Pecalang ‘Sidak’ Plastik Sebelum Pamedek Masuki Pura Sakenan
Sampah plastik menjadi salah satu perhatian saat ini seiring terbitnya Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang pembatasan timbulan sampah plastik serta Perwali Kota Denpasar Nomor 36 Tahun 2018 tentang pengurangan penggunaan kantong plastik.
DENPASAR, NusaBali
Dua kebijakan tersebut juga berlaku saat puncak pujawali di Pura Sakenan, Serangan, Denpasar, pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (29/2). Para pecalang terlihat sibuk ‘menyidak’ plastik yang dibawa pamedek sebelum memasuki pura.
Pantauan NusaBali di depan Pura Sakenan, kemarin siang sekitar pukul 13.00 Wita, sejumlah pamedek nampak didatangi oleh beberapa pecalang. Para pecalang ini mengimbau para pamedek agar melepas plastik yang digunakan untuk membungkus canang dan banten masing-masing. Sebagian memang ‘disidak’ saat itu. Namun NusaBali juga memantau, makin banyak pamedek yang menggunakan totebag atau tas kain untuk membungkus sesajen yang dibawanya. Ada juga yang membawa alas berupa bokor atau sokasi kecil.
Ida Ayu Frischa, salah satu pamedek asal Tabanan yang ditemui di lokasi mengaku sudah tidak memakai plastik sejak pujawali 6 bulan lalu. Hal ini dilakukannya karena sudah mengetahui ada imbauan dari manggala karya untuk tidak memakai plastik lagi untuk membungkus banten. “Kebetulan saya gak bawa kantong plastik karena sudah tahu ada imbauan gak boleh bawa kantong platik. Sidak ini bagus menurut saya. Selain untuk sosialisasi, juga untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk hemat kantong plastik,” ujarnya.
Menurut Frischa, larangan membawa plastik yang sudah baik ini juga harus didukung dengan kesadaran pedagang di luar pura Sakenan. Sebab banyak dijumpai pedagang yang menggunakan kantong plastik. “Yang masih perlu diperhatikan adalah kesadaran mengurangi kantong plastik ini juga harus didukung oleh pedagang. Karena sepanjang jalan menuju pura hampir semua pedagang masih menggunakan kantong plastik. Ke depan mungkin itu juga bisa diperhatikan lagi oleh panitia,” katanya.
Manggala Yadnya Pujawali di Pura Sakenan, Ida Bagus Gede Pidada, mengatakan, terkait larangan membawa plastik ke pura sebenarnya sudah dimulai setahun lalu. Namun memang tidak bisa dipungkiri masih saja ada yang menggunakan plastik sebagai pembungkus banten dan canang. Kendati demikian, penggunaan plastik sudah tidak sebanyak pujawali sebelumnya. “Imbauan ini sudah dari tahun lalu. Lewat media maupun secara langsung sudah kami imbau pamedek agar tidak memakai plastik ke pura. Pakai wadah yang sudah ada seperti bokor atau nampan lainnya. Bagi yang ingin nunas tirtha, diimbau membawa wadah tirtha seperti batil, toples, atau jerigen,” ungkapnya.
Seperti biasa, pelaksanaan puncak pujawali dipuput oleh dua sulinggih, yakni Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa dari Griya Sari Tegal Denpasar dan Ida Pedanda Buda Jelantik Giri dari Griya Gunung Sari Ubud, Gianyar. Berikutnya, pujawali akan ngadeg selama tiga hari dan akan disineb pada Anggara Pon Langkir, Selasa (3/3) mendatang.
Setiap harinya selama ngadeg persembahyangan akan dipuput oleh sulinggih Ida Pedanda Gede Putra Telaga Sanur dan Ida Pedanda Gede Ngurah Telaga dari Griya Tegal Denpasar pada hari Minggu. Sementara Senin dipuput oleh Ida Pedanda Gede Raka Timbul dari Griya Timbul Intaran Sanur, dan penyineban hari Selasa dipuput Ida Pedanda Istri Mas dari Griya Tegalasah Sanur.
IB Pidada selaku manggala karya tetap mengimbau para pamedek untuk tidak terkonsentrasi sembahyang pada puncak pujawali, sebab masih ada waktu untuk menghaturkan persembahyangan hingga, Selasa ke depan. Namun memang tidak bisa dihindari bahwa kepadatan persembahyangan kemarin memang berlangsung tiap pujawali dilakukan. Terlebih lagi saat malam hari. “Kami tetap imbau umat bisa sembahyang pas nyejer,” tandas IB Pidada. *ind
Pantauan NusaBali di depan Pura Sakenan, kemarin siang sekitar pukul 13.00 Wita, sejumlah pamedek nampak didatangi oleh beberapa pecalang. Para pecalang ini mengimbau para pamedek agar melepas plastik yang digunakan untuk membungkus canang dan banten masing-masing. Sebagian memang ‘disidak’ saat itu. Namun NusaBali juga memantau, makin banyak pamedek yang menggunakan totebag atau tas kain untuk membungkus sesajen yang dibawanya. Ada juga yang membawa alas berupa bokor atau sokasi kecil.
Ida Ayu Frischa, salah satu pamedek asal Tabanan yang ditemui di lokasi mengaku sudah tidak memakai plastik sejak pujawali 6 bulan lalu. Hal ini dilakukannya karena sudah mengetahui ada imbauan dari manggala karya untuk tidak memakai plastik lagi untuk membungkus banten. “Kebetulan saya gak bawa kantong plastik karena sudah tahu ada imbauan gak boleh bawa kantong platik. Sidak ini bagus menurut saya. Selain untuk sosialisasi, juga untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk hemat kantong plastik,” ujarnya.
Menurut Frischa, larangan membawa plastik yang sudah baik ini juga harus didukung dengan kesadaran pedagang di luar pura Sakenan. Sebab banyak dijumpai pedagang yang menggunakan kantong plastik. “Yang masih perlu diperhatikan adalah kesadaran mengurangi kantong plastik ini juga harus didukung oleh pedagang. Karena sepanjang jalan menuju pura hampir semua pedagang masih menggunakan kantong plastik. Ke depan mungkin itu juga bisa diperhatikan lagi oleh panitia,” katanya.
Manggala Yadnya Pujawali di Pura Sakenan, Ida Bagus Gede Pidada, mengatakan, terkait larangan membawa plastik ke pura sebenarnya sudah dimulai setahun lalu. Namun memang tidak bisa dipungkiri masih saja ada yang menggunakan plastik sebagai pembungkus banten dan canang. Kendati demikian, penggunaan plastik sudah tidak sebanyak pujawali sebelumnya. “Imbauan ini sudah dari tahun lalu. Lewat media maupun secara langsung sudah kami imbau pamedek agar tidak memakai plastik ke pura. Pakai wadah yang sudah ada seperti bokor atau nampan lainnya. Bagi yang ingin nunas tirtha, diimbau membawa wadah tirtha seperti batil, toples, atau jerigen,” ungkapnya.
Seperti biasa, pelaksanaan puncak pujawali dipuput oleh dua sulinggih, yakni Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa dari Griya Sari Tegal Denpasar dan Ida Pedanda Buda Jelantik Giri dari Griya Gunung Sari Ubud, Gianyar. Berikutnya, pujawali akan ngadeg selama tiga hari dan akan disineb pada Anggara Pon Langkir, Selasa (3/3) mendatang.
Setiap harinya selama ngadeg persembahyangan akan dipuput oleh sulinggih Ida Pedanda Gede Putra Telaga Sanur dan Ida Pedanda Gede Ngurah Telaga dari Griya Tegal Denpasar pada hari Minggu. Sementara Senin dipuput oleh Ida Pedanda Gede Raka Timbul dari Griya Timbul Intaran Sanur, dan penyineban hari Selasa dipuput Ida Pedanda Istri Mas dari Griya Tegalasah Sanur.
IB Pidada selaku manggala karya tetap mengimbau para pamedek untuk tidak terkonsentrasi sembahyang pada puncak pujawali, sebab masih ada waktu untuk menghaturkan persembahyangan hingga, Selasa ke depan. Namun memang tidak bisa dihindari bahwa kepadatan persembahyangan kemarin memang berlangsung tiap pujawali dilakukan. Terlebih lagi saat malam hari. “Kami tetap imbau umat bisa sembahyang pas nyejer,” tandas IB Pidada. *ind
Komentar