Loloh Cemcem Penglipuran Laris Manis
Para pedagang di Desa Wisata Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, kecipratan rezeki perayaan Galungan.
BANGLI, NusaBali
Ramainya jumlah kunjungan wisatawan lokal pada Umanis Galungan, Wraspati Umanis Dungulan, Kamis (8/9) berdampak pada tingginya penjualan Loloh Cemcem khas Penglipuran. Selain Loloh Cemcem, jaja Klepon juga laris manis.
Salah seorang warga yang juga berjualan di pekarangan rumahnya, Nyoman Sensus, 42, mengatakan, jumlah kunjungan saat Umanis Galungan lebih ramai dibanding Hari Raya Galungan. Para pengunjung sudah berdatangan pukul 09.00 Wita dan puncaknya mulai tengah hari hingga pukul 15.00 Wita. “Hampir setiap hari raya dan hari libur ramai seperti ini,” ungkap Sensus.
Diakui, ramainya jumlah kunjungan wisatawan membuat warga sumringah. Pasalnya keramaian itu berimbas pada pendapatan warga Penglipuran. Banyak di antara mereka beli souvernir khas Penglipuran seperti anyaman sokasi dan kerajinan lainnnya. “Paling banyak mereka beli Loloh Cemcem dan jaja klepon Penglipuran,” ucapnya sumringah. Hari biasa, loloh dijual Rp 6.000 per botol. Sedangkan saat hari raya, termasuk Umanis Galungan, loloh dijual Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per botol isian 600 mililiter. Selain Loloh Cemcem, juga dijual Loloh Kunyit dan Loloh Bunga Celeng, harganya masing-masing Rp 6.000 per botol.
Kepala Pengelola Objek Wisata Penglipuran, I Nengah Moneng, mengatakan hari raya Galungan merupakan salah satu dari beberapa even dalam setahun yang merupakan puncak keramaian di Penglipuran. Selain Galungan, kunjungan wisata juga ramai pada Tahun Baru, Tahun Baru Saka (Nyepi) dan beberapa even lainnya. “Hari ini kemungkinan sampai pukul 18.00 Wita masih ada kunjungan,” ujar Moneng.
Dikatakan, makin kian sore jumlah kunjungan semakin berkurang. Puncak keramaian antara pukul 10.00 Wita sampai dengan pukul 15.00 Wita. Tiket masuk ke objek wisata Penglipuran Rp 30.000 (dewasa) dan Rp 25.000 (anak-anak) bagi wisatawan manca negara. Wisatawan domestik dewasa Rp 15.000 ribu dan Rp 10.000 untuk anak-anak. Parkir kendaraan Rp 500 (sepeda motor) dan Rp 2.000 untuk kendaraan besar seperti jenis bus. Dikatakan, tidak semua wisatawan dikenakan retribusi. Wisatawan lokal, khususnya warga dari desa-desa sekitar tidak dikenakan retribusi. * k17
Salah seorang warga yang juga berjualan di pekarangan rumahnya, Nyoman Sensus, 42, mengatakan, jumlah kunjungan saat Umanis Galungan lebih ramai dibanding Hari Raya Galungan. Para pengunjung sudah berdatangan pukul 09.00 Wita dan puncaknya mulai tengah hari hingga pukul 15.00 Wita. “Hampir setiap hari raya dan hari libur ramai seperti ini,” ungkap Sensus.
Diakui, ramainya jumlah kunjungan wisatawan membuat warga sumringah. Pasalnya keramaian itu berimbas pada pendapatan warga Penglipuran. Banyak di antara mereka beli souvernir khas Penglipuran seperti anyaman sokasi dan kerajinan lainnnya. “Paling banyak mereka beli Loloh Cemcem dan jaja klepon Penglipuran,” ucapnya sumringah. Hari biasa, loloh dijual Rp 6.000 per botol. Sedangkan saat hari raya, termasuk Umanis Galungan, loloh dijual Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per botol isian 600 mililiter. Selain Loloh Cemcem, juga dijual Loloh Kunyit dan Loloh Bunga Celeng, harganya masing-masing Rp 6.000 per botol.
Kepala Pengelola Objek Wisata Penglipuran, I Nengah Moneng, mengatakan hari raya Galungan merupakan salah satu dari beberapa even dalam setahun yang merupakan puncak keramaian di Penglipuran. Selain Galungan, kunjungan wisata juga ramai pada Tahun Baru, Tahun Baru Saka (Nyepi) dan beberapa even lainnya. “Hari ini kemungkinan sampai pukul 18.00 Wita masih ada kunjungan,” ujar Moneng.
Dikatakan, makin kian sore jumlah kunjungan semakin berkurang. Puncak keramaian antara pukul 10.00 Wita sampai dengan pukul 15.00 Wita. Tiket masuk ke objek wisata Penglipuran Rp 30.000 (dewasa) dan Rp 25.000 (anak-anak) bagi wisatawan manca negara. Wisatawan domestik dewasa Rp 15.000 ribu dan Rp 10.000 untuk anak-anak. Parkir kendaraan Rp 500 (sepeda motor) dan Rp 2.000 untuk kendaraan besar seperti jenis bus. Dikatakan, tidak semua wisatawan dikenakan retribusi. Wisatawan lokal, khususnya warga dari desa-desa sekitar tidak dikenakan retribusi. * k17
1
Komentar