Pujawali di Pura Puseh Batih Dikawal Polisi
BANGLI, NusaBali
Pujawali di Pura Puseh Desa Adat Batih, Desa Siakin, Kecamatan Kintamani, Bangli digelar pada Purnama Kadasa, Anggara Pon Merakih, Selasa (7/4).
Pujawali mendapat pengawalan dari kepolisian. Petugas kepolisian turun memantau karena ada kabar pujawali melibatkan banyak orang. Krama yang terlibat dalam jumlah terbatas.
Kapolres Bangli, AKBP Gusti Agung Dhana Aryawan, mengaku dapat informasi piodalan di Pura Puseh Batih sekaligus ada prosesi Nawur Pusaka Penolak Bala akan melibatkan ratusan krama. Berdasarkan informasi itu, Kapolsek Kintamani bersama anggota Polres Bangli turun ke Desa Adat Batih. “Saya perintahkan Kapolsek, Kasat Intel, Kasat Reskrim untuk menyampaikan instruksi pemerintah terkait upaya pencegahan Covid-19,” ungkap AKBP Agung Dhana.
Setelah berkoordinasi, desa adat sanggup mematuhi instruksi pemerintah untuk mengatur jumlah krama yang terlibat dalam upacara tersebut. Meski demikian, petugas kepolisian tetap melakukan pemantauan hingga upacara terlaksana. “Polres Bangli tetap berkomitmen untuk tegas dalam menjalankan instruksi dan imbauan pemerintah demi keselamatan bersama,” tegas AKBP Agung Dhana. Dikatakan, kunci keberhasilan memutus mata rantai Covid-19 adalah kesadaran dan disiplin masyarakat serta ketegasan aparat pemerintah.
Bendesa Adat Batih, Yade Wirya, mengatakan pelaksanaan pujawali di Pura Puseh tetap menganut destra. Tetabuhan (gong), ilen-ilen (tari-tarian) tetap berjalan seperti biasa. Namun jumlah sekaa gong terbatas, begitu pula dengan penarinya. Krama yang sembahyang juga dibatasi. Persembahyangan dilakukan secara bergilir. Pujawali berlangsung dari pukul 15.00 Wita hingga pukul 00.00 Wita. “Sekaa gong tidak lebih dari tujuh orang, penari hanya empat orang. Krama yang sembahyang secara bergantian sebanyak 15 orang,” ungkapnya.
Persiapan pujawali dilakukan hampir sepekan karena jumlah krama yang terlibat terbatas. “Persiapan sudah dari seminggu lalu, yang terlibat para pamucuk adat,” ujar Yade Wirya. Ditegaskan, krama mengikuti instruksi pemerintah. Polisi turun melakukan pengawasan akibat miss komunikasi. “Kami tentu mengikuti imbauan pemerintah. Memang upacara kami laksanakan seperti biasa akan tetapi krama yang terlibat terbatas,” tegasnya. Jika melibatkan ratusan orang, Yade Wirya selaku bendesa adat siap diproses. “Saya sebagai jaminan, jika krama yang terlibat dalam jumlah besar, saya siap dibawa oleh kepolisian,” tegasnya. *esa
Kapolres Bangli, AKBP Gusti Agung Dhana Aryawan, mengaku dapat informasi piodalan di Pura Puseh Batih sekaligus ada prosesi Nawur Pusaka Penolak Bala akan melibatkan ratusan krama. Berdasarkan informasi itu, Kapolsek Kintamani bersama anggota Polres Bangli turun ke Desa Adat Batih. “Saya perintahkan Kapolsek, Kasat Intel, Kasat Reskrim untuk menyampaikan instruksi pemerintah terkait upaya pencegahan Covid-19,” ungkap AKBP Agung Dhana.
Setelah berkoordinasi, desa adat sanggup mematuhi instruksi pemerintah untuk mengatur jumlah krama yang terlibat dalam upacara tersebut. Meski demikian, petugas kepolisian tetap melakukan pemantauan hingga upacara terlaksana. “Polres Bangli tetap berkomitmen untuk tegas dalam menjalankan instruksi dan imbauan pemerintah demi keselamatan bersama,” tegas AKBP Agung Dhana. Dikatakan, kunci keberhasilan memutus mata rantai Covid-19 adalah kesadaran dan disiplin masyarakat serta ketegasan aparat pemerintah.
Bendesa Adat Batih, Yade Wirya, mengatakan pelaksanaan pujawali di Pura Puseh tetap menganut destra. Tetabuhan (gong), ilen-ilen (tari-tarian) tetap berjalan seperti biasa. Namun jumlah sekaa gong terbatas, begitu pula dengan penarinya. Krama yang sembahyang juga dibatasi. Persembahyangan dilakukan secara bergilir. Pujawali berlangsung dari pukul 15.00 Wita hingga pukul 00.00 Wita. “Sekaa gong tidak lebih dari tujuh orang, penari hanya empat orang. Krama yang sembahyang secara bergantian sebanyak 15 orang,” ungkapnya.
Persiapan pujawali dilakukan hampir sepekan karena jumlah krama yang terlibat terbatas. “Persiapan sudah dari seminggu lalu, yang terlibat para pamucuk adat,” ujar Yade Wirya. Ditegaskan, krama mengikuti instruksi pemerintah. Polisi turun melakukan pengawasan akibat miss komunikasi. “Kami tentu mengikuti imbauan pemerintah. Memang upacara kami laksanakan seperti biasa akan tetapi krama yang terlibat terbatas,” tegasnya. Jika melibatkan ratusan orang, Yade Wirya selaku bendesa adat siap diproses. “Saya sebagai jaminan, jika krama yang terlibat dalam jumlah besar, saya siap dibawa oleh kepolisian,” tegasnya. *esa
Komentar