nusabali

Dua Perawat Diisolasi Pasca Tangani Pasien WNA

Akses Menuju Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Mulai Dibatasi

  • www.nusabali.com-dua-perawat-diisolasi-pasca-tangani-pasien-wna

DENPASAR, NusaBali
Pasca meninggalnya satu pasien WNA positif Corona, RSUP Sanglah, Denpasar masih merawat 12 pasien status pengawasan Covid-19.

Dua (2) di antara mereka adalah perawat yang bertugas di Ruang Isolasi Nusa Indah RSUP Sanglah. Dua perawat RSUP Sanglah yang akhirnya diisolasi ini diduga kelelahan hingga mengalami demam dan batuk. Mereka diisolasi di Ruang Isolasi Nusa Indah, mengingat keduanya memiliki riwayat kontak merawat pasien WNA status pengawasan Covid-19 yang meninggal di RSUP Sanglah, Rabu (11/3) dinihari.

Direktur Utama RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana MKes, menyatakan ada 12 pasien status pengawasan Covid-9 yang hingga Kamis (12/3) masih diisolasi di Ruang Isolasi Nusa Indah tersebut, terdiri dari 9 WNA dan 3 WNI. Dri 3 WNI tersebut, termasuk 2 perawat tadi. Sementara, dari 12 pasien yang diawasi ini, 6 orang sudah keluar hasil uji laboratoriumnya dan dinyatakan negatif.

“Perkembangan pasien yang bertambah, jadi butuh tenaga ekstra dari perawat. Dua perawat kami karena kelelahan, mengalami demam dan batuk, hingga akhirnya dimasukkan dalam pengawasan juga. Tapi, 12 pasien ini secara fisik dalam kondisi baik,” jelas dr Wayan Sudana saat ditemui di RSUP Sanglah, Kamis kemarin.

Menurut mantan Dirut RSUD Bantul, Jogjakarta ini, untuk perawat di Ruang Isolasi Nusa Indah yang dalam kondisi sehat, mereka dibolehkan pulang. Namun, lebih dulu dilakukan tahap dekontaminasi sesuai Protap terhadap perawat yang sehat itu, sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing.

Demikian pula saat merawat pasien status pengawasan Covid-19, perawat di Ruang Isolasi Nusa Indah RSUP Sanglah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Versi dr Sudana, jumlah perawat yang bertugas di Ruang Isolasi Nusa Indah terbilang masih terbatas, yakni hanya 20 orang. Jika dihitung berdasarkan kondisi kasus yang meningkat belakangan, seharusnya dibutuhkan 36 perawat, agar tenaga yang ada tidak kelelahan.

“Jadi, masih dibutuhkan 16 perawat lagi. Pertama, kami berupaya menarik beberapa tenaga yang sudah terlatih PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi). Kedua, kami bersurat ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk meminta bantuan tenaga yang kompetensinya bisa merawat pasien seperti ini,” tandas birokrat asal Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur ini.

Sedangkan Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) RSUP Sanglah, dr IGB Ken Wirasandhi, mengatakan jika melihat jumlah kasus dan jumlah tenaga SDM yang ada, saat ini akan akan dilakukan pemakaian APD dan proses dekontaminasi. Dengan begitu, ketika selesai melakukan kegiatan perawatan pasien dalam status pengawasan Covid-19, mereka bisa direkomendasikan untuk pulang.

“Kalau nanti perkembangan kasusnya tambah banyak, sedangkan SDM-nya tetap terbatas, maka jam kegiatan dari petugas itu kita tambahkan. Sehingga kami akan karatina petugas di rumah sakit ini untuk melakukan pelayanan maksimal,” kata dr Ken.

“Misalnya, kita ambil seminggu atau dua minggu pelayanan merawat pasien. Asumsinya, karena kontak lama, maka berisiko sakit. Maka, setelah diputuskan dua minggu boleh tidak bertugas, kita akan melakukan proses selama 14 hari karantina sampai tidak menimbulkan keluhan, barulah mereka boleh ke keluarga. Itu plan berikutnya,” lanjut alumnus Fakultas Kedokteran Unud angkatan 1980 jebolan SMAN 1 Singaraja, Buleleng ini.

Menurut dr Ken, Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah akan dirancang sebagai tempat mereka bisa istirahat yang lebih representatif untuk jangka lama. RSUP Sanglah juga akan siapkan satu perumahan untuk proses karantina. Tetapi, saat ini perawat yang sehat masih dilakukan rekomendasi pulang ke rumah masing-masing setelah melalui tahap dekontaminasi.

Sementara itu, akses masyarakat sepanjang selasar menuju Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah akan dikendalikan alias dibatasi. Orang yang boleh masuk hanya petugas seperti membawa jenazah dengan fasilitas APD lengkap. Sedangkan keluarga pasien masuk melalui jalur berbeda.

“Akses masyarakat yang tidak berkepentingan sepanjang jalan menuju Ruang Nusa Indah, akan kami atur mulai hari ini (kemarin). Termasuk juga awak media, jangan sampai RSUP Sanglah menjadi episenter baru dalam kasus-kasus penularan seperti ini,” tegas dr Ken.

Di sisi lain, untuk merawat pasien dalam pengawasan Covid-19, RSUP Sanglah harus menyiapkan setidaknya 15-20 APD per pasien per hari. Menurut Dirut RSUP Sanglah, dr Wayan Sudana, pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, selain juga menganggarkan persediaan APD secara internal.

“Kami selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk kebutuhan-kebutuhan semacam ini. Begitu persediaan menipis, tentunya ada alokasi dana. Tapi, kami dari rumah sakit sendiri juga menyiapkannya. Kami beli juga,” jelas dr Sudana.

Pantauan NusaBali, di Paviliun Amerta (Wing Amerta) RSUP Sanglah juga mulai menerapkan pengecekan suhu tubuh menggunakan thermal gun (thermal scanner), sejak Kamis kemarin. Menurut dr Sudana, peralatan thermal gun ini harganya melonjak tajam sejak sejak adanya kasus positif Corona di Indonesia. “Semula harganya hanya Rp 400.000, tapi kini melonjak jadi Rp 2,5 juta. Kami baru dapat satu unit, nyarinya juga susah,” keluh dr Sudana. *ind

Komentar