Lolos Masuk Bali, 15 Calon ABK Nelayan Langsung Dikarantina
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 15 calon Anak Buah Kapal (ABK) Nelayan lolos masuk ke Bali melalui jalur Gilimanuk, Senin (13/4).
Mereka diciduk petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Denpasar di Pelabuhan Benoa saat baru tiba sekitar pukul 04.30 Wita. Belasan calon ABK ini pun langsung menjalani karantina di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Bali.
Kepala Dishub Kota Denpasar, I Ketut Sriawan mengatakan, calon ABK tersebut berasal dari Brebes, Jawa Tengah yang sengaja dibawa ke Bali menggunakan bus travel sebagai pekerja di salah satu perusahaan pencari ikan di Pelabuhan Benoa. Mengetahui informasi bahwa di Pelabuhan Gilimanuk lolos tes kesehatan secara fisik, pihaknya langsung bergerak menuju pelabuhan.
Untuk memastikan calon ABK tersebut, pihaknya langsung berkoordinasi dengan pihak Kesyahbandaran Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan ( KSOP) Pelabuhan Benoa, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Benoa, dan Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Bali.
Sampai di lokasi, didapati sebuah bus pengangkut 15 calon ABK dan langsung dilakukan proses pengecekan. Kata Sriawan, mereka mengaku lolos di Gilimanuk setelah dilakukan cek suhu tubuh, dan cek kesehatan lainnya. Namun, hal itu, kata Sriawan tidak menjadi jaminan, sebab mereka berada di kawasan yang juga terdampak pandemi Covid-19.
Sriawan mengatakan, para calon ABK ini dilakukan pemeriksaan secara ketat dan dilakukan pengecekan identitas. "Mereka datang pukul 04.30 Wita, setelah ada informasi itu kami langsung bergerak. Karena imbauan Walikota Denpasar jelas untuk memperketar kedatangan warga luar Bali karena Covid-19 ini. Dan mereka dari Brebes Jawa Tengah yang juga merupakan penyebaran wabah virus Corona," jelasnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan, Sriawan mengatakan pihaknya langsung berkoordinasi ke Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Bali untuk dikirim ke tempat karantina LPMP Provinsi Bali. Mereka akan ditempatkan sementara untuk nantinya agar bisa dikembalikan ke tempat asal mereka sesegera mungkin. "Kami ingin mereka segera dikembalikan ke tempat asal mereka. Karena kami juga tidak tahu mereka benar-benar sehat atau tidak. Lagipula mereka juga tidak jelas penanggung jawabnya," kata Sriawan. *mis
1
Komentar