Karena Khawatir Terulangnya Grubug Bah Bedeg 100 Tahun Silam
Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Buleleng Berlakukan Karantina Lokal Sejak Ngembak Gni Nyepi
Dalam karantina lokal ini, orang yang masuk ke wilayah Desa Sidetapa diseleksi ketat. Nah, mereka yang lolos seleksi pun dibatasi hanya boleh berkunjung maksimal selama 1 jam
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah desa di Bali melakukan karantina lokal untuk antisipasi penyebaran Covid-19 (virus Corona). Salah satunya, Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Buleleng, yang bahkan sudah melakukan karantina lokal sejak Ngembak Gni Nyepi Tahun Baru Saka 1942, Kamis (26/3) lalu. Karantina ini diberlakukan, karena Desa Sidetapa khawatir terulang kembali peristiwa grubug bah bedeg 100 tahun silam.
Dalam karantina lokal ini, orang yang masuk ke wilayah Desa Sidetapa diseleksi ketat. Dan, mereka yang lolos seleksi pun dibatasi hanya boleh berkunjung maksimal selama 1 jam. Karenanya, di perbatasan Desa Baliage ini dikerahkan pecalang, Hansip, dan aparat desa untuk berjaga rutin sejak pagi pukul 08.00 Wita hingga malam pukul 22.00 Wita.
Kepala Desa (Perbekel) Sidetapa, Putu Budiasa, mengatakan karantina wilayah dilakukan setelah muncul kekhawatiran warganya di tengah pandemi Covid-19. Terlebih, warga Desa Sidetapa banyak yang bekerja di luar, sehingga mobilitas keluar masuk desa sangat tinggi.
Selain itu, kata Putu Budiasa, sifat warga Desa Sidetapa sangat sosial dan banyak memiliki kolega dari luar. Hal ini membuat Desa Sidetapa sering dikunjungi orang dari luar. “Banyak juga warga luar desa yang berkunjung ke Desa Sidetapa untuk urusan bisnis dan keperluan lainnya. Jadi, kami harus antisipasi penularan Covid-19,” ujar Budiasa kepada NusaBali, Selasa (31/3) siang.
Selain antisipasi penyebaran Covid-19, kata Budiasa, warga Desa Sidetapa juga khawatir dengan peristiwa kelam masa lalu, yakni terjadinya grubug bah bedeg (wabah penyakit mematikan yang menelan banyak korban nyawa) sekitar 100 tahun silam. Ketika wabah mengerikan yang disebut grubug bah bedeg terjadi, kata Budiasa, warga Desa Sidetape diserang wabah kolera dan muntaber.
Ketika itu, sangat banyak jatuh korban jiwa. Bahkan, penduduk Desa Sidetapa hampir habis karena grubug bah bedeg tersebut. “Itu sebabnya, kami sepakat lakukan karantina wilayah di tengah merebahknya wabah Covid-19 ini,” tandas Budiasa.
Menurut Budiasa, karantina wilayah sudah dilaksnakan hampir sepekan. Selama itu pula, penjagaan di pintu masuk batas desa diperketat, dengan mengerahkan 6 pecalang plus petugas Hansip dan aparat desa setiap hari. Orang yang masuk ke wilayah Desa Sidetapa diseleksi ketat. Mereka yang lolos seleksi pun dibatasi hanya boleh berkunjung maksimal selama 1 jam.
Karena akses jalan Desa Sidetapa merupakan jalur alternative Lovina (Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng)-Denpasar, maka tidak bisa dilakukan tutup akses jalan sepenuhnya. Namun, pecalang, Hansip, dan aparat yang bertugas di pintu masuk perbatasan desa, lebih selektif menanyakan satu per satu orang luar yang melintas.
“Kalau yang memang mau ke Denpasar, kami persilakan melintas. Kalau yang mau mengunjungi keluarganya yang sedang sakit di Desa Sidetapa, kami persilakan, tapi batasi lama berkunjungnya maksimal 1 jam. Nah, di pintu masuk desa, mereka juga wajib cuci tangan, sementara kendaraan dan barang bawaannya harus disemprot disinfektan,” jelas Budiasa. Sebaliknya, bagi warag luar desa yang tidak memiliki tujuan jelas, mereka dipersilakan untuk memutar balik.
Budiasa menyebutkan, selama masa karntina wilayah, warga Desa Sidetapa masih diperkenankan untuk bekerja termasuk ke luar desa. Hanya saja, saat kembali pulang, mereka harus menjalani penyemprotan disinfektan pada barang bawaan. Mereka juga mesti mencuci tangan di puntu masuk desa. Warga Desa Sidetapa juga dilarang beraktivitas di atas pukul 22.00 Wita, untuk menjaga kondisi tubuh tetap fit.
Sementara itu, untuk kebutuhan pokok warga Desa Sidetapa, kata Budiasa, sejauh ini masih terpenuhi. Pasalnya, pihak desa hanya melakukan pembatasan mobilitas, bukan isolasi. Warga masih dibolehkan beraktivitas di luar rumah untuk keperluan yang penting, termasuk berbelanja kebutuhan pokok.
Menurut Budiasa, pihaknya akan berkoodinasi kembali dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Buleleng, terkait dana desa yang dapat digunakan untuk apa saja dalam penanganan darurat bencana Covid-19. “Kami masih diskusikan, ya sekadar untuk konsumsi bagi pecalang dan Hansip yang bertugas jaga di pintu masuk desa,” katanya. *k23
Dalam karantina lokal ini, orang yang masuk ke wilayah Desa Sidetapa diseleksi ketat. Dan, mereka yang lolos seleksi pun dibatasi hanya boleh berkunjung maksimal selama 1 jam. Karenanya, di perbatasan Desa Baliage ini dikerahkan pecalang, Hansip, dan aparat desa untuk berjaga rutin sejak pagi pukul 08.00 Wita hingga malam pukul 22.00 Wita.
Kepala Desa (Perbekel) Sidetapa, Putu Budiasa, mengatakan karantina wilayah dilakukan setelah muncul kekhawatiran warganya di tengah pandemi Covid-19. Terlebih, warga Desa Sidetapa banyak yang bekerja di luar, sehingga mobilitas keluar masuk desa sangat tinggi.
Selain itu, kata Putu Budiasa, sifat warga Desa Sidetapa sangat sosial dan banyak memiliki kolega dari luar. Hal ini membuat Desa Sidetapa sering dikunjungi orang dari luar. “Banyak juga warga luar desa yang berkunjung ke Desa Sidetapa untuk urusan bisnis dan keperluan lainnya. Jadi, kami harus antisipasi penularan Covid-19,” ujar Budiasa kepada NusaBali, Selasa (31/3) siang.
Selain antisipasi penyebaran Covid-19, kata Budiasa, warga Desa Sidetapa juga khawatir dengan peristiwa kelam masa lalu, yakni terjadinya grubug bah bedeg (wabah penyakit mematikan yang menelan banyak korban nyawa) sekitar 100 tahun silam. Ketika wabah mengerikan yang disebut grubug bah bedeg terjadi, kata Budiasa, warga Desa Sidetape diserang wabah kolera dan muntaber.
Ketika itu, sangat banyak jatuh korban jiwa. Bahkan, penduduk Desa Sidetapa hampir habis karena grubug bah bedeg tersebut. “Itu sebabnya, kami sepakat lakukan karantina wilayah di tengah merebahknya wabah Covid-19 ini,” tandas Budiasa.
Menurut Budiasa, karantina wilayah sudah dilaksnakan hampir sepekan. Selama itu pula, penjagaan di pintu masuk batas desa diperketat, dengan mengerahkan 6 pecalang plus petugas Hansip dan aparat desa setiap hari. Orang yang masuk ke wilayah Desa Sidetapa diseleksi ketat. Mereka yang lolos seleksi pun dibatasi hanya boleh berkunjung maksimal selama 1 jam.
Karena akses jalan Desa Sidetapa merupakan jalur alternative Lovina (Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng)-Denpasar, maka tidak bisa dilakukan tutup akses jalan sepenuhnya. Namun, pecalang, Hansip, dan aparat yang bertugas di pintu masuk perbatasan desa, lebih selektif menanyakan satu per satu orang luar yang melintas.
“Kalau yang memang mau ke Denpasar, kami persilakan melintas. Kalau yang mau mengunjungi keluarganya yang sedang sakit di Desa Sidetapa, kami persilakan, tapi batasi lama berkunjungnya maksimal 1 jam. Nah, di pintu masuk desa, mereka juga wajib cuci tangan, sementara kendaraan dan barang bawaannya harus disemprot disinfektan,” jelas Budiasa. Sebaliknya, bagi warag luar desa yang tidak memiliki tujuan jelas, mereka dipersilakan untuk memutar balik.
Budiasa menyebutkan, selama masa karntina wilayah, warga Desa Sidetapa masih diperkenankan untuk bekerja termasuk ke luar desa. Hanya saja, saat kembali pulang, mereka harus menjalani penyemprotan disinfektan pada barang bawaan. Mereka juga mesti mencuci tangan di puntu masuk desa. Warga Desa Sidetapa juga dilarang beraktivitas di atas pukul 22.00 Wita, untuk menjaga kondisi tubuh tetap fit.
Sementara itu, untuk kebutuhan pokok warga Desa Sidetapa, kata Budiasa, sejauh ini masih terpenuhi. Pasalnya, pihak desa hanya melakukan pembatasan mobilitas, bukan isolasi. Warga masih dibolehkan beraktivitas di luar rumah untuk keperluan yang penting, termasuk berbelanja kebutuhan pokok.
Menurut Budiasa, pihaknya akan berkoodinasi kembali dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Buleleng, terkait dana desa yang dapat digunakan untuk apa saja dalam penanganan darurat bencana Covid-19. “Kami masih diskusikan, ya sekadar untuk konsumsi bagi pecalang dan Hansip yang bertugas jaga di pintu masuk desa,” katanya. *k23
1
Komentar