Permintaan Pupuk Organik Meningkat
Masyarakat Ramai Berkebun saat Pandemi Covid
GIANYAR, NusaBali
Hampir semua masyarakat yang bekerja di sektor informal dan nonformal beristirahat karena wabah Covid-19.
Waktu luang itu pun diisi dengan kegiatan Berkebun atau bercocok tanam. Seiring itu, permintaan pupuk organik meningkat. Seperti dirasakan Pengelola Rumah Kompos Taro di Banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar. Pengelola Rumah Kompos I Wayan Wardika,42, Kamis (21/5), mengatakan dalam kurun waktu du bulan terakhir sudah memproduksi dan mendistribusikan sekitar 2,5 ton pupuk organik. Kini mantan pekerja kapal pesiar ini kembali memproduksi 1,7 ton pupuk organik yang telah dipesan masyarakat. Pemesanan pupuk dari wilayah Gianyar, Denpasar, hingga Badung.
Tingginya peminat pupuk organik, diakuinya merupakan hasil dari rutinitas memilah dan mengumpulkan sampah organik se Desa Taro untuk diolah. “Hampir dua tahun saya kumpulkan dan pilah sampah organik di Rumah Kompos Taro, akhirnya sekarang bermanfaat. Dimana banyak orang ingin berkebun mengisi waktu dengan bercocok tanam,” ungkap ayah dua anak ini.
Alumni Fakultas Pariwisata Unud ini menjelaskan, pupuk organik yang diproduksi memiliki nutrisi yang baik untuk tanaman maupun tanah. Wardika memiliki bahan untuk dijadikan pupuk organik berupa kompos. Tapi dari sisa bahan itu saja, dirasa belumlah cukup untuk melengkapi nutrisi tanaman. Maka itu, dia menyempurnakan lagi dengan menambahkan unsur-unsur supaya bermanfaat untuk tanaman maupun tanah. “Saya belajar dari Pak Ketut Punia, penggiat pertanian organik dari Desa Batubulan. Beliau yang memberikan formulasi,” jelasnya.
Formulasinya, kompos ditambahkan dengan kotoran kambing, abu sekam, daun bambu, dan jamur hayati. “Daun bambu sangat baik untuk akar tanaman, jamur hayati untuk menjaga kesuburan. Jadi kelima unsur ini sangat dibutuhkan oleh tanaman maupun tanah untuk bercocok tanam organik,” jelasnya.
Wardika mengaku bersyukur, kerja kerasnya selama ini direspon baik oleh masyarakat. “Saya merasa bermanfaat bisa membantu sesama di tengah pandemi ini,” ujarnya.
Untuk melayani permintaan di daerah Denpasar dan Badung, Wardika menitip sejumlah pupuk di kawasan Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati dan di Yayasan Lengis Hijau Denpasar. “Selebihnya dari masyarakat umum yang lihat postingan saya di facebook,” ungkapnya.
Kedepan, Wardika bercita-cita mengolah kompos menjadi pupuk organik dengan bantuan peralatan. Sebab saat ini, diakui proses pembuatan masih manual. “Karena ini hampir sebagian besar butuh tenaga ekstra. Adanya mesin akan sangat membantu, tapi terus terang saat ini saya belum bisa. Sementara sekarang baru ada mesin pencacah donasi Rotary Club. Kedepan saya perlu mesin pengayak, dan pengaduk semacam molen. Suatu saat tyang akan mampu mengupayakan, apakah dari hasil menabung atau donatur yang berkenan mensuport usaha ini,” ujarnya.
Namun demikian, bukan profit semata yang dikejarnya lewat produksi pupuk organik ini. Melainkan tumbuhnya kesadaran masyarakat, khususnya di Desa Taro, untuk memilah sampah. “Kami edukasi masyarakat, memilah sampah dari sumber. Karena saya mampu buktikan, ketika sampah terpilah dengan baik, bahan yang biasanya banyak terbuang bisa berguna,” terangnya. *nvi
1
Komentar