Pemerintah Diminta Berikan Data Secara Gamblang
Dua Pasien Positif Covid-19 Bukan Warga Peguyangan
DENPASAR, NusaBali
Bendesa Peguyangan, Kelurahan Peguyangan, Denpasar Utara, I Ketut Sutama meminta pemerintah agar memberikan data atau informasi secara gamblang terkait dengan alamat dan status warga yang positif Covid-19 (virus Corona).
Imbas dari informasi yang kurang jelas, membuat pihak desa adat kebingungan mencari alamat warga tersebut untuk dilakukan antisipasi dan karantina wilayah terdampak. Bendesa Ketut Sutama saat dihubungi Rabu (15/4) mengungkapkan, selama ditemukan tiga warga positif Covid-19, pihaknya selaku Tim Gugus Tugas Gotong Royong Penanggulangan Covid-19 tidak mengetahui alamat jelas warga yang positif. Hal itu menyulitkan pergerakan secara cepat tim untuk melakukan isolasi dan karantina tempat yang masuk dalam zona merah tersebut.
Pemerintah selama ini, kata dia, hanya memberikan data menyebutkan desa yang positif. "Sementara kami perlu data lengkap, siapa dan dimana dia tinggal agar bisa antisipasi, melakukan karantina wilayah tersebut dengan cepat. Tetapi kenyataannya pemerintah hanya memberi tahu positif di Kelurahan Peguyangan. Banjar kami ada 13 dan padat penduduk, jadi dimana kami cari kalau informasinya terbatas," jelasnya.
Dikatakan Ketut Sutama, dengan informasi yang sangat minim, dia dan tim harus bersusah payah mencari alamat yang akhirnya mendapatkan data, dari tiga warga yang positif, dua diantaranya ternyata bukan warga asli Desa Adat Peguyangan berstatus suami istri. “Mereka memang tinggal di tempat kos anaknya di Kelurahan Peguyangan, setelah diusir dari lingkungannya karena tidak mau melakukan isolasi mandiri setelah suaminya datang dari kapal pesiar,” ungkap Sutama.
Dari informasi yang didapatkan, dua orang yang positif merupakan warga dari wilayah Kabupaten Badung yang sudah tidak diterima di lingkungannya karena bengkung alias ngeyel tidak mau mematuhi aturan yang ada untuk melakukan isolasi mandiri. Namun, ternyata dari permasalahan tersebut, mereka malah menuju ke Kelurahan Peguyangan sebelum akhirnya dinyatakan positif.
"Dia katanya bengkung tidak mau diam di rumah, nah datanglah ke Kelurahan Peguyangan yang kebetulan ada anaknya ngkos di sini. Setelah beberapa hari, anaknya ini menunjukan gejala yang mirip dengan Covid-19. Dibawalah anaknya ini ke RSUP Sanglah, mereka bertiga langsung dites dan ternyata suami istri ini positif, sedangkan anaknya negatif. Yang laki-laki ini baru datang dari kapal pesiar terus istrinya tertular dari suaminya," ungkap Sutama.
Karena ditemukan di Kelurahan Peguyangan, data yang tercantum malah di Peguyangan, bukan di alamat asli mereka. Sementara satu lagi pasien positif, Sutama mengakui memang jelas merupakan warga asli Kelurahan Peguyangan. Warga tersebut diketahui terkena transmisi lokal dari bosnya. Namun, karena warga asli, pihaknya bisa bertindak cepat untuk melakukan isolasi keluarga mereka sesuai protap yang ada.
"Yang kami sayangkan pemerintah tidak gamblang dengan informasi. Dan ini kok bisa-bisanya lolos karantina sudah tahu datang dari kapal pesiar. Udah gitu kami yang jadinya mendapat imbas, padahal bukan warga kami. Jadi pemerintah bagaimana penerapan proses karantinanya? Kami ingin pemerintah terbuka dengan informasi. Ini masalah kesehatan yang harus diantisipasi kasihan warga kami," imbuhnya.
Sementara hal senada juga disampaikan Lurah Peguyangan, Anak Agung Gede Agung Dharma Putra. Menurut Gung Putra, dua warga tersebut merupakan pendatang yang baru tinggal di tempat kos anaknya. Mereka tidak melapor kepada pihak kelurahan maupun lingkungan tinggal di kos tersebut sehingga saat terjadi positif Covid-19 dinyatakan warga Kelurahan Peguyangan.
Hal itu menjadi kekhawatiran pihaknya terhadap penduduk pendatang dengan kondisi pandemi Covid-19 ini. "Kalau kita melarang salah, karena undang-undang membebaskan warga Indonesia mau tinggal di mana saja. Kalau tidak dibatasi seperti ini jadinya. Padahal kita sudah susah payah melakukan upaya pencegahan. Tetapi orang luar Denpasar malah lolos dan akhirnya positif," ungkapnya.
Agung Putra mengatakan, Tim Satgas Gotong Royong Desa Adat Peguyangan selalu bergerak cepat jika ada hal serupa terjadi. Namun, karena kekurangan informasi, mereka memilih turun langsung mencari informasi. "Tim kami walaupun informasi minim, tetap bergerak cepat. Sehingga, penyebaran bisa diminimalisir. Yang diisolasi ada kalau tidak salah 4 orang lagi yang menunggu hasil tes, begitu juga yang transmisi lokal. Kami bantu mereka dengan memberikan sembako selama isolasi," ujarnya. *mi
1
Komentar