PHRI Buleleng Utamakan Zero Covid-19 Daripada New Normal
Kalau bisa Bali aman dulu dari Covid-19. Karena ini yang menjadi pertimbangan utama wisatawan.
SINGARAJA, NusaBali
Rencana Pemprov Bali untuk membuka kembali keran sektor pariwisata menuju new normal Covid-19, dimulai 28 Mei 2020, disambut baik para pelaku pariwisata. Namun Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Buleleng lebih memilih ada kepastian Bali zero wabah Covid-19 hingga aman dikunjungi turis.
Ketua PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa, dihubungi Selasa (26/5), mengatakan selaku pelaku pariwisata pasti menyambut baik pencanangan new normal Pemprov Bali. Namun satu hal yang harus tetap diwaspadai yakni potensi penularan wabah dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Sehingga penerapan pratokol Covid-19 harus lebih ketat. “Kami menyambut baik, tetapi berbicara pariwisata tidak semata akomodasi. Tetapi ada transportasi, destinasi yang harus disiapkan secara matang dulu. Ini memang boomerang bagi kami, satu sisi ingin kembali normal. Di Lain sisi, khawatir. Kalau bisa Bali aman dulu dari Covid-19. Karena ini yang menjadi pertimbangan utama wisatawan,” ungkap Suardipa.
Dia menambahkan dari diskusi bersama pengusaha hotel dan restoran yang memiliki pangsa pasar sampai Oktober 2020, belum menerima reservasi dari wisatawan mancanegara. Namun jika keran pariwisata dibuka dekat-daket ini, sejumlah hotel di Buleleng sudah siap memberikan pelayanan. Bahkan beberapa hotel juga sudah mulai melakukan renovasi fasilitas. PHRI juga sepakat jika penanganan Covid-19 tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi seluruh pihak harus mendukung dan melaksanakan aturan pemerintah.
Sambutan positif juga disampaikan Himpunan Lembaga Pelatihan Seluruh Indonesia (Hilsi) Buleleng yang lebih condong menyiapkan tenaga pariwisata. Ketua DPC Hilsi Buleleng Ngurah Wedana menyebut sudah kembali mengagendakan pelatihan tenaga pariwisata untuk Agustus 2020. “Kami menyambut baik program pemerintah new normal dan baru kami terima dan baca terkait lima fase yang akan dilakukan dan harus dipahami. Saya sepakat pariwistaa kembali menggeliat di bulan Agustus asalkan personal hygiene tetap dilakukan menjaga lingkungan bersih dari wabah Covid-19, sehingga tidak terulang di kejadian di bulan Maret lalu,” jelas Ngurah Wedana.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ditemui saat pembagian Bantuan Sosial Tunai (BST) pagi kemarin, mengatakan sebelum benar-benar membuka keran pariwisata Bali, Pemprov Bali harus duduk bersama dengan seluruh pemkab dan pemkot termasuk pelaku pariwisata. Pemprov pun juga disarankan membuat standar keamanan dan database yang valid wisatawan yang datang, termasuk pemetaan daerah mana saja yang boleh dan tidak boleh dikunjungi. Seperti halnya di Buleleng tidak semua wilayah destinasi wisatanya masuk zona merah Covid-19.
“Kalau mau dibuka harus ada duduk bersama pemerintah dengan pelaku wisata. Yang punya hotel bisa bantu alat PCR di bandara, ruang harus dibuka jika ada keinginan menerima tamu dan hidupkan ekonomi. Hotel-hotel besar di Bali saya rasa tidak masalah donasi untuk menjaga daerah ini daripada tutup. Ini harus didiskusikan dulu duduk bersama jangan dibuka begitu saja kalau berbicara Bali,” tegas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.*k23
Rencana Pemprov Bali untuk membuka kembali keran sektor pariwisata menuju new normal Covid-19, dimulai 28 Mei 2020, disambut baik para pelaku pariwisata. Namun Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Buleleng lebih memilih ada kepastian Bali zero wabah Covid-19 hingga aman dikunjungi turis.
Ketua PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa, dihubungi Selasa (26/5), mengatakan selaku pelaku pariwisata pasti menyambut baik pencanangan new normal Pemprov Bali. Namun satu hal yang harus tetap diwaspadai yakni potensi penularan wabah dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Sehingga penerapan pratokol Covid-19 harus lebih ketat. “Kami menyambut baik, tetapi berbicara pariwisata tidak semata akomodasi. Tetapi ada transportasi, destinasi yang harus disiapkan secara matang dulu. Ini memang boomerang bagi kami, satu sisi ingin kembali normal. Di Lain sisi, khawatir. Kalau bisa Bali aman dulu dari Covid-19. Karena ini yang menjadi pertimbangan utama wisatawan,” ungkap Suardipa.
Dia menambahkan dari diskusi bersama pengusaha hotel dan restoran yang memiliki pangsa pasar sampai Oktober 2020, belum menerima reservasi dari wisatawan mancanegara. Namun jika keran pariwisata dibuka dekat-daket ini, sejumlah hotel di Buleleng sudah siap memberikan pelayanan. Bahkan beberapa hotel juga sudah mulai melakukan renovasi fasilitas. PHRI juga sepakat jika penanganan Covid-19 tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi seluruh pihak harus mendukung dan melaksanakan aturan pemerintah.
Sambutan positif juga disampaikan Himpunan Lembaga Pelatihan Seluruh Indonesia (Hilsi) Buleleng yang lebih condong menyiapkan tenaga pariwisata. Ketua DPC Hilsi Buleleng Ngurah Wedana menyebut sudah kembali mengagendakan pelatihan tenaga pariwisata untuk Agustus 2020. “Kami menyambut baik program pemerintah new normal dan baru kami terima dan baca terkait lima fase yang akan dilakukan dan harus dipahami. Saya sepakat pariwistaa kembali menggeliat di bulan Agustus asalkan personal hygiene tetap dilakukan menjaga lingkungan bersih dari wabah Covid-19, sehingga tidak terulang di kejadian di bulan Maret lalu,” jelas Ngurah Wedana.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ditemui saat pembagian Bantuan Sosial Tunai (BST) pagi kemarin, mengatakan sebelum benar-benar membuka keran pariwisata Bali, Pemprov Bali harus duduk bersama dengan seluruh pemkab dan pemkot termasuk pelaku pariwisata. Pemprov pun juga disarankan membuat standar keamanan dan database yang valid wisatawan yang datang, termasuk pemetaan daerah mana saja yang boleh dan tidak boleh dikunjungi. Seperti halnya di Buleleng tidak semua wilayah destinasi wisatanya masuk zona merah Covid-19.
“Kalau mau dibuka harus ada duduk bersama pemerintah dengan pelaku wisata. Yang punya hotel bisa bantu alat PCR di bandara, ruang harus dibuka jika ada keinginan menerima tamu dan hidupkan ekonomi. Hotel-hotel besar di Bali saya rasa tidak masalah donasi untuk menjaga daerah ini daripada tutup. Ini harus didiskusikan dulu duduk bersama jangan dibuka begitu saja kalau berbicara Bali,” tegas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.*k23
Komentar