Dataran Tinggi Buleleng Tak Bebas dari Serangan DB
Biasanya nyamuk aedes aegypti berkembang di daerah bersuhu hangat, tetapi sekarang penyebab DB ini sudah beradaptasi di wilayah sejuk dan pegunungan.
SINGARAJA, NusaBali
Kasus demam berdarah (DB) di Buleleng terus meroket. Menjelang akhir bulan Februari, jumlah angka kasus mencapai 774 orang, beruntung belum ada korban jiwa akibat gigitan nyamuk aedes aegypti ini. Serangan DB juga kini mulai ditemukan di daerah berhawa sejuk yang diakibatkan oleh perilaku nyamuk yang mulai beradaptasi di semua daerah dan cuaca. Masyarakat pun diimbau lebih utamakan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng, dr I Gede Suaryawan, ditemui di ruang kerjanya, Rabu (26/2/2020) kemarin, menjelaskan ratusan orang yang terserang DB di Kecamatan Buleleng dan Tejakula. Dua kecamatan ini mencatat jumlah kasus terbanyak. Fakta terbaru juga ditemukan Dinas Kesehatan kasus DB di daerah dataran tinggi yang sebelumnya merupakan zona bebas dari nyamuk aedes aegypti.
“Biasanya nyamuk aedes aegypti berkembang di daerah yang suhunya hangat, tetapi sekarang ada perubahan perilaku nyamuk penyebab DB ini yang sudah mulai beradaptasi di wilayah sejuk dan pegunungan,” ucap dr Suaryawan. Beberapa kasus yang menggambarkan perubahan perilaku nyamuk berbahaya ini ditemukan di Desa Bongancina dan sekitarnya di Kecamatan Busungbiu. Sedangkan di daerah kota yang padat penduduk memang tak memungkiri sebagai tempat berkembangbiak paling cepat nyamuk aedes aegypti.
Sedangkan kasus terbanyak kedua yang ditemukan di Tejakula juga disebabkan karena di daerah itu banyak tempat penampungan air yang merupakan tempat berkembangbiaknya nyamuk yang dapat mengancam nyawa manusia ini.
“Kami sudah mengimbau kepada masyarakat lebih baik mengintenskan PSN untuk memberantas sampai ke jentik nyamuk. Kalau hanya fogging jangan harap bisa teratasi, karena hanya membunuh nyamuk dewasa dan bisa membuatnya lebih kebal,” kata Kabid Suaryawan.
Dia pun menekankan dalam mengantisipasi serangan BD yang memang memiliki peningkatan drastis lima tahun sekali masyarakat lebih mengutamakan gerakan PSN, antara lain, meminimalisir daerah genangan air, menguras bak mandi seminggu sekali, mengubur barang bekas dan menutup bak penampungan air. Dinas Kesehatan juga menyediakan bubuk Abate gratis kepada masyarakat yang disiagakan di masing-masing Puskesmas. “Kami siapkan di masing-masing Puskesmas, terutama yang daerahnya banyak tempat penampungan air seperti Tejakula,” jelas Suaryawan.
Sementara itu dalam penanganan dan antisipasi kasus DB di Buleleng yang merupakan daerah endemis nyamuk aedes aegypti tak dapat dibasmi dalam satu kali upaya. Namun perlu ketelatenan dan kerjasama dengan masyarakat. Salah satunya menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di masing-masing keluarga. Masyarakat saat menemukan jentik dan kasus DB di lingkungannya juga diharapkan berperan aktif melaporkan ke Puskesmas Pembantu atau Puskesmas terdekat dari tempat tinggalnya.*k23
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng, dr I Gede Suaryawan, ditemui di ruang kerjanya, Rabu (26/2/2020) kemarin, menjelaskan ratusan orang yang terserang DB di Kecamatan Buleleng dan Tejakula. Dua kecamatan ini mencatat jumlah kasus terbanyak. Fakta terbaru juga ditemukan Dinas Kesehatan kasus DB di daerah dataran tinggi yang sebelumnya merupakan zona bebas dari nyamuk aedes aegypti.
“Biasanya nyamuk aedes aegypti berkembang di daerah yang suhunya hangat, tetapi sekarang ada perubahan perilaku nyamuk penyebab DB ini yang sudah mulai beradaptasi di wilayah sejuk dan pegunungan,” ucap dr Suaryawan. Beberapa kasus yang menggambarkan perubahan perilaku nyamuk berbahaya ini ditemukan di Desa Bongancina dan sekitarnya di Kecamatan Busungbiu. Sedangkan di daerah kota yang padat penduduk memang tak memungkiri sebagai tempat berkembangbiak paling cepat nyamuk aedes aegypti.
Sedangkan kasus terbanyak kedua yang ditemukan di Tejakula juga disebabkan karena di daerah itu banyak tempat penampungan air yang merupakan tempat berkembangbiaknya nyamuk yang dapat mengancam nyawa manusia ini.
“Kami sudah mengimbau kepada masyarakat lebih baik mengintenskan PSN untuk memberantas sampai ke jentik nyamuk. Kalau hanya fogging jangan harap bisa teratasi, karena hanya membunuh nyamuk dewasa dan bisa membuatnya lebih kebal,” kata Kabid Suaryawan.
Dia pun menekankan dalam mengantisipasi serangan BD yang memang memiliki peningkatan drastis lima tahun sekali masyarakat lebih mengutamakan gerakan PSN, antara lain, meminimalisir daerah genangan air, menguras bak mandi seminggu sekali, mengubur barang bekas dan menutup bak penampungan air. Dinas Kesehatan juga menyediakan bubuk Abate gratis kepada masyarakat yang disiagakan di masing-masing Puskesmas. “Kami siapkan di masing-masing Puskesmas, terutama yang daerahnya banyak tempat penampungan air seperti Tejakula,” jelas Suaryawan.
Sementara itu dalam penanganan dan antisipasi kasus DB di Buleleng yang merupakan daerah endemis nyamuk aedes aegypti tak dapat dibasmi dalam satu kali upaya. Namun perlu ketelatenan dan kerjasama dengan masyarakat. Salah satunya menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di masing-masing keluarga. Masyarakat saat menemukan jentik dan kasus DB di lingkungannya juga diharapkan berperan aktif melaporkan ke Puskesmas Pembantu atau Puskesmas terdekat dari tempat tinggalnya.*k23
1
Komentar