Petani Bawang Gagal Panen
Petani bawang terpaksa mencabuti bawangnya yang membusuk hingga merugi ratusan juta rupiah.
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan hektare lahan petani bawang di Desa Bungkulan, Buleleng, mengalami gagal panen. Karena banyak tamanan bawang membusuk karena guyuran hujan deras belakangan ini di Buleleng. Akibatnya petani bawang terpaksa mencabuti bawangnya yang membusuk, hingga petani merugi ratusan juta rupiah.
Seperti yang terlihat belum lama ini, seorang petani bawang Ketut Astawa terlihat mencabuti dan membuang bawangnya ke sebuah tumpukan di pinggir lahan tanam. Padahal bawang-bawang tersebut masih muda. Ia mengatakan, bawang yang ia tanam Maret 2016 membusuk setelah diguyur hujan deras beberapa kali. “Disini ketinggiannya hanya 40-100 meter dari laut, sehingga air hujan disini mengandung garam dan merusak bawang yang baru berumbi,” ujar Astawa.
Kerusakan tanaman bawang, menurutnya berawal dengan tanda-tanda daunnya menjadi keriting dan bertotol. Setelah itu baru mulai membusuk. Dengan kondisi itu, petani yang tahun ini menanam 1,25 hektare bawang harus mencabuti bawang-bawangnya yang membusuk. Tujuannya, agar tidak menyebar ke tanaman bawang yang masih bagus. Untuk menghindari kerugian yang tinggi, ia terpaksa memanen bawangnya lebih awal dari masa panen selama tujuh bulan dari masa tanam.
Atas keadaan tersebut Astawa mengaku mengalami kerugian ratusan juta rupiah. Hal tersebut juga dialamai petani bawang lainnya di Desa Bungkulan merupakan daerah penghasil bawang terbesar di Buleleng. Sementara itu, kegagalan panen petani bawang di Bungkulan mulai berdampak dengan pasokan bawang di pasaran. Hal ini wajar karena Desa Bungkulan selama ini merupakan sentra penghasil bawang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Buleleng.
Saat ini harga bawang di petani sudah mulai mengalami kenaikan. Sebelumnya satu kilogram bawang dijual petani dengan harga Rp 17.000 – Rp 20.000 per kilogram. Namun sekarang harga satu kilogram bawang di petani mencapai Rp 25.000 – Rp 30.000. Harga ini akan makin tinggi jika di pasaran. Seorang pedagang bawang di Pasar Anyar Buleleng Made Asih mengatakan, harga bawang belum mengalami peningkatan. Masih menggunakan harga lama yakni Rp 36.000 – Rp 38.000 per kilogram. “Belum ada kenaikan karena belum dapet order baru lagi, ini yang kemarin belum habis,” tegasnya. * k23
Seperti yang terlihat belum lama ini, seorang petani bawang Ketut Astawa terlihat mencabuti dan membuang bawangnya ke sebuah tumpukan di pinggir lahan tanam. Padahal bawang-bawang tersebut masih muda. Ia mengatakan, bawang yang ia tanam Maret 2016 membusuk setelah diguyur hujan deras beberapa kali. “Disini ketinggiannya hanya 40-100 meter dari laut, sehingga air hujan disini mengandung garam dan merusak bawang yang baru berumbi,” ujar Astawa.
Kerusakan tanaman bawang, menurutnya berawal dengan tanda-tanda daunnya menjadi keriting dan bertotol. Setelah itu baru mulai membusuk. Dengan kondisi itu, petani yang tahun ini menanam 1,25 hektare bawang harus mencabuti bawang-bawangnya yang membusuk. Tujuannya, agar tidak menyebar ke tanaman bawang yang masih bagus. Untuk menghindari kerugian yang tinggi, ia terpaksa memanen bawangnya lebih awal dari masa panen selama tujuh bulan dari masa tanam.
Atas keadaan tersebut Astawa mengaku mengalami kerugian ratusan juta rupiah. Hal tersebut juga dialamai petani bawang lainnya di Desa Bungkulan merupakan daerah penghasil bawang terbesar di Buleleng. Sementara itu, kegagalan panen petani bawang di Bungkulan mulai berdampak dengan pasokan bawang di pasaran. Hal ini wajar karena Desa Bungkulan selama ini merupakan sentra penghasil bawang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Buleleng.
Saat ini harga bawang di petani sudah mulai mengalami kenaikan. Sebelumnya satu kilogram bawang dijual petani dengan harga Rp 17.000 – Rp 20.000 per kilogram. Namun sekarang harga satu kilogram bawang di petani mencapai Rp 25.000 – Rp 30.000. Harga ini akan makin tinggi jika di pasaran. Seorang pedagang bawang di Pasar Anyar Buleleng Made Asih mengatakan, harga bawang belum mengalami peningkatan. Masih menggunakan harga lama yakni Rp 36.000 – Rp 38.000 per kilogram. “Belum ada kenaikan karena belum dapet order baru lagi, ini yang kemarin belum habis,” tegasnya. * k23
1
Komentar