Krama Bungaya Bikin Persembahan 7 Dangsil 18 Meter, Gubernur Terharu
Puncak Karya Usaba Dangsil di Desa Pakraman Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem telah dilaksanakan pada Soma Umanis Sungsang, Senin (29/8).
Karya Ngusaba Dangsil merupakan upacara sakral terbesar di Desa Pakraman Bungaya. Bahkan, upacara ini disebut sebagai tradisi Ngusaba tertua di Bali. Ketua Panitia Pelaksana Ngusaba Dangsil Desa Pakraman Bungaya, IB Jungutan, menjelaskan salah satu ciri utama upacara ini, selaian menstanakan 7 dangsil ukuran besar, juga ada pelantikan daha teruna (mudi muda) baru. Kali ini, ada 579 daha teruna yang dilantik, setelah melalui serentetan upacara.
“Upacara Ngusaba Dangsil biasanya digelar ketika daha teruna mulai berkurang karena sudah menikah atau hal lainnya. Daha teruna tidak boleh sampai habis, karena mereka ayah-ayahan (tanggung jawab) yang sangat penting di Desa Pakraman Bungaya,” ungkap IB Jungutan saat memberikan laporan di hadapan Gubernur Pastika, Senin kemarin. Ngusaba dangsil terakhir kali sebelum nya dilaksanakan krama Desa Pakraman Bungaya tahun 2002.
Sementara itu, Gubernur Pastika mengaku sangat terharu dengan antusiasme krama di Desa Pakraman Bungaya dalam mengikuti karya Ngusaba Dangsil. “Saya merasa ada di rumah sendiri melihat semangat-semangat mereka. Ini upacara yang sangat sakral dan tidak banyak ada, sehingga upacara ini jangan sampai terlewatkan,” ujar Gubernur Pastika.
Sedangkan budayawan Prof Dr I Made Bandem, yang juga hadir dalam upacara tersebut, mengaku terkesan atas prosesi unik Ngusaba Dangsil di Desa Pakraman Bungaya. “Ini merupakan perpaduan karya seni, budaya, kebersamaan, disiplin, dan penyatuan semangat spiritual,” ujar mantan Rektor ISI Denpasar ini. *h k16
“Upacara Ngusaba Dangsil biasanya digelar ketika daha teruna mulai berkurang karena sudah menikah atau hal lainnya. Daha teruna tidak boleh sampai habis, karena mereka ayah-ayahan (tanggung jawab) yang sangat penting di Desa Pakraman Bungaya,” ungkap IB Jungutan saat memberikan laporan di hadapan Gubernur Pastika, Senin kemarin. Ngusaba dangsil terakhir kali sebelum nya dilaksanakan krama Desa Pakraman Bungaya tahun 2002.
Sementara itu, Gubernur Pastika mengaku sangat terharu dengan antusiasme krama di Desa Pakraman Bungaya dalam mengikuti karya Ngusaba Dangsil. “Saya merasa ada di rumah sendiri melihat semangat-semangat mereka. Ini upacara yang sangat sakral dan tidak banyak ada, sehingga upacara ini jangan sampai terlewatkan,” ujar Gubernur Pastika.
Sedangkan budayawan Prof Dr I Made Bandem, yang juga hadir dalam upacara tersebut, mengaku terkesan atas prosesi unik Ngusaba Dangsil di Desa Pakraman Bungaya. “Ini merupakan perpaduan karya seni, budaya, kebersamaan, disiplin, dan penyatuan semangat spiritual,” ujar mantan Rektor ISI Denpasar ini. *h k16
Komentar