Satgas Desa Pengulon Karantina Sopir Truk
Karena datang dari Jakarta yang merupakan zona merah, maka sang sopir harus menjalani karantina di gedung PAUD.
SINGARAJA, NusaBali
Seorang sopir truk Jakarta-Lombok asal Desa Pengulon, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng akhirnya dikarantina Satgas Desa Pengulon, Kamis (23/4). Sopir truk ini diputuskan harus menjalani karantina karena baru pulang dua hari yang lalu dari zona merah Covid-19. Satgas Desa sebelumnya juga melakukan penyisiran terhadap warganya yang bekerja sebagai sopir truk dengan risiko mengantar barang dari satu daerah ke daerah lain antar pulau.
Perbekel Pengulon, I Nyoman Juliana, Kamis (23/4) sore, mengatakan bahwa hasil penyisiran menemukan 4 orang warganya yang bekerja sebagai sopir truk. 3 orang di antaranya merupakan sopir truk Banyuwangi-Denpasar. “Dari 3 ini yang 2 sudah di rumah, tinggal satu yang masih bekerja, kami sudah ambil protap dan SOP penanganan Covid-19. Keluarganya juga sudah kami edukasi untuk PHBS, jaga jarak dan cuci tangan,” kata dia.
Sedangkan Satgas Desa hanya melakukan karantina desa terhadap seorang sopir Jakarta-Lombok karena sempat datang dari Jakarta yang merupakan zona merah. Sopir tersebut diisolasi di gedung PAUD yang telah disiapkan Satgas Desa. “Sopir Jakarta-Lombok ini sudah datang dua hari lalu dan hari ini kami mulai karantina karena sempat datang dari daerah zona merah,” jelas Juliana.
Sementara itu selain mengkarantina seorang sopir truk Satgas Desa pengulon juga masih memantau seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang juga menjalani karantina. Namun PMI yang bersnagkutan menjalani karantina mandiri di rumah kosong milik keluarganya, yang memang dipisahkan dengan anggota keluarga yang lainnya. “Itu karena ada permintaan dari yang bersangkutan, kebetulan yang bersangkutan punya satu rumah kosong yang tidak ditempati. Terpisah dari keluarganya. Kami izinkan dengan catatan kelurga dan yang bersangkutan komitmen mentaati SOP karantina, ini juga masih dalam pantauan kami,” kata dia.
Sementara itu total warga Desa Pengulon yang melakukan karantina berjumlah dua orang, sebelumnya memang ada sejumlah santri dari transmisi lokal di Indonesia. Namun menurut Perbekel Juliana semua santri dan santriwati asal desanya sudah usai menjalani masa pantau 14 hari. *k23
Seorang sopir truk Jakarta-Lombok asal Desa Pengulon, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng akhirnya dikarantina Satgas Desa Pengulon, Kamis (23/4). Sopir truk ini diputuskan harus menjalani karantina karena baru pulang dua hari yang lalu dari zona merah Covid-19. Satgas Desa sebelumnya juga melakukan penyisiran terhadap warganya yang bekerja sebagai sopir truk dengan risiko mengantar barang dari satu daerah ke daerah lain antar pulau.
Perbekel Pengulon, I Nyoman Juliana, Kamis (23/4) sore, mengatakan bahwa hasil penyisiran menemukan 4 orang warganya yang bekerja sebagai sopir truk. 3 orang di antaranya merupakan sopir truk Banyuwangi-Denpasar. “Dari 3 ini yang 2 sudah di rumah, tinggal satu yang masih bekerja, kami sudah ambil protap dan SOP penanganan Covid-19. Keluarganya juga sudah kami edukasi untuk PHBS, jaga jarak dan cuci tangan,” kata dia.
Sedangkan Satgas Desa hanya melakukan karantina desa terhadap seorang sopir Jakarta-Lombok karena sempat datang dari Jakarta yang merupakan zona merah. Sopir tersebut diisolasi di gedung PAUD yang telah disiapkan Satgas Desa. “Sopir Jakarta-Lombok ini sudah datang dua hari lalu dan hari ini kami mulai karantina karena sempat datang dari daerah zona merah,” jelas Juliana.
Sementara itu selain mengkarantina seorang sopir truk Satgas Desa pengulon juga masih memantau seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang juga menjalani karantina. Namun PMI yang bersnagkutan menjalani karantina mandiri di rumah kosong milik keluarganya, yang memang dipisahkan dengan anggota keluarga yang lainnya. “Itu karena ada permintaan dari yang bersangkutan, kebetulan yang bersangkutan punya satu rumah kosong yang tidak ditempati. Terpisah dari keluarganya. Kami izinkan dengan catatan kelurga dan yang bersangkutan komitmen mentaati SOP karantina, ini juga masih dalam pantauan kami,” kata dia.
Sementara itu total warga Desa Pengulon yang melakukan karantina berjumlah dua orang, sebelumnya memang ada sejumlah santri dari transmisi lokal di Indonesia. Namun menurut Perbekel Juliana semua santri dan santriwati asal desanya sudah usai menjalani masa pantau 14 hari. *k23
Komentar