KMHDI Kecewa kepada Kemenpora
Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) mengaku kecewa terhadap ketidakhadiran Menteri Pemuda Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi pada sejumlah kegiatan mereka.
JAKARTA, NusaBali
Puncaknya saat Menpora tidak hadir dalam Mahasabha X KMHDI di Kendari, Sulawesi Tenggara pada 25-28 Agustus kemarin.
“Puncak kekecewaan kami kepada Menpora adalah dengan tidak hadirnya beliau dalam pembukaan Mahasabha di Kendari. Padahal beliau adalah “orangtua” kami yang berperan membimbing organisasi kepemudaan,” ujar salah satu Presidium KMHDI Putu Wiratnaya saat dihubungi NusaBali di Kendari, Selasa (30/8).
Pria yang biasa disapa Wirat ini menerangkan, kekecewaan KMHDI berawal saat Rakornas di Lampung pada Agustus 2015 lalu. Saat itu sang Menteri memastikan akan hadir di acara tersebut. Sebagai tuan rumah, KMHDI menyiapkan segala fasilitas untuk sang menteri seperti penjemputan.
Namun satu jam sebelum acara dimulai, sang menteri batal datang. Kemudian saat mereka ingin menggelar Mahasabha di Kendari, mereka melakukan audensi dengan Menpora pada Mei 2016 lalu. Surat sudah mereka kirimkan, tetapi sampai hari H audensi belum ada kabarnya. Begitupula, ketika KMHDI meminta Menpora hadir membuka Mahasabha.
Sang menteri lagi-lagi tidak menghiraukan KMHDI. Justru mengirim staf ahli bidang hukum dan olahraga. Padahal, acara tersebut penting bagi KMHDI, dimana salah satu agendanya adalah pemilihan presidum. “Jadi ini merupakan kesekian kali kami di kecewakan,” tegas pria yang menempuh pendidikan S2 di jurusan manajemen dan SDM di salah satu perguruan tinggi swasta ini.
Kekecewaan KMHDI pun beredar luas di masyarakat, tetapi sang menteri belum memberikan keterangan secara resmi. “Kami hanya mendapat informasi dari stafnya, kalau beliau ingin bertemu kami pada Rabu (31/8). Kami menjawab tidak bisa, karena baru saja selesai Mahasabha sehingga masih menyelesaikan segala urusan di Kendari,” imbuh Wirat.
Dalam kesempatan itu, Wirat menyesalkan beredarnya isu bahwa KMHDI kecewa karena ujung-ujungnya duit (UUD). Mantan Sekjen KMHDI ini menyatakan, kekecewaan KMHDI bukan soal UUD. Melainkan Menpora yang tidak perhatian kepada organisasi kepemudaan.
“Di Mahasabha ini kami justru tidak sepersen pun menerima dana dari Kemenpora. Untuk pendanaan, kami ada donatur swasta yang tidak mengikat. Lalu sumbangan dari alumni dan urunan dari para anggota. Jadi bukan karena UUD. Justru kami sangat menghargai Kemenpora, bahkan logo Kemenpora tetap kami pasang di spanduk,” imbuhnya.
Pria yang lahir dan besar di Makassar ini berharap, kejadian ini tidak terulang lagi kepada organisai kepemudaan lainnya. Ia berharap, Menpora lebih perhatian kepada organisasi kepemudaan lantaran Menpora adalah orang tua bagi para organisasi kepemudaan di tanah air.
Dalam Mahasabha sendiri terpilih tiga orang presidium periode 2016-2018. Mereka adalah Putu Suwiyasa (Banjarmasin), Made Wirayasa (Lampung) dan Putu Wiratnaya (Makassar). K22
“Puncak kekecewaan kami kepada Menpora adalah dengan tidak hadirnya beliau dalam pembukaan Mahasabha di Kendari. Padahal beliau adalah “orangtua” kami yang berperan membimbing organisasi kepemudaan,” ujar salah satu Presidium KMHDI Putu Wiratnaya saat dihubungi NusaBali di Kendari, Selasa (30/8).
Pria yang biasa disapa Wirat ini menerangkan, kekecewaan KMHDI berawal saat Rakornas di Lampung pada Agustus 2015 lalu. Saat itu sang Menteri memastikan akan hadir di acara tersebut. Sebagai tuan rumah, KMHDI menyiapkan segala fasilitas untuk sang menteri seperti penjemputan.
Namun satu jam sebelum acara dimulai, sang menteri batal datang. Kemudian saat mereka ingin menggelar Mahasabha di Kendari, mereka melakukan audensi dengan Menpora pada Mei 2016 lalu. Surat sudah mereka kirimkan, tetapi sampai hari H audensi belum ada kabarnya. Begitupula, ketika KMHDI meminta Menpora hadir membuka Mahasabha.
Sang menteri lagi-lagi tidak menghiraukan KMHDI. Justru mengirim staf ahli bidang hukum dan olahraga. Padahal, acara tersebut penting bagi KMHDI, dimana salah satu agendanya adalah pemilihan presidum. “Jadi ini merupakan kesekian kali kami di kecewakan,” tegas pria yang menempuh pendidikan S2 di jurusan manajemen dan SDM di salah satu perguruan tinggi swasta ini.
Kekecewaan KMHDI pun beredar luas di masyarakat, tetapi sang menteri belum memberikan keterangan secara resmi. “Kami hanya mendapat informasi dari stafnya, kalau beliau ingin bertemu kami pada Rabu (31/8). Kami menjawab tidak bisa, karena baru saja selesai Mahasabha sehingga masih menyelesaikan segala urusan di Kendari,” imbuh Wirat.
Dalam kesempatan itu, Wirat menyesalkan beredarnya isu bahwa KMHDI kecewa karena ujung-ujungnya duit (UUD). Mantan Sekjen KMHDI ini menyatakan, kekecewaan KMHDI bukan soal UUD. Melainkan Menpora yang tidak perhatian kepada organisasi kepemudaan.
“Di Mahasabha ini kami justru tidak sepersen pun menerima dana dari Kemenpora. Untuk pendanaan, kami ada donatur swasta yang tidak mengikat. Lalu sumbangan dari alumni dan urunan dari para anggota. Jadi bukan karena UUD. Justru kami sangat menghargai Kemenpora, bahkan logo Kemenpora tetap kami pasang di spanduk,” imbuhnya.
Pria yang lahir dan besar di Makassar ini berharap, kejadian ini tidak terulang lagi kepada organisai kepemudaan lainnya. Ia berharap, Menpora lebih perhatian kepada organisasi kepemudaan lantaran Menpora adalah orang tua bagi para organisasi kepemudaan di tanah air.
Dalam Mahasabha sendiri terpilih tiga orang presidium periode 2016-2018. Mereka adalah Putu Suwiyasa (Banjarmasin), Made Wirayasa (Lampung) dan Putu Wiratnaya (Makassar). K22
Komentar