Istri Meninggal, Tagihan di RS Rp 124 Juta
Romanus, 25, terlihat hanya duduk termenung di lantai di luar Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah bersama sejumlah temannya.
Bayi yang dilahirkan masih berada di Ruang Cempaka RSUP Sanglah
DENPASAR, NusaBali
Istrinya, Katarina Lalian, 24, yang sebelumnya dirawat di Ruang ICU RSUP Sanglah karena mengalami hipertensi saat kehamilan, menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (1/9) pagi pukul 10.00 Wita.
Disaat kehilangan sang istri tercinta, kini dia harus dibebani tagihan di RSUP Sanglah yang mencapai lebih dari Rp 124 juta hingga Minggu (4/9) kemarin.
Sebelumnya Katarina mendapatkan perawatan di RSUP Sanglah pada (13/8) karena mengalami hipertensi saat kehamilan (praeklamsia) yang juga menyebabkan dirinya harus melahirkan bayi pertamanya secara caesar.
Romanus yang kos di Jalan Blong Keker, Lingkungan Cengiling, Kuta Selatan ini mengatakan, sang istri sempat tak sadarkan diri saat dilarikan ke RSUP Sanglah dengan menggunakan mobil pinjaman dari seorang teman. “Istri saya sudah dirawat selama lebih dari 20 hari dan belum pernah sekalipun sadar sejak masuk RS,” ujarnya sedih.
Romanus masih mengingat kondisi terakhir istrinya, Katarina, dimana tensinya sangat tinggi hingga mencapai 190/60. Ia juga tak merasakan firasat aneh sebelumnya hingga dokter mengatakan istrinya telah meninggal dunia.
Pria asal Atambua, NTT yang bekerja sebagai buruh bangunan ini mengaku belum memikirkan utangnya di RSUP Sanglah karena saat ini dia masih memikirkan untuk membawa pulang jenasah istrinya ke kampung halamannya untuk dimakamkan. Saat ini, jenasah masih ditempatkan di peti dalam kamar jenazah. "Saya ingin pulangkan dia besok (Senin) namun surat-surat administrasi baru bisa diurus besok. Supaya nggak kelamaan di sini karena makan biaya juga dan utang saya makin menumpuk nanti," ujar Romanus yang sesekali menerima telepon dari kerabatnya di Atambua.
SELANJUTNYA . . .
DENPASAR, NusaBali
Istrinya, Katarina Lalian, 24, yang sebelumnya dirawat di Ruang ICU RSUP Sanglah karena mengalami hipertensi saat kehamilan, menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (1/9) pagi pukul 10.00 Wita.
Disaat kehilangan sang istri tercinta, kini dia harus dibebani tagihan di RSUP Sanglah yang mencapai lebih dari Rp 124 juta hingga Minggu (4/9) kemarin.
Sebelumnya Katarina mendapatkan perawatan di RSUP Sanglah pada (13/8) karena mengalami hipertensi saat kehamilan (praeklamsia) yang juga menyebabkan dirinya harus melahirkan bayi pertamanya secara caesar.
Romanus yang kos di Jalan Blong Keker, Lingkungan Cengiling, Kuta Selatan ini mengatakan, sang istri sempat tak sadarkan diri saat dilarikan ke RSUP Sanglah dengan menggunakan mobil pinjaman dari seorang teman. “Istri saya sudah dirawat selama lebih dari 20 hari dan belum pernah sekalipun sadar sejak masuk RS,” ujarnya sedih.
Romanus masih mengingat kondisi terakhir istrinya, Katarina, dimana tensinya sangat tinggi hingga mencapai 190/60. Ia juga tak merasakan firasat aneh sebelumnya hingga dokter mengatakan istrinya telah meninggal dunia.
Pria asal Atambua, NTT yang bekerja sebagai buruh bangunan ini mengaku belum memikirkan utangnya di RSUP Sanglah karena saat ini dia masih memikirkan untuk membawa pulang jenasah istrinya ke kampung halamannya untuk dimakamkan. Saat ini, jenasah masih ditempatkan di peti dalam kamar jenazah. "Saya ingin pulangkan dia besok (Senin) namun surat-surat administrasi baru bisa diurus besok. Supaya nggak kelamaan di sini karena makan biaya juga dan utang saya makin menumpuk nanti," ujar Romanus yang sesekali menerima telepon dari kerabatnya di Atambua.
SELANJUTNYA . . .
Komentar