Dewan Optimis Target PAD Bali Terpenuhi, Bapenda Ketug-ketug
DENPASAR, NusaBali
Pandemi Covid-19 yang sulit diprediksi kapan akan berakhir, tidak membuat DPRD Bali pesimistis.
DPRD Bali yakin pendapatan asli daerah (PAD) Bali tahun 2020 akan tercapai sesuai target. Sebaliknya, Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Bali justru ketug-ketug (deg-degan) alias pesimistis bisa penuhi target PAD di tengah pandemi Covid-19.
Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Golkar, Nyoman Sugawa Korry, mengatakan rasa optimisme pencapaian target PAD tahun 2020 di tengah pandemi Covid-19 ini muncul setelah melihat potensi, situasi, dan gerakan para petugas Bapenda. Menurut Sugawa Korry, berdasarkan pengamatan di lapangan dengan kondisi sekarang, diperkirakan capaian 70 persen dari target yang besarnya 75 persen bisa tercapai.
"Pengamatan kami dalam kunjungan kerja di kabupaten/kota, target PAD Bali bisa tercapai. Petugas di lapangan dalam kondisi semangat, motivasi tinggi, dan partisipasi masyarakat dalam memenuhi kewajiban juga masih bagus. Ini akan semakin bagus kalau diikuti pengembangan kreativitas, dukungan teknologi, dan SDM maksimal," ujar Sugawa Korry di sela-sela memimpin kunjungan kerja Komisi II DPRD Bali (yang membidangi pajak, pariwisata, anggaran daerah) ke kabupaten/kota se-Bali, Jumat (22/5) siang.
Sugawa Korry membeberkan, ketika pandemi Covid-19 mulai merebak di Bali, Maret 2020 lalu, DPRD Bali telah merekomendasi penurunan target PAD sebesar 25 persen. Artinya, PAD tahun 2020 harus tercapai Rp 2,82 triliun atau 75 persen dari target awal sebesar Rp 3,76 triliun. Dalam target tersebut, diharapkan mayoritas diraih dari pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
"Pantauan kita dengan jajaran Komisi II DPRD Bali di lapangan, dengan kondisi masyarakat terkini, capaiannya bisa 70 persen atau sekitar Rp 2,6 triliun. Kalau diikuti inovasi dan pelayanan maksimal, tidak menutup kemungkinan bisa terpenuhi 75 persen (Rp 2,8 triliun) sesuai dengan rekomendasi DPRD Bali," jelas Sugawa Korry yang juga Ketua DPD I Golkar Bali.
Menurut Sugawa Korry, Bapenda Provinsi Bali bisa mengarahkan kerja sama dengan LPD, BUMDes, Koperasi, dan BPD Bali. "Pelayanan begitu saya yakin akan lebih cepat dan lebih dekat dengan masyarakat. Demikian juga dengan gerai-gerai yang ditutup, dibuka lagi dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan cegah penyebaran Covid-19. Masyarakat akan terdorong untuk memenuhi kewajiban," tandas politisi senior Golkae asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Untuk mendukung upaya ini, kata Sugawa Korry, perlu monitoring terhadap aparat pelaksana di bawah. "Karena PAD ini merupakan kunci strategis dalam konteks penanganan dampak Covid-19 dan keberlangsungan pembangunan di berbagai bidang di Provinsi Bali," tegas tokoh penggagas PT Jamkrida Bali ini.
Sementara itu, Kepala Bapenda Provinsi Bali, I Made Santha, justru pesimistis target PAD tahun 2020 bisa terpenuhi. Menurut Made Santha, ketika awal-awal pandemi Covid-19 merebak di Wuhan, China, Desember 2019 lalu, masyarakat Bali dan Indonesia belum merasakan. Namun, saat itu pariwisata dan perekonomian di Bali sudah mulai sedikit goncang.
“Saat itu, masyarakat masih mampu bayar pajak. Mungkin dengan sisa tabungan yang dulu, atau belum ada pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaannya. Tapi sekarang? Gelem (sakit), mendingan mereka beli beras kalau punya tabungan," ujar Santha saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Jumat kemarin.
Menurut Santha, awal Januari sampai Maret 2020, masyarakat masih bertahan. Namun, mulai April sampai Mei 2020 ini, ekonomi masyarakat sudah tidak bergerak. Sudah banyak pekerja yang PHK. Mereka yang jualan, dagangannya tidak laku. Cari kerja pun susah.
“Pokoknya, mereka kalau punya uang, mendingan beli beras dah dulu, daripada bayar pajak. Entah dari mana dapatnya, pemikiran mereka begitu. Kalau optimisme DPRD Bali terhadap PAD Bali akan tercapai target 75 persen, saya maklumi. Namanya anggota Dewan terhormat, masa tidak memotivasi? Ya, wajar Pak Sugawa Korry bicara begitu, itu motivasi kita," papar Santha.
Terus, berapa prediksi yang bisa dicapai dari target awal PAD Rp 3,76 triliun? Menurut Santha, pada Triwulan I (Januari-Maret 2020), target 21 persen sudah terpenuhi. Tapi, memasuki Triwulan II (Apri-Juni 2020), sudah ketug-ketug. Dari target 34 persen pada Triwulan II, saat ini baru tercapai 27 persen.
“Dengan kondisi tidak menentu seperti sekarang, di mana pandemi Covid-19 tak bisa diprediksi, sampai akhir tahun (Triwulan IV) paling kita bisa capai 59 persen atau sekitar Rp 2,21 triliun dari target PAD Rp 3,76 triliun," tandas birokrat yang juga pengusaha kuliner ini.
Kendati demikian, sebagai Kepala Bapenda Provinsi Bali, tidak ada kata menyerah bagi Santha. Yang namanya pedagang itu, harus selalu optimis. "Masak mau jualan bilang nggak dapat jualan, ya harus optimis pasti dapat jualan. Entah itu hasilnya berapa, kan kita tidak bisa prediksi dengan kondisi sekarang," tegas mantan Asisten III Setda Provinsi Bali dan Kadis Perhubungan Provinsi Bali ini. *nat
1
Komentar