sedangkan 3 ekor babi milik peternak Ni Luh Sukerti mati setelah Hari Raya Galungan. Tiga ekor babi itu masing-masing 2 kucit dan satu babi berat 75 kilogram. “Sebelum mati, babi mencret dan kotorannya berdarah,” ungkap Luh Sukerti.
Saat babinya mencret, Luh Sukerti mendatangkan petugas kesehatan hewan. Babinya pun disuntik. “Ternyata keesokan harinya babi mati,” jelas Luh Sukerti. Ibu rumah tangga ini memelihara 15 ekor kucit untuk bibit. Kelian Banjar Dinas Samuh, Ni Wayan Citera Darma Wijayanti mengaku dapat laporan ada babi mati di Banjar Samuh. “Di Banjar Samuh banyak warga beternak babi. Ada yang beternak bangkung untuk mendapatkan bibit babi, ada yang beternak untuk penggemukan,” jelas Citera Darma Wijayanti. *k16
1
Komentar