Jadi Pangan Alternatif, Sela Kabetan Laris
GIANYAR, NusaBali
Menjadi bahan pangan alternatif, Ketela Rambat alias Sela laris manis selama wabah Covid-19.
Tidak saja bisa dicampur dengan makanan pokok nasi, Sela ini juga biasa direbus untuk camilan sehat. Salah satu wilayah penghasil ketela rambat di bumi seni Gianyar ada di Desa Bakbakan Kecamatan Gianyar.
Dua banjar di desa ini, bahkan sudah dikenal sebagai penghasil komoditas Sela Kabetan yang rasanya manis dan legit. Perbekel Bakbakan Gede Indra Ari Wangsa SH, Jumat (8/5), mengakui adanya peningkatan permintaan Sela Kabetan selama pandemi Covid-19 ini. "Permintaan saat ini justru meningkat daripada hari biasanya sebelum ada wabah covid," jelasnya. Jika biasanya begitu panen baru dicari dan dibeli pengepul maupun pedagang, kini sebelum panen Sela Kabetan sudah dipesan.
Ari Wangsa menyampaikan para petani ketela biasanya panen setiap dua bulan sekali. "Bahkan sebelum panen sudah ada yang memesan duluan, sehingga belum waktunya panen sudah laku," ungkapnya. Dia juga mengaku masyarakat yang mencari umbi ketela rambat kebanyakan para pedagang yang berjualan di pasar-pasar untuk direbus dan dijual. "Yang mesan banyak dari wilayah Kota Gianyar, dan di luar kabupaten juga ada. Biasanya untuk dijual umbi ketela rebus itu, kalau rasa memang agak manis dan legit. Karena tekstur tanah di desa kami cocok untuk tanam ketela rambat, sehingga cukup tanam dan isi air sedikit dua bulan langsung panen," imbuhnya.
Karena peningkatan pemesan ini, membuat warganya tertarik menggarap lahan. Perbekel Ari Wangsa mengaku beberapa masyarakat yang sebelumnya bekerja di sektor pariwisata memilih beralih menjadi petani ketela rambat. Ketimbang berdiam diri di rumah tanpa aktifitas. Dijelaskan pula, peningkatan permintaan ini menurutnya karena Sela Kabetan dikenal memiliki rasa khas tersendiri. "Dari sembilan banjar, ada dua banjar penghasil Sela Kabetan, yaitu Banjar Kabetan Kaja dan Kabetan Kelod, sedangkan Banjar yang lainnya unggul di bidang pertanian padi," jelasnya.
Untuk harga, berkisar antara Rp 5.000 - Rp 7.000/kg. "Pembeli biasanya mesan satu karung yang beratnya mencapai 25 kg," ujarnya. *nvi
1
Komentar