Orang yang Rapid Test dan PCR Masih Bisa Tertular
Prof Mahardika: Cara Terbaik Ngoyong Jumah
DENPASAR, NusaBali
Rapid test menjadi salah satu upaya pemerintah dalam pencegahan penyebaran Covid-19.
Tes ini berfungsi untuk mendeteksi tanda-tanda Covid-19 dalam tubuh seseorang. Menurut Ahli Virologi Universitas Udayana, Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika, rapid test atau uji cepat akan efektif mendeteksi virus setelah 7 hari orang tertular.
Prof Mahardika mengatakan, virus masuk ke dalam tubuh manusia selalu dalam jumlah kecil. Masa awal kemungkinan menginfeksi selaput lendir mata, hidung, atau mulut atau ketiganya atau dua tempat sekaligus. Virus anakan tersebut kemudian menginfeksi sel di sekitarnya dan sebagian masuk cairan limfe dan darah.
Dia mengungkapkan, jika tes rapid dilakukan sebelum hari ketujuh setelah tertular, hasilnya bisa negatif. “Antibodi terhadap infeksi apa saja baru kelihatan hari ke-7 sampai ke-10 setelah tertular. Jumlahnya biasanya masih sedikit di dalam darah. Nah, masa inkubasi (sejak tertular sampai munculnya gejala sakit) untuk Covid-19 bisa antara 2-14 hari. Jika dilakukan rapid-test sebelum hari ke-7, ya pasti negatif,” ujarnya Jumat (3/4) lalu.
Rapid test, kata Prof Mahardika, bisa untuk deteksi antibodi. Bisa juga untuk deteksi virus namun perlu antibodi serta virus dalam jumlah banyak. Bahkan pengujian hari ke-10 setelah tertular masih bisa negatif karena variasi individu dan memerlukan antibodi yang banyak. “Negatif belum tentu tak membawa virus. Negatif hari ini, tapi setelah uji dan hari-hari berikutnya tetap bisa tertular,” jelasnya.
Sedangkan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dikembangkan Pemenang Nobel Karry Mullis, secara teori hanya memerlukan satu partikel virus. PCR memiliki tingkat kepekaan lebih tinggi dibandingkan rapid test. PCR yang sangat sensitif, 1 molekul DNA ganda setelah 40 siklus PCR menjadi 1.099.511.627.776. Untuk RNA tunggal Covid-19 menjadi 2 pangkat 38 sama dengan 274.877.906.944. Waktu 40 siklus sekitar 2 jam. “Yang negatif pada rapid test hanya bisa dikonfirmasi dengan PCR,” tambah Prof Mahardika.
Meski telah melakukan pemeriksaan PCR maupun rapid test, mereka yang menjalani tes tetap bisa tertular sesaat setelah pengambilan sampel PCR maupun hari-hari setelahnya. Karena itu, Prof Mahardika mengungkapkan, cara terbaik adalah diam di rumah, “Uji cepat dan PCR hanya alat bantu dokter dan Satgas Covid-19 untuk mengambil keputusan untuk pasien dan kebijakan. Cara terbaik hanya satu yaitu di rumah saja alias ngoyong jumah,” tegas kakak kandung aktivis Ngurah Karyadi asal Desa Mendoyo Dauh Tukad, Jembrana ini. *ind
Prof Mahardika mengatakan, virus masuk ke dalam tubuh manusia selalu dalam jumlah kecil. Masa awal kemungkinan menginfeksi selaput lendir mata, hidung, atau mulut atau ketiganya atau dua tempat sekaligus. Virus anakan tersebut kemudian menginfeksi sel di sekitarnya dan sebagian masuk cairan limfe dan darah.
Dia mengungkapkan, jika tes rapid dilakukan sebelum hari ketujuh setelah tertular, hasilnya bisa negatif. “Antibodi terhadap infeksi apa saja baru kelihatan hari ke-7 sampai ke-10 setelah tertular. Jumlahnya biasanya masih sedikit di dalam darah. Nah, masa inkubasi (sejak tertular sampai munculnya gejala sakit) untuk Covid-19 bisa antara 2-14 hari. Jika dilakukan rapid-test sebelum hari ke-7, ya pasti negatif,” ujarnya Jumat (3/4) lalu.
Rapid test, kata Prof Mahardika, bisa untuk deteksi antibodi. Bisa juga untuk deteksi virus namun perlu antibodi serta virus dalam jumlah banyak. Bahkan pengujian hari ke-10 setelah tertular masih bisa negatif karena variasi individu dan memerlukan antibodi yang banyak. “Negatif belum tentu tak membawa virus. Negatif hari ini, tapi setelah uji dan hari-hari berikutnya tetap bisa tertular,” jelasnya.
Sedangkan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dikembangkan Pemenang Nobel Karry Mullis, secara teori hanya memerlukan satu partikel virus. PCR memiliki tingkat kepekaan lebih tinggi dibandingkan rapid test. PCR yang sangat sensitif, 1 molekul DNA ganda setelah 40 siklus PCR menjadi 1.099.511.627.776. Untuk RNA tunggal Covid-19 menjadi 2 pangkat 38 sama dengan 274.877.906.944. Waktu 40 siklus sekitar 2 jam. “Yang negatif pada rapid test hanya bisa dikonfirmasi dengan PCR,” tambah Prof Mahardika.
Meski telah melakukan pemeriksaan PCR maupun rapid test, mereka yang menjalani tes tetap bisa tertular sesaat setelah pengambilan sampel PCR maupun hari-hari setelahnya. Karena itu, Prof Mahardika mengungkapkan, cara terbaik adalah diam di rumah, “Uji cepat dan PCR hanya alat bantu dokter dan Satgas Covid-19 untuk mengambil keputusan untuk pasien dan kebijakan. Cara terbaik hanya satu yaitu di rumah saja alias ngoyong jumah,” tegas kakak kandung aktivis Ngurah Karyadi asal Desa Mendoyo Dauh Tukad, Jembrana ini. *ind
Komentar