Babi Kena Grubug, Peternak Trauma
GIANYAR, NusaBali
I Nyoman Dana Saputera,52, salah seorang peternak babi di Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Gianyar, sedih melihat kandang babinya kosong.
Karena sejak Desember 2019, hingga sebelum Hari Raya Galungan, Rabu (19/2), satu persatu babinya kena grubug (mati mendadak). Dia pun trauma dengan kasus itu. “Total babi saya yang mati mendadak 40 ekor,” jelasnya saat ditemui, Kamis (5/3).
Padahal jauh hari, Nyoman Dana sudah menghitung keuntungan dari penjualan babi menjelang Galungan dan Kuningan. “Paling minim bisa dapat jualan Rp 40 juta, tapi kondisinya terbalik. Justru rugi total,” ungkapnya. Dia berniat membangun tembok penyengker sebelah selatan rumahnya pun terpaksa diurungkan. Tambah memprihatinkan lagi, dia kini harus rutin membayar hutang. Sebelumnya meminjam uang belasan juta untuk biaya pakan ternak babi. “Sekarang masih ngutang sekitar Rp 12 juta. Maunya dilunasi pas babinya laku, kenyataannya satu pun tidak ada yang terjual. Semua babi peliharaan mati,” ujarnya sedih.
Kini, Nyoman Dana masih trauma untuk kembali memelihara babi. Dia pilih menyibukkan diri dengan bertani, bekerja bangunan dan mengantar istri jualan di pasar. Di areal pekarangan rumahnya di Banjar Abasan, Dana menunjukan sejumlah gundukan tanah bekas penguburan ternak babinya selama ini ia pelihara. Ia pun mengaku masih terpukul setiap melihat kuburan hewan ternaknya. " Setiap kesini saya trauma sekali, karena sebelum wabah ini kandang ini selalu ramai dengan suara babi, namun sekarang malah kosong begini, " katanya.
Selama satu bulan lebih itu, sebelum matinya puluhan babi, Dana mengaku sudah berupaya memberikan pertolongan. Seperti membiarkan beraktivitas di luar kandang, namun tetap saja mati. "Namun akhirnya mati juga," keluhnya.
Dana mengaku selama wabah ini dia menguburkan seluruh babinya seorang diri di seputaran kandang tersebut, dengan ukuran kandang panjang 2,5 meter, lebar 1 meter dan kedalaman 1,2 meter. Bahkan karena mengubur ternak seorang diri kondisinya sempat drop dan dilarikan ke rumah sakit. "Sempat saya sampai sakit, karena kelelahan mengubur ternak selain itu juga karena kepikiran, saya tidak tenang sampai akhirnya dilarikan ke rumah sakit, " keluhnya.
Sebelumnya, Kadis Pertanian Gianyar Ir I Made Raka mengaku, penyebab kematian babi secara missal dan mendadak itu, masih misterius. "Sampai akhir Februari 2020, tercatat ada 900 ekor babi di Gianyar mati. Kematian babi tersebut belum bisa dipastikan akibat virus ASF atau bukan," ungkapnya dalam rapat bersama Komisi II DPRD Gianyar, Rabu (4/3). Mirisnya, hingga kini belum ditemukan obat dan vaksinnya.
Ditambahkannya, dari 900 ekor kematian terjadi di 16 desa di Gianyar tersebar di Kecamatan Sukawati, Tegalalang dan Payangan. “Kami sudah mengantisipasi dengan disinfektan yang didrop dari Pemprov Bali. Dinas PUPR juga sudah menyiapkan lubang untuk mengubur bangkai babi yang mati tersebut,” ujarnya.*nvi
Komentar