Ibadah Paskah Dilakukan Secara Daring, Jemaat Tetap Antusias
DENPASAR, NusaBali
Pelaksanaan peribadahan Hari Paskah bagi umat Kristiani pada Minggu (12/4) dilaksanakan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang membuat gereja-gereja melaksanakan ibadah Paskah secara daring. Seperti yang dilaksanakan oleh Gereja Unshakeable yang telah melaksanakan ibadah secara daring ini sejak Jumat Agung (10/4) lalu.
Gereja yang berpusat di wilayah Bandung ini melakukan ibadah secara daring yang diikuti oleh jemaat dari seluruh Indonesia, termasuk juga wilayah Bali. Hal ini dikonfirmasi oleh Fernandez Pakpahan, Penanggungjawab Unshakeable Church Bali. “Perayaan ibadah Paskah ini memang berbeda dari tahun-tahun lalu, karena memang kondisi yang memang semuanya harus kembali ke rumah jadi ibadah pun kita semua dengan sistem online,” ujarnya saat dihubungi NusaBali pada Minggu (12/3) malam via percakapan video.
Perayaan ibadah ini berlangsung dengan menyiarkan ibadah Gereja Unshakeable yang berbasis di Bandung yang kemudian disiarkan di waktu ibadah yang ditentukan, yakni pukul 11.00-12.30 Wita melalui platform YouTube. Siaran ibadah ini telah direkam sebelum kegiatan ibadah, namun baru dapat diakses oleh jemaat di jam-jam ibadah tersebut dengan batas waktu tertentu.
“Proses rekamannya antara Kamis dan Jumat, lalu hari Minggunya serentak didownload, dan itu ada timernya juga, jadi hanya bisa ditonton di jam 9 Wita kalau di sini. Karena kita ada perbedaan waktu jam ibadah antara yang di Bandung sama yang di Bali. Jadi kalau kita memang agak siang, jam 11 baru kita mulai serentak oleh seluruh jemaat di Bali,” lanjut Fernandez Pakpahan.
Dengan adanya perbedaan metode dalam melaksanakan ibadah Hari Kebangkitan bagi Yesus Kristus ini, maka sejumlah perbedaan oleh para jemaat pun terasa. Di antaranya, para jemaat yang beribadah di rumah masing-masing tidak bisa bertatap muka dengan jemaat lainnya sehingga kurang mendapatkan rasa kebersamaan yang biasa didapatkan saat beribadah bersama di gereja.
Seperti yang dirasakan oleh salah satu jemaat Gereja Unshakeable, Claudya Agatha Mande, yang mengaku cukup sedih dengan ibadah yang tidak bisa dilakukan bersama jemaat lainnya. “Sebenarnya cukup sedih juga, karena gereja itu identik dengan persekutuan dan kita biasa berkumpul-kumpul bersama, tapi kita juga harus tetap patuh dengan peraturan pemerintah. Mungkin ini pertama kalinya dalam sejarah khususnya dengan Hari Raya Paskah yang jadinya kita rayakan secara berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi di satu sisi ini juga jadi suatu hal yang baru untuk setiap jemaat-jemaat gereja pada umumnya yang kita menemukan hal baru lagi dalam perayaan ibadah di gereja kita masing-masing ini,” kesannya.
Meski demikian, antusiasme para jemaat untuk mengikuti ibadah secara daring tetap terjaga. Jemaat tetap melaksanakan tata ibadah sesuai dengan tata ibadah pada saat ibadah Paskah, meski dilakukan secara mandiri. Menyapa para jemaat yang lain pun, juga dilakukan menggunakan media social seperti WhatsApp dan Instagram.
Bahkan, lanjut Fernandez, terdapat peningkatan minat oleh para jemaat yang melakukan ibadah secara daring. “Karena simple mungkin ya, mereka tidak harus keluar rumah jauh-jauh, mereka hanya memerlukan kuota saja untuk bisa mengakses ibadah pada hari itu. Jadi memang lebih simple dan cepat juga dengan adanya ibadah online itu sendiri,” tandasnya. *cr74
Komentar