Hasil Survei Dampak Pandemi bagi Sekolah Swasta di Bali
DENPASAR, NusaBali.com
Pada 14-17 Mei 2020, Forum Pengelola Sekolah Swasta Provinsi Bali (FPSSPI) mengadakan survei dampak pandemi bagi sekolah swasta di Bali.
Survei ini berhasil menghimpun data 160 pengelola sekolah yang bertindak sebagai pengambil keputusan tertinggi seperti Ketua Yayasan, Direktur, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah. Para pengelola ada yang membawahi 1 jenjang pendidikan, beberapa jenjang pendidikan dan beberapa cabang sekolah. Demografi responden tergolong lengkap dari 9 kabupaten/kota dengan proporsi Badung (45), Bangli (20), Buleleng (6), Denpasar (36), Gianyar (5), Jembrana (5), Karangasem (9), Klungkung (25), dan Tabanan (9). Berdasarkan status ijin operasionalnya responden termasuk dalam 3 kategori: Sekolah (148), Madrasah (7) dan PKBM (5). Secara umum temuan yang kami dapat meliputi: 1) Rata-rata siswa yang tidak membayar SPP secara penuh adalah 54%, 2) Rata-rata guru yang mengalami pemotongan gaji sebanyak 41%, 3) Sebanyak 29% sekolah termasuk dalam resiko penutupan dan 19% sekolah sedang/akan melakukan pemutusan kontrak kerja karena defisit anggaran dalam periode Mei-Desember 2020, dan 4) Sebanyak 40% sekolah masih terbebani dengan biaya sewa baik bangunan maupun tanah.
Sehubungan dengan pengalaman belajar siswa selama pandemi, beberapa masalah yang berkembang antara lain kemampuan orang tua membelikan kuota, ketersediaan perangkat (Laptop, HP), kebutuhan pendampingan dari orang tua atau orang dewasa saat belajar di rumah, ketersediaan sinyal, capaian belajar yang tidak berkesinambungan dan motivasi, fokus serta efektivitas belajar di rumah. Di sisi lain, para pendidik juga mengalami beberapa hal serupa seperti kemampuan membeli kuota, adaptasi keterampilan menggunakan teknologi, ketersediaan sinyal di rumah, beban kerja yang meningkat karena perubahan metode belajar, kepemilikan perangkat (Laptop, HP), kondusifitas mengajar jarak jauh terutama anak usia dini dan performa yang menurun akibat tambahan pekerjaan sampingan bagi yang mencari penghasilan tambahan.
Pada sisi orang tua, responden masih kesulitan dalam: 1) Mengelola simpang siur informasi di media yang mempengaruhi opini orang tua terhadap keputusan sekolah, 2) Menentukan indikator kondisi keuangan keluarga yang riil terdampak dan berhak atas bantuan, 3) Mengelola mispersepsi dan ekspektasi orang tua terkait makna belajar dari rumah, 4) Transparansi kondisi keuangan sekolah dan 5) Keluhan mengenai tambahan biaya ART/guru les yang dikeluarkan oleh orang tua yang tetap bekerja.
Beberapa upaya yang telah dilakukan pengelola sekolah antara lain bersinergi dengan pihak internal dan eksternal sekolah, melakukan inovasi pembelajaran, evaluasi dan peningkatan layanan, evaluasi anggaran dan struktur biaya pendidikan dan pelatihan kompetensi mengajar jarak jauh. Banyak hal positif yang menjadi pembelajaran selama masa pandemi antara lain peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), lompatan kemajuan teknologi di lingkup sekolah, peningkatan nilai-nilai Pancasila (gotong royong, tenggang rasa, iman dan takwa) dan keterlibatan orang tua serta masyarakat dalam memperhatikan pendidikan anak-anak bangsa.*
Komentar