Babi Grubug di Gianyar Terus Menjalar
Gejala kematian babi hampir sama dengan kejadian di sejumlah desa lainnya di Gianyar.
GIANYAR, NusaBali
Kasus babi grubug (kematian secara massal) dan mendadak di Kabupaten Gianyar terus menjalar. Terbaru, kasus kematian babi yang penyebabnya masih misterius ini terjadi di Desa/Kecamatan Tegallalang. Di desa ini dilaporkan lebih dari 100 ekor babi grubug dengan gejala hampir mirip dengan babi grubug sebelumnya.
Gejala dimaksud, demam, tidak mau makan dan bintik-bintik merah. Terkait kasus ini, instansi terkait merencanakan pertemuan dengan peternak se Desa Tegallalang, Senin (9/3) nanti.
Informasi dihimpun, dari 11 banjar di Desa Tegallalang, kematian babi terjadi di 7 banjar. Paling banyak 50 ekor babi mati di Banjar Penusuan, 44 ekor mati di Banjar Tegal, 31 ekor di Banjar Sapat, 24 ekor di Banjar Abangan, 20 ekor di Banjar Triwangsa, 15 ekor di Banjar Tengah dan 4 ekor mati di Banjar Gagah.
Perbekel Desa Tegallalang AA Gede Raka Ardana, Jumat (6/3), membenarkan sejumlah peternak di desanya mengalami grubug. Namun dia mengaku belum menerima detail jumlah kematian babi. “Sampai saat ini saya menerima laporan babi mati sekitar 90 an,” katanya.
Dikatakan, gejala kematian babi diperkirakan hampir sama dengan kejadian di sejumlah desa lainnya di Kabupaten Gianyar. Mulai dari tidak mau makan, diare hingga akhirnya mati lemas. “Gejala kematian babi masih sama, hanya kami tidak tahu penyebabnya, termasuk cara penanganan, kami belum jelas,” katanya.
Melihat kondisi itu, pihak Desa Tegallalang sudah bersurat ke Dinas Pertanian yang membawahi bidang kesehatan hewan, termasuk ke seluruh kelian dinas se Desa Tegallalang. Tujuannya, mengundang untuk ikut pertemuan membahas kematian babi, di kantor desa setempat. “Saya sudah bersurat ke dinas, untuk mengikuti pertemuan Senin depan di kantor desa,” jelasnya.
Kadis Pertanian Gianyar Ir I Made Raka memaparkan kondisi terkini berkait kematian ternak babi secara massal, mendadak dan masih misterius. "Sampai akhir Februari 2020 ini, tercatat ada 900 ekor babi di Gianyar yang mati akibat virus. Namun kematian babi tersebut belum bisa dipastikan akibat virus ASF atau bukan," ungkapnya dalam rapat bersama Komisi II DPRD Gianyar beberapa waktu lalu.
Kata dia, hingga kini belum ditemukan obat dan vaksin terkait kematian babi ini. Walau demikian, daging babi masih aman dikonsumsi karena virusnya tidak menyerang manusia. Ditambahkannya, dari 900 ekor kematian terjadi di 16 desa di Gianyar tersebar di Kecamatan Sukawati, Tegallalang dan Payangan. “Pemerintah sudah melakukan langkah antisipasi dengan desinfektan yang didrop dari Pemprov Bali,” ujarnya.*nvi
Gejala dimaksud, demam, tidak mau makan dan bintik-bintik merah. Terkait kasus ini, instansi terkait merencanakan pertemuan dengan peternak se Desa Tegallalang, Senin (9/3) nanti.
Informasi dihimpun, dari 11 banjar di Desa Tegallalang, kematian babi terjadi di 7 banjar. Paling banyak 50 ekor babi mati di Banjar Penusuan, 44 ekor mati di Banjar Tegal, 31 ekor di Banjar Sapat, 24 ekor di Banjar Abangan, 20 ekor di Banjar Triwangsa, 15 ekor di Banjar Tengah dan 4 ekor mati di Banjar Gagah.
Perbekel Desa Tegallalang AA Gede Raka Ardana, Jumat (6/3), membenarkan sejumlah peternak di desanya mengalami grubug. Namun dia mengaku belum menerima detail jumlah kematian babi. “Sampai saat ini saya menerima laporan babi mati sekitar 90 an,” katanya.
Dikatakan, gejala kematian babi diperkirakan hampir sama dengan kejadian di sejumlah desa lainnya di Kabupaten Gianyar. Mulai dari tidak mau makan, diare hingga akhirnya mati lemas. “Gejala kematian babi masih sama, hanya kami tidak tahu penyebabnya, termasuk cara penanganan, kami belum jelas,” katanya.
Melihat kondisi itu, pihak Desa Tegallalang sudah bersurat ke Dinas Pertanian yang membawahi bidang kesehatan hewan, termasuk ke seluruh kelian dinas se Desa Tegallalang. Tujuannya, mengundang untuk ikut pertemuan membahas kematian babi, di kantor desa setempat. “Saya sudah bersurat ke dinas, untuk mengikuti pertemuan Senin depan di kantor desa,” jelasnya.
Kadis Pertanian Gianyar Ir I Made Raka memaparkan kondisi terkini berkait kematian ternak babi secara massal, mendadak dan masih misterius. "Sampai akhir Februari 2020 ini, tercatat ada 900 ekor babi di Gianyar yang mati akibat virus. Namun kematian babi tersebut belum bisa dipastikan akibat virus ASF atau bukan," ungkapnya dalam rapat bersama Komisi II DPRD Gianyar beberapa waktu lalu.
Kata dia, hingga kini belum ditemukan obat dan vaksin terkait kematian babi ini. Walau demikian, daging babi masih aman dikonsumsi karena virusnya tidak menyerang manusia. Ditambahkannya, dari 900 ekor kematian terjadi di 16 desa di Gianyar tersebar di Kecamatan Sukawati, Tegallalang dan Payangan. “Pemerintah sudah melakukan langkah antisipasi dengan desinfektan yang didrop dari Pemprov Bali,” ujarnya.*nvi
1
Komentar