AMPG Minta Widastra Harus Cabup
Cabup Usungan Koalisi Jembrana Maju di Pilkada 2020
Selain pertimbangan Golkar adalah peraih suara terbesar di KJM, Widastra juga adalah kader terbaik Golkar yang siap tarung di posisi Cabup.
NEGARA, NusaBali
Calon Bupati (Cabup) dari Koalisi Jembrana Maju (KJM) yang terdiri dari Golkar, Gerindra, Demokrat, PPP, NasDem, Perindo dan PKS, berpeluang direbut kandidat dari luar Golkar, memicu respons Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Kabupaten Jembrana. Secara tegas, Ketua AMPG Jembrana, I Made Pradnya Alit, meminta kepada pengurus DPD II Golkar Jembrana, agar mendorong satu-satunya kandidat dari Golkar, yakni I Ketut Widastra, mendapat rekomendasi sebagai Cabup.
Dorongan tersebut disampaikan Pradnya Alit didampingi sejumlah jajaran AMPG Jembrana dengan mendatangi kediaman Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, di Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Jumat (20/3) malam.
“Kami ingin kader terbaik kita di Golkar, yaitu Pak Widastra agar tetap maju di posisi satu (Cabup). Kami tidak mau kader kita dinomorduakan. Masa Golkar yang peraih suara terbesar di KJM tidak diprioritaskan,” ujar Pradnya Alit, kepada NusaBali, Sabtu (21/3).
Menurut Pradnya Alit, selain pertimbangan Golkar adalah peraih suara terbesar di KJM, Widastra adalah kader terbaik Golkar yang siap tarung di posisi Cabup. Saat Pileg 2019 lalu, Widastra yang dua kali duduk sebagai anggota DPRD Jembrana (2009-2014 dan 2014-2019), sempat maju sebagai calon anggota DPRD Bali, namun gagal lolos dengan meraup 11.138 suara. Raihan suara Widastra itu pun lebih tinggi dibanding kandidat Cabup di KJM dari Demokrat, I Nengah Tamba, yang juga gagal lolos ke DPRD Bali saat Pileg 2019 dengan meraup 10.909 suara.
“Dari segi finansial dan logistik, Pak Widastra juga sudah mempersiapkan sepenuhnya,” ucapnya. Sementara Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, dikonfirmasi secara terpisah, membenarkan adanya desakan jajaran AMPG Jembrana tersebut. Menurutnya, jajaran AMPG Jembrana, intinya tidak ingin Widastra sebagai satu-satunya kader Golkar yang mengikuti proses di KJM, dinomorduakan.
“Kebetulan waktu didatangi ke rumah itu, saya juga baru habis rapat koalisi di sekretariat kita (DPD II Golkar Jembrana). Intinya dari AMPG minta agar Pak Widastra diperjuangkan nomor satu (Cabup),” ujar Suardana yang juga Ketua KJM ini.
Secara pribadi, Suardana yang juga anggota DPRD Bali Dapil Jembrana ini mengatakan sebelum membentuk KJM, pihaknya mendorong kader-kader terbaik di Golkar mengikuti proses di KJM. Dari tahapan dan proses di KJM itu, Suardana mengaku Widastra yang menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Willayah Kecamatan Jembrana, Pekutatan, dan Mendoyo DPD II Golkar Jembrana, adalah kader Golkar yang menembus hasil survei terbaik. Selain itu salah satu kader yang memiliki kesiapan terbaik.
“Kesiapan yang kita maksud itu, ya menyangkut saksi, logistik dan lainnya. Kalau saya pribadi, saya juga sudah sampaikan ke teman-teman kader, selaku pengurus partai, saya tetap akan memperjuangkan apa yang menjadi aspirasi kader,” ucapnya.
Dalam kapasitas sebagai Ketua KJM, Suardana mengaku untuk penentuan rekomendasi Cabup yang akan diusung KJM di Pilkada Jembrana, masih dalam proses. Setelah merampungkan survei dari hasil rapat KJM, Jumat (20/3) lalu rencananya akan dilakukan pemanggilan terhadap para kandidat Cabup di Sekretaiat DPD Golkar Jembrana pada, Senin (23/3) hari ini. Agenda pemanggilan khusus tersebut bertujuan memastikan kesiapan finansial para kandidat Cabup. Terutama kesiapan mengenai uang saksi yang wajib dipersiapkan lebih awal, sebelum nantinya digulirkan ke pengurus partai tingkat provinsi.
“Yang kami panggil nanti, khusus kandidat Cabup saja. Karena kita menanyakan finansial. Kalau wakilnya nanti tergantung chemistry (kecocokan) dari Cabupnya,” ujar Suardana, yang enggan menyebut berapa uang saksi yang perlu disiapkan kandidat Cabup dalam memastikan kesiapan tarung di Pilkada Jembrana 2020 nanti.
Menurut Suardana, penekanan di awal terkait kesiapan finansial dari kandidat Cabup itu, juga didasari pengalaman saat Pilkada Jembrana 2010. Di mana, koalisi Golkar-Demokrat-Gerindra yang sebelumnya hendak mengusung paket Cabup-Cawabup, Ketut Wirawan-I Made Suardana, mendadak buyar.
Pasalnya, kandidat Cabup Jembrana, Ketut Wirawan, tiba-tiba mengundurkan diri dengan dalih dilarang keluarga bertarung di Pilkada. “Kami tidak ingin kejadian yang dulu (Pilkada 2015) kembali terulang. Makanya dari awal, kita ingin pastikan siapa kandidat yang benar-benar siap tarung,” ujarnya.
Untuk diketahui, saat ini ada 6 kandidat yang mengikuti proses pendaftaran di KJM untuk kesiapan tarung head to head dengan PDIP di Pilkada Jembrana 2020 mendatang. Keenam kandidat itu, terdiri dari 3 pendaftar bakal Calon Bupati (Cabup) dan 3 pendaftar bakal Calon Wakil Bupati (Cawabup). Posisi Cabup, selain I Ketut Widastra, ada nama I Nengah Tamba (kader Demokrat), dan I Made Prihenjagat (purnawirawan Polri). Sedangkan 3 pendaftar Cawabup, masing-masing adalah I Made Dwi Masti (kader NasDem), H Nasrun (kader PKB), dan I Nengah Nurlaba (Ketua APINDO Bali). *ode
Dorongan tersebut disampaikan Pradnya Alit didampingi sejumlah jajaran AMPG Jembrana dengan mendatangi kediaman Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, di Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Jumat (20/3) malam.
“Kami ingin kader terbaik kita di Golkar, yaitu Pak Widastra agar tetap maju di posisi satu (Cabup). Kami tidak mau kader kita dinomorduakan. Masa Golkar yang peraih suara terbesar di KJM tidak diprioritaskan,” ujar Pradnya Alit, kepada NusaBali, Sabtu (21/3).
Menurut Pradnya Alit, selain pertimbangan Golkar adalah peraih suara terbesar di KJM, Widastra adalah kader terbaik Golkar yang siap tarung di posisi Cabup. Saat Pileg 2019 lalu, Widastra yang dua kali duduk sebagai anggota DPRD Jembrana (2009-2014 dan 2014-2019), sempat maju sebagai calon anggota DPRD Bali, namun gagal lolos dengan meraup 11.138 suara. Raihan suara Widastra itu pun lebih tinggi dibanding kandidat Cabup di KJM dari Demokrat, I Nengah Tamba, yang juga gagal lolos ke DPRD Bali saat Pileg 2019 dengan meraup 10.909 suara.
“Dari segi finansial dan logistik, Pak Widastra juga sudah mempersiapkan sepenuhnya,” ucapnya. Sementara Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, dikonfirmasi secara terpisah, membenarkan adanya desakan jajaran AMPG Jembrana tersebut. Menurutnya, jajaran AMPG Jembrana, intinya tidak ingin Widastra sebagai satu-satunya kader Golkar yang mengikuti proses di KJM, dinomorduakan.
“Kebetulan waktu didatangi ke rumah itu, saya juga baru habis rapat koalisi di sekretariat kita (DPD II Golkar Jembrana). Intinya dari AMPG minta agar Pak Widastra diperjuangkan nomor satu (Cabup),” ujar Suardana yang juga Ketua KJM ini.
Secara pribadi, Suardana yang juga anggota DPRD Bali Dapil Jembrana ini mengatakan sebelum membentuk KJM, pihaknya mendorong kader-kader terbaik di Golkar mengikuti proses di KJM. Dari tahapan dan proses di KJM itu, Suardana mengaku Widastra yang menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Willayah Kecamatan Jembrana, Pekutatan, dan Mendoyo DPD II Golkar Jembrana, adalah kader Golkar yang menembus hasil survei terbaik. Selain itu salah satu kader yang memiliki kesiapan terbaik.
“Kesiapan yang kita maksud itu, ya menyangkut saksi, logistik dan lainnya. Kalau saya pribadi, saya juga sudah sampaikan ke teman-teman kader, selaku pengurus partai, saya tetap akan memperjuangkan apa yang menjadi aspirasi kader,” ucapnya.
Dalam kapasitas sebagai Ketua KJM, Suardana mengaku untuk penentuan rekomendasi Cabup yang akan diusung KJM di Pilkada Jembrana, masih dalam proses. Setelah merampungkan survei dari hasil rapat KJM, Jumat (20/3) lalu rencananya akan dilakukan pemanggilan terhadap para kandidat Cabup di Sekretaiat DPD Golkar Jembrana pada, Senin (23/3) hari ini. Agenda pemanggilan khusus tersebut bertujuan memastikan kesiapan finansial para kandidat Cabup. Terutama kesiapan mengenai uang saksi yang wajib dipersiapkan lebih awal, sebelum nantinya digulirkan ke pengurus partai tingkat provinsi.
“Yang kami panggil nanti, khusus kandidat Cabup saja. Karena kita menanyakan finansial. Kalau wakilnya nanti tergantung chemistry (kecocokan) dari Cabupnya,” ujar Suardana, yang enggan menyebut berapa uang saksi yang perlu disiapkan kandidat Cabup dalam memastikan kesiapan tarung di Pilkada Jembrana 2020 nanti.
Menurut Suardana, penekanan di awal terkait kesiapan finansial dari kandidat Cabup itu, juga didasari pengalaman saat Pilkada Jembrana 2010. Di mana, koalisi Golkar-Demokrat-Gerindra yang sebelumnya hendak mengusung paket Cabup-Cawabup, Ketut Wirawan-I Made Suardana, mendadak buyar.
Pasalnya, kandidat Cabup Jembrana, Ketut Wirawan, tiba-tiba mengundurkan diri dengan dalih dilarang keluarga bertarung di Pilkada. “Kami tidak ingin kejadian yang dulu (Pilkada 2015) kembali terulang. Makanya dari awal, kita ingin pastikan siapa kandidat yang benar-benar siap tarung,” ujarnya.
Untuk diketahui, saat ini ada 6 kandidat yang mengikuti proses pendaftaran di KJM untuk kesiapan tarung head to head dengan PDIP di Pilkada Jembrana 2020 mendatang. Keenam kandidat itu, terdiri dari 3 pendaftar bakal Calon Bupati (Cabup) dan 3 pendaftar bakal Calon Wakil Bupati (Cawabup). Posisi Cabup, selain I Ketut Widastra, ada nama I Nengah Tamba (kader Demokrat), dan I Made Prihenjagat (purnawirawan Polri). Sedangkan 3 pendaftar Cawabup, masing-masing adalah I Made Dwi Masti (kader NasDem), H Nasrun (kader PKB), dan I Nengah Nurlaba (Ketua APINDO Bali). *ode
Komentar