Dua Bule Wanita Pentas Wayang Kulit dengan Lakon Sama
Perempuan Jepang, Kikuchi Izumi, bawakan tari Topeng Keras, sementara Sonia (dalang asal Republik Ceko) dan Katie Harrel (dalang asal Amerika Serikat) pentaskan wayang kulit dengan lakon Arjuna Tapa
Pentas wayang kulit dipungkasi penampilan apik Katie Harrel, bule perempuan berusia 27 tahun asal California. Katie belajar ngewayang sejak Mei 2016 di Sanggar Seni Kembang Bali. “Baru 11 kali pertamuan, saya diminta pentas. Saya menyanggupi dengan senang hati,” tutur Katie.
Katie mengaku ditawari belajar mendalang oleh Nyoman Sumandhi saat main-main ke Desa Tunjuk. Dia pun senang dengan tawaran itu, apalagi misinya menguasai sejumlah kesenian Bali. Selama di Bali, Katie mengaku telah belajar karawitan, tari, hingga pupuh (seni suara tradisional).
Berbeda dengan Sonia, Katie sudah berani tampil dengan lakon utuh berdurasi sekitar 30 menit. Katie memainkan wayang Bali dengan empat bahasa sekaligus yakni Bahasa Inggris, Bahasa Kawi, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Bali. Bahasa Kawi digunakan saat memainkan kayonan dan sebagai bahasa ucap tokoh utama Arjuna dan tokoh antagonis Raksasa Niwatakwaca. Sedangkan Bahasa Indonesia dan Inggris digunakan untuk dialog punakawan Tualen dan Merdah.
Saat dialog Tualen dan Merdah, penonton bule dibuat terpingkal-pingkal. Dengan meminjam tokoh punakawan di tengawan (kanan, perlambang kebaikan) itu, Katie bilang agak susah mempelajari Bahasa Kawi, sehingga mendalang dengan empat bahasa.
Sedangkan Bahasa Bali digunakan saat dialog Delem dan Sangut. Salah satu kalimat yang dipakai adalah ‘engken ci, cang kene’. Dialog-dialog yang dibawakan dengan Bahasa Inggris campur Indonesia dan Bahasa Bali untuk tokoh Tualen, Merdah, Delem, dan Sangut sering mengundang gelak tawa rekan-rekan Katie dari berbagai bangsa yang datang menonton pertujukannya.
Dengan bahasa internasional untuk tokoh punakawan, penonton bule mendapat gambaran cerita Arjuna yang pertapaannya diganggu Niwatakawca. Arjuna yang teguh, tak goyah dengan godaan bidadari cantik, akhirnya diganggu raksasa dalam wujud babi hutan penjelmaan Niwatakwaca. Pertunjukan diakhiri Arjuna mendapat panah pasupati Cadu Sakti dari Dewa Siwa. Usai pementasan, Katie mengaku mendapat kesulitan saat ’nyiatang’ atau peperangan. Dia mengaku lambat atau lemah, sehingga klimaks pewayangan kurang seru. “Saya lemah saat nyiatang wayang,” akunya jujur.
Terlepas dari kekurangan tersebut, Katie yang malam itu didampingi dua katengkong dan dua penabuh gender, bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. “Saya suka belajar kesenian Bali. Dengan pementasan wayang ini, saya punya pengalaman baru,” katanya.
Sementara itu, pimpinan Sanggar Seni Kembang Bali, Nyoman Sumandhi, mengaku bahagia cita-citanya membentuk dalang wanita internasional kesampaian. Saat mengajar mendalang di Amerika Serikat, Sumandhi sempat mengajari Lisa Gold, namun yang bersangkutan belum jadi dalang. Sewaktu di Amerika yang sukses jadi dalang hanya Mr Larry Reed.
Gagal membentuk dalang wanita pertama di Amerika Serikat, Sumandhi lalu mengajari keponakannya, Ni Ketut Trijata menjadi dalang wanita pertama di Bali. “Cita-cita saya membentuk dalang wayang kulit wanita internasional akhirnya terwujud. Katie baru belajar 11 kali, tapi dia cepat menyerap pelajaran,” puji Sumandhi, yang juga sudah mencetak dalang wayang kulit di Spanyol, Mr Antonio. * k21
1
2
Komentar