Karena Covid-19, Bali Nihil Peringatan Hari Tari Sedunia
MANGUPURA, NusaBali
Hari Tari Sedunia yang jatuh pada 29 April, biasanya diperingati dengan sejumlah pementasan tari.
Tak demikian pada tahun ini, di mana absennya seluruh bentuk perayaan akibat pandemi Covid-19. Dunia termasuk Bali, tak dapat merayakan peringatan hari tari ini.
Namun hal itu tak lantas membuat para seniman tari patah arang untuk melestarikan budaya Bali. Beberapa maestro Bali, tetap menjadikan Hari Tari Sedunia sebagai bagian penting dalam proes penciptaan karya seni.
Salah satunya, Ida Bagus Nyoman Mas, tokoh seni asal Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung. Dia menggiatkan seni tari bersama sang istri, Anak Agung Putra Susilawati.
Tak hanya piawai dalam bidang tari dan tabuh, Ida Bagus Nyoman Mas juga merupakan akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Dalam menjalani profesi sebagai dosen, dirinya kerap melakukan kunjungan ke luar negeri, seperti ke negara-negara Eropa dan Asia. “Yang menjadi suatu kebanggaan saya sendiri, begitu saya mengabdikan diri, khususnya di Desa Adat Blahkiuh. Setelah mampu mendirikan komunitas sekaa kecak yang bernama Sekaa Kecak Puspita Jaya tahun 1989, pertama kali tahun 1995. Kebetulan saat itu tiyang (saya) sendiri mendampingi Prof Wayan Dibia, ditugaskan oleh kampus untuk mengajar di Hawaii,” bebernya pada NusaBali, Sabtu (3/5).
Tak kalah dengan sang suami, Anak Agung Putra Susilawati juga merupakan seorang pegiat seni. Meski sama-sama pernah mempelajari seni tari melalui Sekolah Kokar (Konservasi Karawitan), kini jadi SMKNegeri 3 Sukawati, Gianyar, bersama sang suami. Namun Anak Agung Putra Susilawati terlebih dahulu menekuni seni tari dengan cara ngayah ke sejumlah pura.
Selama menempuh pendidikan di Kokar, berkat penguasaan Tari Bali, dia sempat berkunjung ke daerah-daerah lain di Indonesia. Antara lain, Sumbawa, Lombok, dan Kupang. Selain itu, perjalanan ke beberapa negara untuk melakukan pertunjukan seni tari. “Di tahun 1972, kalau tidak salah bulan Januari, saya sudah menikah, disuruh mengajar di SD, belum saya membuka sanggar. Tahun 1997, baru saya membuka sanggar tari di Blahkiuh,” ungkapnya. Di tengah pandemi Covid-19, Sanggar Kenaka Putri yang dikelola oleh pasangan seniman tari ini meniadakan pelatihan tarinya yang rutin dilaksanakan tiga kali seminggu.
Dia mengakui, saat Hari Tari Sedunia, Sanggar Tari Kenaka Putri memang tidak mengadakan kegiatan khusus di hari tersebut. Namun khusus bagi Ida Bagus Nyoman Mas yang juga merupakan dosen di ISI Denpasar, agak berbeda. Karena ISI Denpasar setiap tahun mengadakan pagelaran secara rutin di hari tersebut. Meskipun tidak terlibat langsung dalam pagelaran tersebut, Ida Bagus Nyoman Mas mengaku turut menyaksikan dan mengagumi kreativitas tari yang ditunjukkan pada pagelaran tersebut.
“Yang terlibat dengan Hari Tari Sedunia itu adalah semua komunitas kampus, melakukan berbagai kreativitas atau kolaborasi. Di saat menari, menciptakan sebuah tari, pentas di halaman kampus, di halaman Art Center, di berbagai tempat,” jelas tokoh seni kelahiran 31 Desember 1951 ini.
Meskipun kini berada di tengah situasi pandemi Covid-19, namun pasangan seniman ini masih optimis untuk melakukan pelestarian tari Bali. “Walaupun sempat vakum di berbagai komunitas seni, berbagai kegiatan di pura yang biasa melibatkan komunitas seni, ayah-ayahan seni, sekaa gong, sekaa bondres. Tapi ke depan ini kalau sudah suasana kembali normal akan kembali lebih meningkat. Intinya akan tetap ajeg,” ujar Ida Bagus Nyoman Mas.
Begitu pula dengan Anak Agung Putra Susilawati, yang optimis seni tari akan tetap ajeg. “Seni itu sebenarnya tyang harapkan tidak akan pernah punah. Karena kebudayaan itu adalah seni. Itulah kekayaan di Bali yang paling menonjol. Tyang harapkan itu akan tetap ajeg,” tutupnya. *cr74
Komentar