Rawat Pasien Corona, Ikut Tertular, Akhirnya Bisa Sembuh
Kisah I Gusti Ayu Agung Melyani, Perawat Ruang Isolasi RSUD Buleleng
Selama 8 hari menjalani isolasi di Ruang Lely RSUD Buleleng, I Gusti Ayu Agung Melyani saling mendukung dengan petugas medis lainnya yang juga diisolasi dan pasien Covid-19. Dia juga tetap semangat berjuang, minum vitamin, makan buah segar, dan asupan gizi yang seimbang, hingga akhirnya sembuh
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah petugas medis di Bali merawat pasien Covid-19 dan sekaligus berjuang melawan virus Corona, karena sempat dinyatakan tertular. Salah satunya, I Gusti Ayu Agung Melyani, 33, perawat di RSUD Buleleng yang sempat diisolasi selama 8 hari karena terindikasi Covid-19, sebelum akhirnya dinyatakan sembuh.
I Gusti Ayu Agung Melyani merupakan salah satu dari 4 orang ‘Pasien dalam Pengawasan’ (PDP) yang ditangani Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng. Beruntung, perjuangan Agung Melyani melawan Covid-19 berhasil dengan cepat.
Perawat kelahiran 19 Januari 1987 asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng yang tinggal di Singaraja ini sudah sembuh, dengan hasil tes swab kedua dan ketiga dinyatakan negatif. Bersama rekan sejawatnya yang seorang bidan, Agung Melyani sudah dipulangkan dari Ruang Isolasi RSUD Buleleng, Sabtu (4/4) lalu. Sebelum dinyatakan sembuh, Agung Melyani sempat selama 8 hari menjalani isolasi di RSU-D Buleleng, sejak 27 Maret 2020.
Kepada NusaBali, Agung Melyani menceritakan dirinya sudah bertugas sebagai perawat di RSUD Buleleng, sejak tahun 2010. Sejak awal, dirinya ditempatkan bertugas di Ruang Lely RSUD Buleleng, yang merupakan ruang isolasi khusus bagi pasien penderita TBC.
Nah, ketika Pemkab Buleleng menyatakan siap dan menjadikan RSUD Buleleng sebagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, seluruh petugas medis di Ruang Lely langsung ditugaskan untuk menangani PDP. Agung Melyani bersama belasan petugas medis lainnya di Ruang Lely RSUD Buleleng, berbagi shift untuk merawat pasien yang kemudian dinyatakan terindikasi Covid-19.
Menurut Agung Melyani, dirinya ketahuan terjangkit Covid-19 saat puluhan petugas medis RSUD Buleleng yang sempat kontak langsung dengan pasien positif Corona menjalani tes swab. “Hasil tes swab baru keluar tanggal 27 Maret 2020 dan saya dinyatakan positif,” kenang Agung Mulyani kepada NusaBali per telepon di Singaraja, Senin (6/4).
Agung Melyani menyebutkan, saat hasil tes swab keluar, dirinya sedang off sehabis jaga malam terakhir usai Nyepi Tahun Baru Saka 1942. “Saat itu, saya masih dalam keadaan sehat. Saya pun sempat shock dinyatakan positif berdasarkan tes swab, karena saya sama sekali tidak merasakan gejala sakit. Kondisi tubuh dan kesehatan saya baik-baik saja saat itu,” cerita anak keempat dari lima bersaudara pasangan I Gusti Bagus Wijaya dan I Gusti Ayu Sri Yoni ini.
Agung Melyani pun kemudian memasrahkan dirinya ketika dijemput ambulans khusus di rumahnya untuk dibawa ke RSUD Buleleng di Singaraja buat menjalani isolasi. Agung Melyani juga langsung menginformasikan berita ‘sedih’ tersebut kepada seluruh keluarganya. Yang menggembirakan, pihak keluarga tetap mensupport penuh Agung Melyani, yang berprofesi sebagai seorang petugas medis dengan risiko tinggi tertular penyakit.
Beruntung, setelah 8 hari menjalni isolasi di RS, Agung Melyani dinyatakan sembuh berdasarkan tiga kali tes swab yang hasilnya negatif. Namun, alumnus Stikes Banyuwangi (Jawa Timur) 2009 ini mengaku sampai sekarang tidak mengetahui kapan dan saat apa dirinya tertular Ccovid-19 oleh pasien Corona.
Yang jelas, saat bertugas jaga di Ruang Lely RSUD Buleleng, Agung Melyani dan teman-temannya sesama petugas medis sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, sesuai dengan Protap penanganan pasien Covid-19. “Nggak ngerti juga saya. Sampai sekarang saya tidak kepikiran kenanya pas apa?” tutur Agung Melyani.
“Karena tim medis seperti saya sudah pakai APD, perilaku PHBS juga sudah berjalan. Bahkan, saya selalu mandi dan keramas selepas jaga. Tapi, mau bagaimana, saya pasrah dan tetap berjuang sesuai sumpah saya sebagai perawat,” lanjut istri dari Made Sudartawan ini.
Menurut Agung Melyani, selama 8 hari menjalani isolasi di Ruang Lely RSUD Buleleng, dirinya tetap saling mendukung dengan petugas medis lainnya yang juga diisolasi dan pasien Covid-19. Selama menjalani masa isolasi, alumnus SMA PGRI 1 Seririt ini juga tetap semangat berjuang, minum vitamin, makan buah segar, dan asupan gizi yang seimbang, hingga akhirnya bisa menang melawan Covid-19.
“Ternyata memang tidak seseram berita yang banyak kita baca soal banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal. Mungkin karena dulunya merawat pasien Covid-19, lalu saya menjadi pasien Covid-19, makanya saya merasakan langsung bagaimana diisolasi dalam keadaan tidak sakit, tetapi kita tetap harus waspada dengan pakai masker,” papar perawat berusia 33 tahun ini.
Agung Melyani mengisahkan, dukungan dari keluarga, teman, dan sesama pasien Covid-19 juga sangat berarti untuk menjaga semangat melawan Corona. Sebagai perawat di ruang isolasi penyakit menular, Agung Melyani mengaku sudah siap dengan segala potensi yang dihadapinya. Begitu pula saat merawat pasien Covid-19, dirinya siap lahir bathin.
“Kalau Covid-19 ini, sepanjang kekebalan tubuh kita bagus, ya cepat bisa ditangani. Sebenarnya lebih seram penularan TBC, yang lama baru bisa dideteksi. Sehingga, harusnya tetap melakukan perilaku PHBS (pola hidup bersih dan sehat), di mana pun kita berada,” cerita perawat yang menempuh pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Seririt ini.
Sementara itu, begitu mendapat kabar gembira bahwa tes swab ketiganya dinyatakan negatif alias sudah sembuh dari Covid-19, Agung Melyani sangat sumringah dan langsung mengabarkannya kepada keluarga. Dia tak masalah, meskipun masih harus menjalani masa isolasi mandiri di rumah seloama 14 hari, sejak dipulangkan dari RS, 4 April 2020 lalu. Saat ini, Agung Melyani menjalani karantina mandiri di rumah kosnya kawasan Sngaraja.
Agung Melyani sendiri mengaku tetap akan bertugas sebagai perawat, meskipun nanti kembali ditempatkan di Ruang Isolasi Lely RSUD Buleleng. “Menjadi perawat memang awalnya bukan cita-cita saya, melainkan karena ikut petunjuk orangtua. Tetapi, setelah 10 tahun jadi perawat, ada kepuasan yang saya rasakan saat bisa membantu tetangga dan keluarga, khususnya saat mereka sedang sakit. Walaupun tak bisa bantu materi, tapi dengan keahlian bisa bantu, itu kepuasan tersendiri,” terang Agung Melyani.
Agung Melyani berharap publikasi dirinya sebagai perawat pasien Corona dan kemudian malah ikut menjadi pasien Covid-19 sampai akhirnya berhasil sembuh ini, bermanfaat bagi masyarakat. Perawat berambut panjang ini juga menyarankan masyarakat tetap melakukan PHBS dan menggunakan masker, sebagai langkah antisipasi.
Agung Melyani pun berharap masyarakat tidak mendiskriminasi mereka yang sempat dinyatakan positif Covid-19. Menurut Agung Melyani, pasien yang sudah dinyatakan sembuh akan kembali pada kondisinya sediakala. “Karena kita tidak tahu kena di mana? Kita semua kan punya kemungkinan yang sama untuk tertular. Jadi, kita boleh takut, tapi jangan terlalu berlebihan, apalagi sampai terjadi diskriminasi,” harapnya.
Agung Melyani mengapresiasi usaha pemerintah yang cepat dalam menangani Covid-19. Dia juga acungi jempol pemerintah, yang sudah memberikan perhatian khusus kepada petugas medis, terutama dalam pemenuhan APD dan ruangan yang sesuai standar pelayanan.
“Pesan saya pribadi untuk semua petugas medis, sebagai garda terdepan, tetaplah jaga kondisi. Begitu juga masyarakat luas, tetap lakukan PHBS dan pakai masker, sehingga cukup kami berdua (Agung Melyani dan teman bidannya, Red) yang kena Corona,” pesa Agung Melyani. *k23
I Gusti Ayu Agung Melyani merupakan salah satu dari 4 orang ‘Pasien dalam Pengawasan’ (PDP) yang ditangani Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng. Beruntung, perjuangan Agung Melyani melawan Covid-19 berhasil dengan cepat.
Perawat kelahiran 19 Januari 1987 asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng yang tinggal di Singaraja ini sudah sembuh, dengan hasil tes swab kedua dan ketiga dinyatakan negatif. Bersama rekan sejawatnya yang seorang bidan, Agung Melyani sudah dipulangkan dari Ruang Isolasi RSUD Buleleng, Sabtu (4/4) lalu. Sebelum dinyatakan sembuh, Agung Melyani sempat selama 8 hari menjalani isolasi di RSU-D Buleleng, sejak 27 Maret 2020.
Kepada NusaBali, Agung Melyani menceritakan dirinya sudah bertugas sebagai perawat di RSUD Buleleng, sejak tahun 2010. Sejak awal, dirinya ditempatkan bertugas di Ruang Lely RSUD Buleleng, yang merupakan ruang isolasi khusus bagi pasien penderita TBC.
Nah, ketika Pemkab Buleleng menyatakan siap dan menjadikan RSUD Buleleng sebagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, seluruh petugas medis di Ruang Lely langsung ditugaskan untuk menangani PDP. Agung Melyani bersama belasan petugas medis lainnya di Ruang Lely RSUD Buleleng, berbagi shift untuk merawat pasien yang kemudian dinyatakan terindikasi Covid-19.
Menurut Agung Melyani, dirinya ketahuan terjangkit Covid-19 saat puluhan petugas medis RSUD Buleleng yang sempat kontak langsung dengan pasien positif Corona menjalani tes swab. “Hasil tes swab baru keluar tanggal 27 Maret 2020 dan saya dinyatakan positif,” kenang Agung Mulyani kepada NusaBali per telepon di Singaraja, Senin (6/4).
Agung Melyani menyebutkan, saat hasil tes swab keluar, dirinya sedang off sehabis jaga malam terakhir usai Nyepi Tahun Baru Saka 1942. “Saat itu, saya masih dalam keadaan sehat. Saya pun sempat shock dinyatakan positif berdasarkan tes swab, karena saya sama sekali tidak merasakan gejala sakit. Kondisi tubuh dan kesehatan saya baik-baik saja saat itu,” cerita anak keempat dari lima bersaudara pasangan I Gusti Bagus Wijaya dan I Gusti Ayu Sri Yoni ini.
Agung Melyani pun kemudian memasrahkan dirinya ketika dijemput ambulans khusus di rumahnya untuk dibawa ke RSUD Buleleng di Singaraja buat menjalani isolasi. Agung Melyani juga langsung menginformasikan berita ‘sedih’ tersebut kepada seluruh keluarganya. Yang menggembirakan, pihak keluarga tetap mensupport penuh Agung Melyani, yang berprofesi sebagai seorang petugas medis dengan risiko tinggi tertular penyakit.
Beruntung, setelah 8 hari menjalni isolasi di RS, Agung Melyani dinyatakan sembuh berdasarkan tiga kali tes swab yang hasilnya negatif. Namun, alumnus Stikes Banyuwangi (Jawa Timur) 2009 ini mengaku sampai sekarang tidak mengetahui kapan dan saat apa dirinya tertular Ccovid-19 oleh pasien Corona.
Yang jelas, saat bertugas jaga di Ruang Lely RSUD Buleleng, Agung Melyani dan teman-temannya sesama petugas medis sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, sesuai dengan Protap penanganan pasien Covid-19. “Nggak ngerti juga saya. Sampai sekarang saya tidak kepikiran kenanya pas apa?” tutur Agung Melyani.
“Karena tim medis seperti saya sudah pakai APD, perilaku PHBS juga sudah berjalan. Bahkan, saya selalu mandi dan keramas selepas jaga. Tapi, mau bagaimana, saya pasrah dan tetap berjuang sesuai sumpah saya sebagai perawat,” lanjut istri dari Made Sudartawan ini.
Menurut Agung Melyani, selama 8 hari menjalani isolasi di Ruang Lely RSUD Buleleng, dirinya tetap saling mendukung dengan petugas medis lainnya yang juga diisolasi dan pasien Covid-19. Selama menjalani masa isolasi, alumnus SMA PGRI 1 Seririt ini juga tetap semangat berjuang, minum vitamin, makan buah segar, dan asupan gizi yang seimbang, hingga akhirnya bisa menang melawan Covid-19.
“Ternyata memang tidak seseram berita yang banyak kita baca soal banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal. Mungkin karena dulunya merawat pasien Covid-19, lalu saya menjadi pasien Covid-19, makanya saya merasakan langsung bagaimana diisolasi dalam keadaan tidak sakit, tetapi kita tetap harus waspada dengan pakai masker,” papar perawat berusia 33 tahun ini.
Agung Melyani mengisahkan, dukungan dari keluarga, teman, dan sesama pasien Covid-19 juga sangat berarti untuk menjaga semangat melawan Corona. Sebagai perawat di ruang isolasi penyakit menular, Agung Melyani mengaku sudah siap dengan segala potensi yang dihadapinya. Begitu pula saat merawat pasien Covid-19, dirinya siap lahir bathin.
“Kalau Covid-19 ini, sepanjang kekebalan tubuh kita bagus, ya cepat bisa ditangani. Sebenarnya lebih seram penularan TBC, yang lama baru bisa dideteksi. Sehingga, harusnya tetap melakukan perilaku PHBS (pola hidup bersih dan sehat), di mana pun kita berada,” cerita perawat yang menempuh pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Seririt ini.
Sementara itu, begitu mendapat kabar gembira bahwa tes swab ketiganya dinyatakan negatif alias sudah sembuh dari Covid-19, Agung Melyani sangat sumringah dan langsung mengabarkannya kepada keluarga. Dia tak masalah, meskipun masih harus menjalani masa isolasi mandiri di rumah seloama 14 hari, sejak dipulangkan dari RS, 4 April 2020 lalu. Saat ini, Agung Melyani menjalani karantina mandiri di rumah kosnya kawasan Sngaraja.
Agung Melyani sendiri mengaku tetap akan bertugas sebagai perawat, meskipun nanti kembali ditempatkan di Ruang Isolasi Lely RSUD Buleleng. “Menjadi perawat memang awalnya bukan cita-cita saya, melainkan karena ikut petunjuk orangtua. Tetapi, setelah 10 tahun jadi perawat, ada kepuasan yang saya rasakan saat bisa membantu tetangga dan keluarga, khususnya saat mereka sedang sakit. Walaupun tak bisa bantu materi, tapi dengan keahlian bisa bantu, itu kepuasan tersendiri,” terang Agung Melyani.
Agung Melyani berharap publikasi dirinya sebagai perawat pasien Corona dan kemudian malah ikut menjadi pasien Covid-19 sampai akhirnya berhasil sembuh ini, bermanfaat bagi masyarakat. Perawat berambut panjang ini juga menyarankan masyarakat tetap melakukan PHBS dan menggunakan masker, sebagai langkah antisipasi.
Agung Melyani pun berharap masyarakat tidak mendiskriminasi mereka yang sempat dinyatakan positif Covid-19. Menurut Agung Melyani, pasien yang sudah dinyatakan sembuh akan kembali pada kondisinya sediakala. “Karena kita tidak tahu kena di mana? Kita semua kan punya kemungkinan yang sama untuk tertular. Jadi, kita boleh takut, tapi jangan terlalu berlebihan, apalagi sampai terjadi diskriminasi,” harapnya.
Agung Melyani mengapresiasi usaha pemerintah yang cepat dalam menangani Covid-19. Dia juga acungi jempol pemerintah, yang sudah memberikan perhatian khusus kepada petugas medis, terutama dalam pemenuhan APD dan ruangan yang sesuai standar pelayanan.
“Pesan saya pribadi untuk semua petugas medis, sebagai garda terdepan, tetaplah jaga kondisi. Begitu juga masyarakat luas, tetap lakukan PHBS dan pakai masker, sehingga cukup kami berdua (Agung Melyani dan teman bidannya, Red) yang kena Corona,” pesa Agung Melyani. *k23
Komentar