BPD Lebih Stop Proyek Taman Desa
Dampak Warga Desa Lebih Gugat Perbekel
Geria Wahyuni mengaku tak bersalah atas pelaksanaan proyek yang diprotes warga.
GIANYAR, NusaBali
Badan Perwakilan Desa (BPD) Lebih, Kecematan, Gianyar, akhirnya menyetop pelaksanaan proyek senderan dan taman di ujung utara desa setempat. Keputusan itu diambil melalui rapat khusus dihadiri Perbekel Lebih Ni Wayan Geria Wahyuni, di Kantor Desa Lebih, Senin (30/3) malam.
Rapat juga memutuskan, dana proyek dari APBDes sekitar Rp 300 juta itu akan dialihkan untuk biaya penanggulangan wabah Covid-19 atau Corona di Desa Lebih. Saat dikonfirmasi, Selasa (31/3) di kantornya, Perbekel Ni Wayan Geria Wahyuni membenarkan keputusan rapat yang dia sebut sebagai ‘musyawarah desa khusus’ tersebut. Namun dia menerangkan secara detail, proyek yang ditutup bukan proyek keseluruhan, melainkan hanya proyek senderan dan taman di wilayah Desa Serongga (utara Desa Lebih,Red). Kata dia, proyek senderan tanah geria milik keluarganya di selatan irigasi subak setempat, tetap digarap dengan dana APBDes sekitar Rp 130 juta. ‘’Karena yang dimasalahkan oleh warga kami melalui spanduk itu kan proyek senderan dan taman di lokasi luar desa (Desa Serongga,Red),’’ ujar perbekel perempuan satu-satunya dari 64 desa di Kabupaten Gianyar ini.
Geria Wahyuni mengaku tak bersalah atas pelaksanaan proyek yang diprotes warga melalui tiga spanduk itu. Dia mengakui hanya keliru akibat miskomunikasi dengan pihak BPD dan warga. Karena adanya protes warga melalui tiga spanduk itu, Geria mengaku psikis keluarga termasuk suaminya, sempat syok. Dia wanti-wanti minta agar keluarganya kuat menghadapi masalah dirinya.
Terkait polemik proyek di desa ujung selatan Kecamatan Gianyar itu, Selasa (31/3) siang, Perbekel Geria Wahyuni mengaku dipanggil oleh Kepala Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Gianyar Dewa Ngakan Putu Adi (bukan Dewa Ngakan Ngurah Adi, Red). Namun Ngakan Adi saat dikonfirmasi via telepon beberapa kali dan WA (whatsapp), tak memberikan tanggapan.
Dihubungi terpisah, Ketua BPD Lebih I Wayan Wijaya mengakui penghentian proyek itu bukan secara menyeluruh. Jelas dia, yang distop hanya proyek senderan dan taman di utara irigasi atau di wilayah Desa Serongga. ‘’Sedangkan proyek senderan selatan irigasi atau senderan geria, tetap jalan. Karena lokasi senderan geria ini ada di wilayah Desa Lebih,’’ jelasnya.
Sementara itu, anggota BPD Lebih yang juga Ketua Sabha Desa Lebih I Gede Parta Wijaya mengaku ikut rapat bersama jajaran BPD dan Perbekel Lebih, Senin (30/3) malam. Kata dia, rapat itu menelorkan salah satu kesimpulan, yakni menutup pelaksanaan proyek itu. Setahunya, dalam rapat itu tak ada disinggung secara detail tentang proyek yang ditutup hanya proyek utara irigasi subak yang berupa senderan dan taman desa. ‘’Tak ada penjelasan kalau proyek di selatan irigasi (senderan geria,Red) itu tetap jalan. Tak ada penjelasan sedetail itu. Kalau ada rapat lagi tadi siang (Selasa,31/3,Red) hingga muncul perubahan, saya tak tahu. Karena saya tak ikut rapat,’’ jelasnya.
Sebelumnya, warga Desa Lebih, Kecamatan/Kabupaten Gianyar memprotes perbekelnya, Ni Wayan Geria Wahyuni. Protes dalam bentuk tulisan pada spanduk berjudul ‘Rakyat Menggugat’, dipasang warga, Minggu (29/3) itu, karena Perbekel Geria membuat senderan di tanah keluarganya. Dia juga dituduh menggarap proyek ini secara KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).
Salah satu spanduk berjudul ‘Rakyat Menggugat’. Di bawahnya bertulis kata-kata berpesan cadas, yakni ‘Ganti perbekel tamak/rakus curang. Lebih baik untuk beli disinfektan untuk basmi Corona. Di bagian tengah lembaran spanduk bertulis ‘Hentikan Proyek Ini’.*Isa
Rapat juga memutuskan, dana proyek dari APBDes sekitar Rp 300 juta itu akan dialihkan untuk biaya penanggulangan wabah Covid-19 atau Corona di Desa Lebih. Saat dikonfirmasi, Selasa (31/3) di kantornya, Perbekel Ni Wayan Geria Wahyuni membenarkan keputusan rapat yang dia sebut sebagai ‘musyawarah desa khusus’ tersebut. Namun dia menerangkan secara detail, proyek yang ditutup bukan proyek keseluruhan, melainkan hanya proyek senderan dan taman di wilayah Desa Serongga (utara Desa Lebih,Red). Kata dia, proyek senderan tanah geria milik keluarganya di selatan irigasi subak setempat, tetap digarap dengan dana APBDes sekitar Rp 130 juta. ‘’Karena yang dimasalahkan oleh warga kami melalui spanduk itu kan proyek senderan dan taman di lokasi luar desa (Desa Serongga,Red),’’ ujar perbekel perempuan satu-satunya dari 64 desa di Kabupaten Gianyar ini.
Geria Wahyuni mengaku tak bersalah atas pelaksanaan proyek yang diprotes warga melalui tiga spanduk itu. Dia mengakui hanya keliru akibat miskomunikasi dengan pihak BPD dan warga. Karena adanya protes warga melalui tiga spanduk itu, Geria mengaku psikis keluarga termasuk suaminya, sempat syok. Dia wanti-wanti minta agar keluarganya kuat menghadapi masalah dirinya.
Terkait polemik proyek di desa ujung selatan Kecamatan Gianyar itu, Selasa (31/3) siang, Perbekel Geria Wahyuni mengaku dipanggil oleh Kepala Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Gianyar Dewa Ngakan Putu Adi (bukan Dewa Ngakan Ngurah Adi, Red). Namun Ngakan Adi saat dikonfirmasi via telepon beberapa kali dan WA (whatsapp), tak memberikan tanggapan.
Dihubungi terpisah, Ketua BPD Lebih I Wayan Wijaya mengakui penghentian proyek itu bukan secara menyeluruh. Jelas dia, yang distop hanya proyek senderan dan taman di utara irigasi atau di wilayah Desa Serongga. ‘’Sedangkan proyek senderan selatan irigasi atau senderan geria, tetap jalan. Karena lokasi senderan geria ini ada di wilayah Desa Lebih,’’ jelasnya.
Sementara itu, anggota BPD Lebih yang juga Ketua Sabha Desa Lebih I Gede Parta Wijaya mengaku ikut rapat bersama jajaran BPD dan Perbekel Lebih, Senin (30/3) malam. Kata dia, rapat itu menelorkan salah satu kesimpulan, yakni menutup pelaksanaan proyek itu. Setahunya, dalam rapat itu tak ada disinggung secara detail tentang proyek yang ditutup hanya proyek utara irigasi subak yang berupa senderan dan taman desa. ‘’Tak ada penjelasan kalau proyek di selatan irigasi (senderan geria,Red) itu tetap jalan. Tak ada penjelasan sedetail itu. Kalau ada rapat lagi tadi siang (Selasa,31/3,Red) hingga muncul perubahan, saya tak tahu. Karena saya tak ikut rapat,’’ jelasnya.
Sebelumnya, warga Desa Lebih, Kecamatan/Kabupaten Gianyar memprotes perbekelnya, Ni Wayan Geria Wahyuni. Protes dalam bentuk tulisan pada spanduk berjudul ‘Rakyat Menggugat’, dipasang warga, Minggu (29/3) itu, karena Perbekel Geria membuat senderan di tanah keluarganya. Dia juga dituduh menggarap proyek ini secara KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).
Salah satu spanduk berjudul ‘Rakyat Menggugat’. Di bawahnya bertulis kata-kata berpesan cadas, yakni ‘Ganti perbekel tamak/rakus curang. Lebih baik untuk beli disinfektan untuk basmi Corona. Di bagian tengah lembaran spanduk bertulis ‘Hentikan Proyek Ini’.*Isa
Komentar