Lolak Tak Setuju Lockdown, Soroti Politisasi Corona
DENPASAR, NusaBali
Penyebaran virus Corona (Covid-19) di Indonesia yang sampai, Senin (16/3) mencapai 134 orang positif, 5 meninggal dunia, dan 8 sembuh, mengundang keprihatinan berbagai pihak.
Imbauan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar masyarakat tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah guna mencegah penyebaran virus Corona juga direspons positif oleh Ketua DPD Hanura Bali, Kadek Arimbawa.
“Isu soal virus Corona ini memang luar biasa, mengalahkan segalanya. Tapi ini bukan terjadi di Indonesia saja, melainkan masalah dunia,” kata Kadek Arimbawa yang akrab dengan sapaan Lolak ini, Senin (16/3). Tapi politisi yang juga dikenal sebagai seniman ini tak sependapat jika dilakukan lockdown seperti yang diberlakukan di Italia, Denmark, Irlandia, Filipina dan Singapura. “Tidak harus sampai lockdown. Karena frase lockdown ini juga akan menimbulkan dampak kengerian lain, apalagi Bali sebagai daerah pariwisata ada sensitivitas soal ini. Selain itu jika diberlakukan lockdown, negara juga harus memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya. Intinya jauh lebih kompleks,” kata anggota DPD RI periode 2009-2014 dan 2014-2019 ini.
Namun jika lockdown dipahami sebagai pengurangan aktivitas, Arimbawa mengaku setuju. Seperti yang dilakukan saat ini dengan home learning bagi pelajar, home working ataupun pengaturan sistem kerja bagi pegawai, hingga mengurangi aktivitas di luar rumah. “Untuk di Bali menjelang Hari Raya Nyepi, saya juga berharap saudara-saudara kami di luar Hindu, agar tetap berada di Pulau Bali pada saat catur brata penyepian,” harap Arimbawa.
Imbauan ini dilakukan Arimbawa menyusul ‘tradisi’ yang selalu terjadi pada saat Nyepi, yakni arus mudik ke luar Bali sangat tinggi. “Bayangkan ada arus perjalanan darat meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk di angka lebih 111.000 orang. Tentu ini akan sangat rawan di masa penyebaran virus Corona,” kata Arimbawa.
“Saudara kita yang di luar Bali akan waswas menerima kedatangan seratusan ribu pemudik dari Pulau Bali. Dan sebaliknya pada saat arus balik, kita akan kerepotan lagi, waswas dengan para pemudik yang melakukan perjalanan tersebut,” imbuhnya.
Di sisi lain, Arimbawa juga melihat akan kesulitan petugas di Pelabuhan Gilimanuk, Ketapang, Padangbai dan Lembar menyikapi arus pemudik. “Sangat sulit dan kewalahan bagi petugas melakukan pengecekan suhu badan menggunakan thermo scanner, apalagi pengecekan manual dengan arus orang yang sedemikian besar,” kata suami penyanyi pop Bali, Dek Ulik ini.
Pada bagian lain, Arimbawa yang didaulat memimpin Partai Hanura Bali per 12 Oktober 2019 ini juga menyoroti politisasi Virus Corona. “Janganlah di situasi kepihatinan seperti ini, masalah Corona dipolitisasi untuk saling menyerang. Ini sangat tidak elok,” kata Arimbawa yang merasa kurang happy dengan tayangan TV soal Corona dengan kubu yang saling serang satu sama lainnya.
Seniman yang sering ngayah didampingi Dek Ulik dan Yayasan Kesenian Bali-nya ini mengingatkan agar suasana prihatin ini makin mempererat persatuan dan kegotongroyongan sesama manusia. *mao
“Isu soal virus Corona ini memang luar biasa, mengalahkan segalanya. Tapi ini bukan terjadi di Indonesia saja, melainkan masalah dunia,” kata Kadek Arimbawa yang akrab dengan sapaan Lolak ini, Senin (16/3). Tapi politisi yang juga dikenal sebagai seniman ini tak sependapat jika dilakukan lockdown seperti yang diberlakukan di Italia, Denmark, Irlandia, Filipina dan Singapura. “Tidak harus sampai lockdown. Karena frase lockdown ini juga akan menimbulkan dampak kengerian lain, apalagi Bali sebagai daerah pariwisata ada sensitivitas soal ini. Selain itu jika diberlakukan lockdown, negara juga harus memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya. Intinya jauh lebih kompleks,” kata anggota DPD RI periode 2009-2014 dan 2014-2019 ini.
Namun jika lockdown dipahami sebagai pengurangan aktivitas, Arimbawa mengaku setuju. Seperti yang dilakukan saat ini dengan home learning bagi pelajar, home working ataupun pengaturan sistem kerja bagi pegawai, hingga mengurangi aktivitas di luar rumah. “Untuk di Bali menjelang Hari Raya Nyepi, saya juga berharap saudara-saudara kami di luar Hindu, agar tetap berada di Pulau Bali pada saat catur brata penyepian,” harap Arimbawa.
Imbauan ini dilakukan Arimbawa menyusul ‘tradisi’ yang selalu terjadi pada saat Nyepi, yakni arus mudik ke luar Bali sangat tinggi. “Bayangkan ada arus perjalanan darat meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk di angka lebih 111.000 orang. Tentu ini akan sangat rawan di masa penyebaran virus Corona,” kata Arimbawa.
“Saudara kita yang di luar Bali akan waswas menerima kedatangan seratusan ribu pemudik dari Pulau Bali. Dan sebaliknya pada saat arus balik, kita akan kerepotan lagi, waswas dengan para pemudik yang melakukan perjalanan tersebut,” imbuhnya.
Di sisi lain, Arimbawa juga melihat akan kesulitan petugas di Pelabuhan Gilimanuk, Ketapang, Padangbai dan Lembar menyikapi arus pemudik. “Sangat sulit dan kewalahan bagi petugas melakukan pengecekan suhu badan menggunakan thermo scanner, apalagi pengecekan manual dengan arus orang yang sedemikian besar,” kata suami penyanyi pop Bali, Dek Ulik ini.
Pada bagian lain, Arimbawa yang didaulat memimpin Partai Hanura Bali per 12 Oktober 2019 ini juga menyoroti politisasi Virus Corona. “Janganlah di situasi kepihatinan seperti ini, masalah Corona dipolitisasi untuk saling menyerang. Ini sangat tidak elok,” kata Arimbawa yang merasa kurang happy dengan tayangan TV soal Corona dengan kubu yang saling serang satu sama lainnya.
Seniman yang sering ngayah didampingi Dek Ulik dan Yayasan Kesenian Bali-nya ini mengingatkan agar suasana prihatin ini makin mempererat persatuan dan kegotongroyongan sesama manusia. *mao
Komentar