nusabali

Diduga Corona, PMI dari Sading Meninggal dalam Perawatan di AS

Keluarga Manut Putusan Pemerintah

  • www.nusabali.com-diduga-corona-pmi-dari-sading-meninggal-dalam-perawatan-di-as

MANGUPURA, NusaBali
Seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Banjar Puseh Pengalasan, Desa Adat Sading, Kelurahan Sading, Kecamatan Mengwi, Badung, I Putu Sugiartha, 42, dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Port Lauderdale, Amerika Serikat, Minggu (19/4) pukul 08.00 waktu setempat atau Senin (20/4) malam pukul 21.00 Wita.

Pekerja kapal pesiar berusia 42 tahun ini diduga terjangkit Covid-19 (virus Corona). Pihak keluarga di Bali pun sudah mengikhlaskan kepergian almarhum. Sebelum menghembuskan napas terakhir, korban I Putu Sugiartha sempat selama tiga pekan dirawat sejak masuk RS Port Lauderdale di Amerika Serikat, 31 Maret 2020 lalu. Sejak masuk RS, Putu Sugiarta praktis tidak bisa lagi berkomunikasi dengan keluarganya di Bali secara langsung.

Istri almarhum, Ni Gusti Nyoman Pramesti, menyatakan satu-satunya informasi tentang Putu Sugiartha hanya diperoleh dari dokter yang merawatnya, melalui sambungan telepon. Terakhir, 18 April 2020, kondisi Sugiartha sempat dikabarkan membaik. Namun, keesokan harinya, 19 April 2020, kondisinya dinyatakan kritis dan harus menjalani cuci darah.

Menurut Pramesti, almarhum suaminya terakhir kali berkomunikasi langsung dengannya per telepon, 22 Maret 2020 lalu. "Tanggal 22 Maret 2020 itu, suami saya sempat nelepon seraya mengaku sakit, setelah selesai main voli sama teman-temannya," ungkap Pramesti saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Puseh Pengalasan, Desa Adat Sading, Selasa (21/4). "Kemudian, suami nenelepon lagi tanggal 31 Maret 2020 saat mengabarkan sudah masuk rumah sakit. Itulah saya terakhir kontak dengan suami," lanjut Pramesti.

Pramesti menyebutkan, kabar meninggalnya sang suami diterima melalui video call dari dokter yang merawatnya di Amerika Serikat, Senin, 20 April 2020 malam pukul 21.00 Wita. "Tumben saya mendapatkan VC (video call) dari dokter yang merawat. Setelah saya buka sambungan VC, saya ditunjukkan bahwa suami sudah meninggal," cerita ibu dua anak ini.

Namun, soal sakit apa yang diderita Sugiartha, Pramesti tidak diberitahu oleh pihak rumah sakit di AS. "Dokter tidak berani mengatakannya atas permintaan suami saya. Tapi, dari salah satu perawat yang kebetulan berkewarganegaraan Indonesia, suami saya dinyatakan kena Corona," katanya.

Hingga Selasa kemarin, jenazah Sugiartha masih disemayamkan di AS. Belum diketahui, kapan jenazah pekerja migran asal Desa Sading ini akan dipulangkan ke Bali. Almarhum Sugiarta sendiri berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta dan dua anak.

Baik sang istri Gusti Nyoman Pramesti maupun keluarga besarnya di Banjar Puseh Pengalasan, Desa Adat Sading sudah mengikhlas kepergian Sugiartha. Mereka juga memasrahkan sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia terkait pemulangan jenazah dari AS.

Paman almarhum, I Nyoman Nasib, mengatakan Putu Sugiarta sudah selama 15 tahun bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal Pesiar Oasis of The Sea. Terakhir, almarhum Sugiartha berangkat, 29 November 2019 lalu.

Menurut Nyoman Nasib, kondisi kesehatan Sugiartha selama ini sangat bagus. Bahkan, sepengetahuannya, Sugiartha tidak punya riwayat penyakit apa pun, baik sebelum maupun selama bekerja di kapal pesiar. "Keponakan saya ini badannya bugar karena suka fitness. Dia tidak punya riwayat penyakit apa-apa,” jelas Nyoman Nasib di rumah duka, Selasa kemarin.

Tiba-tiba, Nyoman Nasib mendengar kabar keponakannya ini jatuh sakit di AS. Kemudian, dokter yang menanganinya menghubungi keluarga untuk meminta persetujuan memasang alat di paru-paru, karena kondisi Sugiartha sudah kritis. Keluarga di Bali pun menyetujuinya.

“Sekarang keponakan saya ini sudah tiaada. Kami dari pihak keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Kami mengerti dengan kondisi ini, jadi kami tidak ada menuntut apa-apa. Kami sepenuhnya mengikuti kebijakan pemerintah," tandas Nyoman Nasib.

Ditanya soal pelaksanaan upacara pengabenan jenazah almarhum Sugiartha, menurut Nyoman Nasib, pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah. "Belum, sejauh ini belum cari dewasa ayu (hari baik) untuk pengabenan, karena kepastian belum ada, apakah nanti dipulangkan dalam bentuk abu atau jenazahnya. Kalau sudah ada kepastian, baru kita akan lakukan persiapan upacara Yang jelas, kita akan selaku koordinasi dengan desa adat," papar Nyoman Nasib.

Sementara itu, Bendesa Adat Sading, I Ketut Sudiarsa, belum berani memberikan komentar terkait kabar kematian Putu Sugiartha di AS. Alasannya, dia masih menunggu petunjuk lebih lanjut dari pemerintah. "Bagaiman prosedur pemerintah, termasuk protokol kesehatannya, kita serahkan sepenuhnya," tegas Sudiarsa. Kendati begitu, Sudiarsa mengaku sudah mendatangi rumah duka untuk membahas berbagai persiapan upacara.

Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Selasa kemarin, Koordinator Kehumasan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Badung, IGN Gede Jaya Saputra, mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak terkait atas meninggalnya pekerja kapal pesiar asal Desa Adat Sading tersebut di AS. Dari hasil koordinasi, kata Jaya Saputra, jenazah almarhum Sugiartha akan dikremasi di AS, lalu abunya diterbangkan ke Indonesia.

Disinggung apakah kematian Sugiartha karena wabah Covid-19 atau bagaimana, Jaya Saputra tidak berani memastikan. "Pastinya belum ada info tentang hal itu. Tapi, almarhum memang dirawat di rumah sakit di AS," kilah mantan Camat Mengwi ini. *asa

Komentar