Tidak Dilengkapi Gebogan Setinggi 2,5 Meter
Tumpek Uye di Alas Kedaton di Tengah Pandemi Covid-19
TABANAN, NusaBali
Prosesi Tumpek Uye di Objek Wisata Alas Kedaton, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan tak seperti upacara enam bulan lalu. Karena pandemi virus Covid-19, prosesi Tumpek Uye pada Saniscara Kliwon Uye, Sabtu (9/5), tidak dilengkapi dengan pajegan buah setinggi 2,5 meter.
Bahkan prosesi kali ini juga tidak dilengkapi dengan parade. Sekretaris Bendesa Adat Kukuh I Dewa Nyoman Suarta menuturkan prosesi upacara terkait dengan bhakti tetap berjalan. Desa adat tetap melaksanakan aci (upacara) tersebut.
Hanya saja yang membedakan upacara tanpa saji (gebogan) tinggi seperti pada Tumpek Uye enam bulan lalu. Namun kali ini menggunakan gebogan kecil. “Hal ini karena secara umum pelaksanaan Panca Yadnya saat pandemi Covid-19 harus mengikuti imbauan pemerintah yang sudah disepakati,” ujar Dewa Suarta.
Menurut Dewa Suarta, upacara Tumpek Uye pada Sabtu kemarin dimulai pukul 15.00 Wita. Upacara dipuput oleh pemangku setempat dan diikuti prajuru banjar serta prajuru adat. “Yang terlibat dalam upacara maksimal 18 orang, mengikuti imbauan pemerintah,” ujarnya.
Selain itu, upacara kali ini juga tidak dilengkapi dengan parade. Sebelumnya pada Tumpek Uye enam bulan lalu dilengkapi dengan parade kemudian gebogan setinggi 2,5 meter yang terdiri dari buah lokal diletakkan di tengah halaman pura. “Upacara juga tidak dilengkapi dengan parade, namun prosesi tetap berjalan,” tegasnya.
Untuk diketahui, pada Tumpek Uye yang dilaksanakan 6 bulan lalu, krama Desa Adat Kukuh mempersembahkan gebogan dengan buah lokal setinggi 2,5 meter. Gebogan ini direbut oleh ribuan kera yang ada di Alas Kedaton. Adanya upacara itu turut memancing sejumlah wisatawan berkunjung ke Alas Kedaton.
Prosesi tersebut dilakukan untuk mengucap rasa syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dihari Tumpek Uye yang dikenal dengan hari memuliakan hewan (satwa). *des
Komentar