Berisi Pesan Dukungan Moral kepada Pekerja Migran
Sekaa Teruna Desa Adat Beratan Samayaji, Buleleng Pasang Baliho Unik
Baliho dukungan moral terhadap PMI yang dipasang Malong Pandya Wisesa Desa Beratan Samayaji, Kecamatan Buleleng, berisi tulisan ‘Semangat PMI, ake sing ngidih parfum, sing ngidih baju luar negeri, ane ake idih cai apang rahayu lan seger nah’
SINGARAJA, NusaBali
Nuansa persatuan dan kekeluargaan sangat terasa wilayah perbatasan Kelurahan Beratan (Kecamatan Buleleng) dan Kelurahan Sukasada (Kecamatan Sukasada, Buleleng). Di sini terpasang sebuah baliho berukuran besar untuk memberi dukungan moral dan menyambut ke-datangan beberapa anggota Sekaa Teruna (ST), yang merupakan pekerja migran Indonesia (PMI) yang baru pulang dari luar negeri.
Baliho sebagai bentuk dukungan moral terhadap PMI yang didominasi warna merah ini menyita perhatian pengguna jalan di Jalur Singaraja-Denpasar kawasan perbatasan Kelurahan Beratan dan Kelurahan Sukasada. Pasalnya, baliho yang terpasang sejak Jumat (24/4) ini berisi tulisan kalimat nyeleneh khas bahasa pergaulan nak (orang) Buleleng.
“Semangat PMI, ake sing ngidih parfum, sing ngidih baju luar negeri, ane ake idih cai apang rahayu lan seger nah (Semangat PMI, saya tidak minta parfum, tidak minta baju luar negeri, yang saya minta supaya selamat dan sehat semua ya, Red),” bunyi tulisan dalam baliho tersebut.
Kelian ST Malong Pandya Wisesa Desa Beratan Samayaji, Kecamatan Buleleng, Kadek Dwi Pande Wahyuda, mengatakan pembuatan dan pemasangan baliho tersebut terinspirasi oleh rasa rindu dengan tetangga dan keluarganya yang bekerja di luar negeri. Terlebih, kondisi pandemi Covid-19 (virus Corona) saat ini mengharuskan para pekerja migran dipulangkan ke daerah asalnya di Bali, dengan image negatif sebagai orang yang diindikasi membawa virus dari luar negeri.
Selain itu, kata Dwi Pande, muncul keprihatinan atas beberapa berita dan informasi bahwa sejumlah PMI ditolak masuk di kampungnya, karena image negatif mereka di tengah pandemi Covid-19. Ini pula menginspirasi ST Malong Pandya Wisesa Desa Beratan Samayaji bikin baliho perausaraan dan sambut kepulangan para pekerja migran.
“Pembuatan baliho ini berawal dari bincang-bincang antar anggota ST Malong Pandya Wisesa tentang rasa rindu kami terhadap keluarga kami yang bekerja di luar negeri. Hati kami tersentuh ketika banyak yang menganggap PMI itu membawa virus Corona, sehingga ini sebagai bentuk dukungan moral untuk mereka dari kami,” ujar Dwi Pande saat ditemui NusaBali di lokmasi pemasdangan baliho persaudaraan, Jumat kemarin.
Menurut Dwi Pande, dirinya sempat mengkomunikasikan perihal kalimat dukungan yang dituliskan dalam baliho kepada berbagai pihak. Termasuk dikonsultasikan kepada sesepuh ST Malong Pandya Wisesa, Ngurah Wedana. Ternyata, sang sesepuh mengizinkan menggunakan kalimat khas pergaulan nak Buleleng tersebut.
Dwi Pande mengatakan, kalimat ‘ake sing ngidih parfum, sing ngidih baju’ merupakan latah yang dilakukan ketika anggota keluarga atau temannya bekerja di luar negeri. “Dari Desa Beratan Samayaji ini memang banyak yang bekerja di luar negeri, terutama sebagai pekerja kapal pesiar. Dari dulu sudah ada yang mengadu nasib ke luar negeri. Saat ini ada 6 orang anggota ST Malong Pandya Wisesa Desa Beratan Samayaji yang terdampak pandemi Covid-19,” papar Dwi Pande.
Dwi Pande menyebutkan, dukungan moral yang dituangkan dalam baliho ini adalah berdasarkan slogan ‘megetih abungbung’, yang berarti semua bersaudara. Slogan itu pula yang membuat tidak ada satu warga pun di Desa Beratan Samayaji yang mengucilkan para PMI.
Semenatara itu, dengan dukungan moral yang dilakukan ST Malong Pandya Wisesa, Dwi Pande berharap seluruh PMI di Bali, khususnya Buleleng, bisa meningkatkan kesadaran dan mengikuti seluruh kebijakan pemerintah. Termasuk menjalani karantina secara mandiri dengan disiplin. Dengan begitu, harapan seluruh masyarakat dan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 segera bisa terwujud.
“Untuk saudara-saudara PMI khususnya dari Desa Beratan Samayaji, tolong tetap jaga kesehatan, tingkatkan imun tubuh. Kalian orang-orang hebat, kalian bukan pembawa virus Corona. Tetap semangat sampai nanti berkumpul lagi bersama kami,” pinta Dwi Pande. *k23
Baliho sebagai bentuk dukungan moral terhadap PMI yang didominasi warna merah ini menyita perhatian pengguna jalan di Jalur Singaraja-Denpasar kawasan perbatasan Kelurahan Beratan dan Kelurahan Sukasada. Pasalnya, baliho yang terpasang sejak Jumat (24/4) ini berisi tulisan kalimat nyeleneh khas bahasa pergaulan nak (orang) Buleleng.
“Semangat PMI, ake sing ngidih parfum, sing ngidih baju luar negeri, ane ake idih cai apang rahayu lan seger nah (Semangat PMI, saya tidak minta parfum, tidak minta baju luar negeri, yang saya minta supaya selamat dan sehat semua ya, Red),” bunyi tulisan dalam baliho tersebut.
Kelian ST Malong Pandya Wisesa Desa Beratan Samayaji, Kecamatan Buleleng, Kadek Dwi Pande Wahyuda, mengatakan pembuatan dan pemasangan baliho tersebut terinspirasi oleh rasa rindu dengan tetangga dan keluarganya yang bekerja di luar negeri. Terlebih, kondisi pandemi Covid-19 (virus Corona) saat ini mengharuskan para pekerja migran dipulangkan ke daerah asalnya di Bali, dengan image negatif sebagai orang yang diindikasi membawa virus dari luar negeri.
Selain itu, kata Dwi Pande, muncul keprihatinan atas beberapa berita dan informasi bahwa sejumlah PMI ditolak masuk di kampungnya, karena image negatif mereka di tengah pandemi Covid-19. Ini pula menginspirasi ST Malong Pandya Wisesa Desa Beratan Samayaji bikin baliho perausaraan dan sambut kepulangan para pekerja migran.
“Pembuatan baliho ini berawal dari bincang-bincang antar anggota ST Malong Pandya Wisesa tentang rasa rindu kami terhadap keluarga kami yang bekerja di luar negeri. Hati kami tersentuh ketika banyak yang menganggap PMI itu membawa virus Corona, sehingga ini sebagai bentuk dukungan moral untuk mereka dari kami,” ujar Dwi Pande saat ditemui NusaBali di lokmasi pemasdangan baliho persaudaraan, Jumat kemarin.
Menurut Dwi Pande, dirinya sempat mengkomunikasikan perihal kalimat dukungan yang dituliskan dalam baliho kepada berbagai pihak. Termasuk dikonsultasikan kepada sesepuh ST Malong Pandya Wisesa, Ngurah Wedana. Ternyata, sang sesepuh mengizinkan menggunakan kalimat khas pergaulan nak Buleleng tersebut.
Dwi Pande mengatakan, kalimat ‘ake sing ngidih parfum, sing ngidih baju’ merupakan latah yang dilakukan ketika anggota keluarga atau temannya bekerja di luar negeri. “Dari Desa Beratan Samayaji ini memang banyak yang bekerja di luar negeri, terutama sebagai pekerja kapal pesiar. Dari dulu sudah ada yang mengadu nasib ke luar negeri. Saat ini ada 6 orang anggota ST Malong Pandya Wisesa Desa Beratan Samayaji yang terdampak pandemi Covid-19,” papar Dwi Pande.
Dwi Pande menyebutkan, dukungan moral yang dituangkan dalam baliho ini adalah berdasarkan slogan ‘megetih abungbung’, yang berarti semua bersaudara. Slogan itu pula yang membuat tidak ada satu warga pun di Desa Beratan Samayaji yang mengucilkan para PMI.
Semenatara itu, dengan dukungan moral yang dilakukan ST Malong Pandya Wisesa, Dwi Pande berharap seluruh PMI di Bali, khususnya Buleleng, bisa meningkatkan kesadaran dan mengikuti seluruh kebijakan pemerintah. Termasuk menjalani karantina secara mandiri dengan disiplin. Dengan begitu, harapan seluruh masyarakat dan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 segera bisa terwujud.
“Untuk saudara-saudara PMI khususnya dari Desa Beratan Samayaji, tolong tetap jaga kesehatan, tingkatkan imun tubuh. Kalian orang-orang hebat, kalian bukan pembawa virus Corona. Tetap semangat sampai nanti berkumpul lagi bersama kami,” pinta Dwi Pande. *k23
1
Komentar