Suara Kulkul Kagetkan Krama Gianyar
Kemarin itu, Prajuru Desa lagi nunas ice di Pura Puseh lan Desa, terkait Covid-19.
GIANYAR, NusaBali
Sejumlah krama Desa Adat Gianyar terkaget karena mendengar suara Kulkul di Pura Puseh, desa adat setempat, Minggu (24/5) sekitar pukul 19.00 Wita. Kekagetan warga karena saat itu tidak ada kegiatan upacara keagaman. Biasanya kulkul hanya masuara (berbunyi) ketika piodalan atau nedunang Sasuhunan atas petunjuk sulinggih.
Salah seorang krama, I Kadek Agus Sudarwata, Senin (25/5) mengaku, karena kaget dengan suara kulkul itu, dia langsung menuju pura. Saat itu, di Jaba Pura Puseh juga dilihat cukup ramai krama menanyakan asal muasal suara kulkul tersebut. "Orang yang menyuarakan kulkul ini oleh krama diminta turun. Lalu ditanya siapa yang menyuruh dan untuk apa," jelas Kadek Agus. Orang itu mengaku menyuarakan kulkul atas perintah Bendesa Adat Gianyar Dewa Made Swardana.
Saat itu juga, Bendesa Dewa Swardana yang sedang di Jeroan Pura diminta untuk ke jaba sisi untuk menjelaskan alasan memerintahkan menyuarakan kulkul itu. Karena sepengetahuan krama berdasarkan awig-awig, kulkul disuarakan ketika nedunang Ida Bhatara, dan di hadapan krama yang ngempon piodalan pura.
Warga menyatakan kekagetan dan resah karena suara kulkul itu terdengar di saat pandemic hingga banyak krama keluar dari rumah untuk memastikan. Akibatnya, muncul kerumunan masyarakat hingga ada aparat kepolisian turun, lanjut untuk menanyakan ke bendesa. Kata Agus, sampai malam masyarakat masih berkumpul di sekitar Jaba Pura Puseh. Dampaknya, di tengah pandemi Covid-19, masyarakat diminta tetap di rumah, namun justru terjadi keramaian.
Bendesa Adat Gianyar Dewa Made Swardana saat dikonfirmasi, tidak menjawab telepon maupun membalas pesan singkat. Namun, Humas Desa Adat Gianyar Dewa Nyoman Agung mengatakan, kulkul tersebut disuarakan saat Prajuru Desa menggelar persembahyangan Nunas Ica di Pura Puseh Desa Adat Gianyar. "Kemarin itu, Prajuru Desa lagi nunas ice di Pura Puseh lan Desa, terkait Covid-19. Karena bantennya lengkap makanya sampai nyuarang Kulkul. Itu saja tidak ada masalah jangan dibesar-besarkan," ujarnya. Masih menurut Dewa Agung, prosesi Nunas Ica tersebut sesuai dengan imbauan Gubernur Bali guna mohon keselamatan saat wabah Covid-19. "Ini sesuai imbauan Gubernur Bali," tegasnya. Soal tidak adanya rahina khusus, katanya, sembahyang bisa dilakukan kapan saja. "Kalau sembahyang untuk mohon keselamatan dan kerahayuan jagat kan setiap saat bisa sembahyang. Bila perlu tiga hari dalam sehari dengan Trisandya," imbuhnya.
Ketua Sabha Desa Adat Gianyar Ida Bagus Nyoman Rai awalnya mengaku tak tahu tujuan menyuarakan kulkul itu. Setelah ditelusuri, dirinya mendapatkan informasi bahwa kulkul dibunyikan serangkaian nunas ica keselamatan berkenaan dengan pandemi Covid-19. Namun demikian, tetap saja ada pertanyaan krama tentang tata aturan menyuarakan Kulkul Duwe Pura. "Kemarin itu tidak ada penyuaraan kulkul untuk Nedunang Ida Bhatara. Bhaktinya ngaturang pejati suci dan dipuput Mangku Puseh," jelasnya. Gus Rai menilai tindakan bendesa karena kurang paham dengan tingkatan yadnya yang harus disertai suara Kulkul Druwe. "Mudah-mudahan ini jadi pembelajaran dan yang terakhir," harap Gus Rai.*nvi
Salah seorang krama, I Kadek Agus Sudarwata, Senin (25/5) mengaku, karena kaget dengan suara kulkul itu, dia langsung menuju pura. Saat itu, di Jaba Pura Puseh juga dilihat cukup ramai krama menanyakan asal muasal suara kulkul tersebut. "Orang yang menyuarakan kulkul ini oleh krama diminta turun. Lalu ditanya siapa yang menyuruh dan untuk apa," jelas Kadek Agus. Orang itu mengaku menyuarakan kulkul atas perintah Bendesa Adat Gianyar Dewa Made Swardana.
Saat itu juga, Bendesa Dewa Swardana yang sedang di Jeroan Pura diminta untuk ke jaba sisi untuk menjelaskan alasan memerintahkan menyuarakan kulkul itu. Karena sepengetahuan krama berdasarkan awig-awig, kulkul disuarakan ketika nedunang Ida Bhatara, dan di hadapan krama yang ngempon piodalan pura.
Warga menyatakan kekagetan dan resah karena suara kulkul itu terdengar di saat pandemic hingga banyak krama keluar dari rumah untuk memastikan. Akibatnya, muncul kerumunan masyarakat hingga ada aparat kepolisian turun, lanjut untuk menanyakan ke bendesa. Kata Agus, sampai malam masyarakat masih berkumpul di sekitar Jaba Pura Puseh. Dampaknya, di tengah pandemi Covid-19, masyarakat diminta tetap di rumah, namun justru terjadi keramaian.
Bendesa Adat Gianyar Dewa Made Swardana saat dikonfirmasi, tidak menjawab telepon maupun membalas pesan singkat. Namun, Humas Desa Adat Gianyar Dewa Nyoman Agung mengatakan, kulkul tersebut disuarakan saat Prajuru Desa menggelar persembahyangan Nunas Ica di Pura Puseh Desa Adat Gianyar. "Kemarin itu, Prajuru Desa lagi nunas ice di Pura Puseh lan Desa, terkait Covid-19. Karena bantennya lengkap makanya sampai nyuarang Kulkul. Itu saja tidak ada masalah jangan dibesar-besarkan," ujarnya. Masih menurut Dewa Agung, prosesi Nunas Ica tersebut sesuai dengan imbauan Gubernur Bali guna mohon keselamatan saat wabah Covid-19. "Ini sesuai imbauan Gubernur Bali," tegasnya. Soal tidak adanya rahina khusus, katanya, sembahyang bisa dilakukan kapan saja. "Kalau sembahyang untuk mohon keselamatan dan kerahayuan jagat kan setiap saat bisa sembahyang. Bila perlu tiga hari dalam sehari dengan Trisandya," imbuhnya.
Ketua Sabha Desa Adat Gianyar Ida Bagus Nyoman Rai awalnya mengaku tak tahu tujuan menyuarakan kulkul itu. Setelah ditelusuri, dirinya mendapatkan informasi bahwa kulkul dibunyikan serangkaian nunas ica keselamatan berkenaan dengan pandemi Covid-19. Namun demikian, tetap saja ada pertanyaan krama tentang tata aturan menyuarakan Kulkul Duwe Pura. "Kemarin itu tidak ada penyuaraan kulkul untuk Nedunang Ida Bhatara. Bhaktinya ngaturang pejati suci dan dipuput Mangku Puseh," jelasnya. Gus Rai menilai tindakan bendesa karena kurang paham dengan tingkatan yadnya yang harus disertai suara Kulkul Druwe. "Mudah-mudahan ini jadi pembelajaran dan yang terakhir," harap Gus Rai.*nvi
1
Komentar