Krama Larang Masyarakat Mandi di Tibu Ketulampa
Prajuru Banjar Palunganbatu, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, memastikan memasang pemberitahuan larangan bagi pengunjung untuk mandi di Tibu Ketulampa di kawasan pemandian umum Sungai Gelar.
NEGARA, NusaBali
Pasalnya, tibu ini dinilai sangat berisiko dan berbahaya. Apalagi di tibu itu terjadi kasus tenggelam yang dialami pelajar SMP, Putu Deni Gunia Putra, 14, Kamis (8/9) sore.
Tibu Ketulampa yang berada sekitar 200 meter di sebelah selatan Monumen Perjuangan Gelar ini sempat menenggelamkan dua orang pengunjung. Terbaru menewaskan Deni Gunia Putra asal Banjar Munduk Kemoning, Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana itu. Korban pertama di tibu Ketulampamenimpa Gusti Ayu Istri Pradnya Paramitha, 23, yang tinggal di Jalan Saestuhadi, Lingkungan Tinyeb, Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara.
Untungnya, pegawai kontrak di Dinas Hubkominfo Jembrana selamat dari maut. “Makanya kami buatkan larangan khusus kepada pengunjung agar tidak mandi di sini,” ujar Kelian Banjar Palunganbatu, I Made Pernama, Jumat (9/8). Dikatakan, pemberitahuan larangan mandi di titik tibu itu bisa berbentuk plang. Dalam rancangannya, ketika pengunjung tertangkap tangan melabrak larangan itu, dikenakan sanksi adat. Ada tiga poin larangan dalam plang tersebut. Di antarnya, larangan mandi masuk kawasan hutan, larangan melakukan tindakan melanggar norma, dan membuang pecahan botol sembarangan.
Menurut Pernama, larangan mandi yang ada sebenarnya sudah mencakup larangan mandi di tibu Ketulampa. Pasalnya, untuk mengakses tibu yang berada sekitar 400 meter di selatan Jembatan Merah Gelar itu, harus ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri alur sungai. Bisa juga melalui jalan setapak yang cukup terjal melewati kawasan hutan serta perkebunan. “Nanti pasti kami pasang plang larangan khusus di sini,” ujarnya.
Selain Tibu Ketulampa, prajuru banjar belum ada agenda pasang peringatan serupa di tibu lainnya. “Sebenarnya di tibu Ketulampa ini tidak lazim untuk mandi pengunjung. Kami juga tidak tahu, kenapa sampai mandi di sini. Padahal yang paling sering mandi di dekat Jembatan Merah,” tambahnya.
Dikatakan, sejumlah krama Banjar Palunganbatu tidak berani mandi di Tibu Ketulampa karena dikenal angker. Beberapa tahun lalu, Permana yang menjaring ikan di tibu tersebut, tiba-tiba dilempari menggunakan pasir, tanpa diketahui siapa yang melemparnya. “Nanti kami rembukkan dengan bendesa, selain memasang imbauan, apakah perlu macaru,” tandas Pernama. * ode
Tibu Ketulampa yang berada sekitar 200 meter di sebelah selatan Monumen Perjuangan Gelar ini sempat menenggelamkan dua orang pengunjung. Terbaru menewaskan Deni Gunia Putra asal Banjar Munduk Kemoning, Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana itu. Korban pertama di tibu Ketulampamenimpa Gusti Ayu Istri Pradnya Paramitha, 23, yang tinggal di Jalan Saestuhadi, Lingkungan Tinyeb, Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara.
Untungnya, pegawai kontrak di Dinas Hubkominfo Jembrana selamat dari maut. “Makanya kami buatkan larangan khusus kepada pengunjung agar tidak mandi di sini,” ujar Kelian Banjar Palunganbatu, I Made Pernama, Jumat (9/8). Dikatakan, pemberitahuan larangan mandi di titik tibu itu bisa berbentuk plang. Dalam rancangannya, ketika pengunjung tertangkap tangan melabrak larangan itu, dikenakan sanksi adat. Ada tiga poin larangan dalam plang tersebut. Di antarnya, larangan mandi masuk kawasan hutan, larangan melakukan tindakan melanggar norma, dan membuang pecahan botol sembarangan.
Menurut Pernama, larangan mandi yang ada sebenarnya sudah mencakup larangan mandi di tibu Ketulampa. Pasalnya, untuk mengakses tibu yang berada sekitar 400 meter di selatan Jembatan Merah Gelar itu, harus ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri alur sungai. Bisa juga melalui jalan setapak yang cukup terjal melewati kawasan hutan serta perkebunan. “Nanti pasti kami pasang plang larangan khusus di sini,” ujarnya.
Selain Tibu Ketulampa, prajuru banjar belum ada agenda pasang peringatan serupa di tibu lainnya. “Sebenarnya di tibu Ketulampa ini tidak lazim untuk mandi pengunjung. Kami juga tidak tahu, kenapa sampai mandi di sini. Padahal yang paling sering mandi di dekat Jembatan Merah,” tambahnya.
Dikatakan, sejumlah krama Banjar Palunganbatu tidak berani mandi di Tibu Ketulampa karena dikenal angker. Beberapa tahun lalu, Permana yang menjaring ikan di tibu tersebut, tiba-tiba dilempari menggunakan pasir, tanpa diketahui siapa yang melemparnya. “Nanti kami rembukkan dengan bendesa, selain memasang imbauan, apakah perlu macaru,” tandas Pernama. * ode
Komentar