Terorisme Cuci Otak Lewat Dunia Maya
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius menyatakan, terorisme merupakan bahaya laten.
JAKARTA, NusaBali
Lantaran yang terpapar kini bukan saja dari kalangan menengah ke bawah, melainkan sosok yang memiliki pendidikan tinggi bisa terpengaruh. Begitu pula dengan kalangan anak-anak.
“Terorisme merupakan masalah laten, sudah masuk kemana-mana. Bahkan bisa mencuci otak seseorang. Terlebih saat ini dengan mudah ditemukan cara perakitan dan peledakan bom di situs-situs. Kondisi geografis kita yang besar, terdiri dari pulau-pulau juga rentan,” kata Suhardi dalam Sarasehan Nasional Empat Pilar MPR RI dan Kesadaran Bela Negara yang digelar di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senin (5/9).
Suhardi menuturkan, terpaparnya anak-anak dan kalangan pendidikan tinggi tak lepas dari pesatnya kemajuan tekonologi informasi sehingga mereka dengan mudah mengakses berbagai hal, termasuk tentang ajaran-ajaran radikal yang dapat mencuci otak. “Fenomena sekarang adalah cuci otak lewat dunia maya,” kata Suhardi.
Ia mencontohkan, anak yang baru berusia 11 tahun bisa membuat gas beracun. Dia bisa melakukan itu, setelah melihat di situs. Bila kemampuannya digunakan untuk kegiatan tidak baik bisa membahayakan. Lulusan S2 pun, bisa terpengaruh karena melihat informasi yang tersedia di situs kelompok radikal.
SELANJUTNYA . . .
Komentar