Jenazah dokter Andra Disambut Isak Tangis
Jenazah dokter muda, Dionisius Giri Samudra yang meninggal saat bertugas di Kota Dobo, Kepulauan Aru, Maluku, sudah tiba di rumah duka di Jalan Cempaka B6 No 5, Komplek Mahkamah Agung, Pamulang Indah, Tangerang Selatan, Jumat (13/11).
JAKARTA, NusaBali
Kedatangan pria yang semasa hidup biasa dipanggil dokter Andra itu disambut isak tangis kerabat dan keluarga.
Iringan mobil jenazah yang dikawal satu motor patwal, tiba di rumah duka keluarga sekitar pukul 12.45 WIB. “Tiba di Bandara Soekarno Hatta jenazah dilepas oleh Menkes dan Bupati Aru,” ujar kakak almarhum, Dita. Yang menarik, peti jenazah Andra tampak diselimuti dengan bendera merah putih. Saat ini jenazah telah disemayamkan di ruang tamu rumah milik orang tua. Ibu Andra, Fransisca Ristansi hanya bisa menatap kosong peti jenazah. Rencananya jenazah dokter muda itu akan disemayamkan di rumah duka. Jenazah sendiri baru dimakamkan Minggu (15/11), di Kampung Kandang, Cilandak, Jakarta Selatan.
Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek akan menyambangi kediaman almarhum Dionisius Giri Samudra atau yang akrab disapa dr Andra. Menkes akan menyampaikan duka cita atas meninggalnya Andra. “Saya akan ke rumah duka,” terang Menkes di Jakarta, Jumat kemarin. Kediaman Andra berada di Pamulang. Andra meninggal karena campak dan radang selaput otak di Aru. “Di sini saya juga ingin meluruskan soal apa yang saya katakan di TV kemarin, mungkin kata-kata saya kurang jelas,” tuturnya.
“Harus dibedakan internship dengan PTT. PTT sudah lulus kompetensi dan sudah memlih izin praktik, lalu memilih sendiri tempat praktik di daerahnya. Internship itu sudah semester 5 sudah dapat STR, sudah ujian kompetensi, memang sudah dokter, sudah dapat izin praktik tapi khusus internship. Tapi untuk dapat izin praktik penuh dia masih harus 1 tahun lagi, 8 bulan di RS, 4 bulan di Puskesmas untuk kemandirian dan kemahiran,” jelas Nila dilansir detikcom.
Menurut Nila, dr Andra sudah praktik di RS Dobo, di RS Kabupaten yang sudah memenuhi peraturan sudah ada supervisi. “Internship tidak akan ada bisa kalau di RS-nya tidak ada supervisinya. Dr Andra itu sudah dokter, sudah disumpah dokter sudah lulus. Saya minta maaf kalimat itu terpotong, itu yang diributkan. Sudah disumpah sebagai dokter,” tegasnya.
Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Muhammad Faqih menyampaikan, sebagai rasa hormat atas meninggalnya dokter muda Dionisius Giri Samudra, pihaknya memakai pita hitam sebagai ungkapan duka cita. Menurut Faqih, menjadi seorang dokter memerlukan biaya yang tidak sedikit. Seharusnya, peristiwa yang menimpa dr Andra tidak terjadi, jika pemerintah mau memperhatikan petugas kesehatan. “Sejak dokter Andra meninggal, kami gunakan pita hitam sebagai tanda berkabung. Seluruh IDI menggunakan pita hitam,” katanya dilansir Okezone.
Faqih menambahkan, peran pemerintah sangat penting dalam memperhatikan infrastruktur kesehatan, terutama di daerah terpencil. Dia menyatakan, dapat dibayangkan seorang peneliti harus ke lokasi terpencil, tetapi segala sesuatunya tak dipersiapkan oleh pemerintah. “Jangan bicara kesejahteraan deh. Perlindungan dan persiapan kita di lokasi. Seperti ini tidak bisa hanya Kemenkes saja yang mempersiapkan, tetapi harus seluruh Kementerian,” jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Dokter Andra meninggal pada Rabu (11/11), karena komplikasi penyakit campak yang menyerang selaput otak. Perawatan terbaik belum sempat dirasakan dokter muda ini karena kendala sulitnya transportasi di Dobo, Kepulauan Aru, Maluku.
Komentar