Seniman Denpasar Dambakan Perhatian
Tak Bisa Pentas Saat Pandemi Covid-19
DENPASAR, NusaBali
Sejak kemunculan pandemi Covid-19 atau Coronavirus di Bali sejak Maret 2020, kepariwisataan Bali terhenti.
Sebagian besar hotel-hotel di Denpasar merumahkan karyawannya dan bahkan ada yang dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Imbas tersebut bukan hanya pada karyawan hotel, melainkan juga pelaku seni yang sering tampil di hotel-hotel di Denpasar.
Pelaku seni tersebut salah satunya para penari yang kini kehilangan pekerjaannya. Karena mereka tidak bisa lagi bisa pentas menghibur wisatawan. Pelaku seni kini banyak memilih bekerja dengan berjualan buah dan berjualan makanan. Begitu juga sanggar yang menaunginya tidak lagi membuka ruang untuk latihan karena larangan berkumpul.
Kondisi itu, antara lain dirasakan pemilik Sanggar Seni Kerta Wisesa, Banjar Bhuana Kubu, Desa Tegal Harum, I Gusti Agung Made Wisnawa saat dihubungi, Sabtu (16/5) lalu. Dia
mengungkapkan, sanggarnya sudah dua bulan tidak bisa pentas karena wabah Covid-19. Banyak pekerjaan yang harusnya diisi terpaksa dicancel karena larangan event seni dan berkerumun.
Hampir 20 bookingan yang dibatalkan. Hal itu menyebabkan sanggarnya harus diistirahatkan sejak Maret 2020 lalu dan seluruh sekaa yang jumlahnya sekitar 30 orang juga tidak bisa pentas maupun sekadar latihan. "Sudah dua bulan tidak kemana-mana, dan sekaa saya juga sudah tidak bekerja pentas lagi. Jadi saya sebagai pemilik sanggar tidak bisa berbuat apa-apa lagi," jelasnya.
Sanggar yang biasanya dipesan untuk pementasan gamelan, tari, dan pewayangan itu harus terhenti. Imbasnya, para sekaa harus mencari jalan lain untuk mencari nafkah dengan berjualan buah dan berjualan makanan. "Ada beberapa datang katanya tidak ada beras mau tidak mau saya harus menalangi dulu mereka. Kalau tidak kan kasihan karena mereka mengandalkan pendapatan dari pentas yang biasanya dalam sehari sampai tiga kali dalam sehari," ujarnya.
Dikatakan, Agung Wisnawa, pihaknya belum mendapatkan pendataan ataupun kejelasan terkait bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Dia mengaku sempat membuat surat pengajuan program pementasan online agar bisa dibantu pendanaan dari Dinas Kebudayaan untuk teman-teman pelaku seni di Denpasar namun sampai sekarang tidak ada kejelasan.
Bahkan, pendataan untuk mendapatkan sembako maupun bantuan langsung tunai (BLT) juga sama sekali tidak ada. "Kami menjerit, kami itu melestarikan seni dan tradisi sekaligus yang menarik wisatawan ke Denpasar. Kan wisatawan selama ini mencari budaya unik kita. Ternyata sekarang kami tidak dilirik sedikitpun untuk diberikan bantuan," jelasnya.
Agung Wisnawa menginginkan pemerintah bukan hanya memikirkan mereka yang dirumahkan dan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tetapi juga pelaku seni perlu makan. "Kami harap pemerintah juga memperhatikan kami sebagai pelaku seni. Pendapatan kami sama sekali sudah tidak ada. Kalau mencari BLT harus ngumpul surat-surat, dan surat miskin. Kami kesulitan karena pandemi ini tidak melihat miskin atau kaya sekarang semua susah," jelasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar I Gusti Ngurah Bagus Mataram mengatakan, pelaku seni sudah terdata yang mengalami dampak Covid-19. Namun, dia mengaku tidak semua mendapatkan bantuan sebab mereka didata perorangan bukan melalui sanggar. Bantuan itu dimasukan ke dalam program dinas sosial yang diprioritaskan mendapatkan bantuan sembako dan BLT. "Mereka kami data perorangan bukan melalui sanggar. Dan tidak semua pelaku seni itu harus dibantu. Kami prioritaskan bagi menengah ke bawah sesuai dengan kriteria di Dinas Sosial. Sebab, dana event, pelatihan, maupun dana PKB semua sudah dikembalikan ke Anggaran Perubahan Belanja Daerah (APBD) Kota Denpasar untuk penanganan Covid-19. Dan mereka sudah kami data tinggal tunggu proses," ujarnya.7mis
Komentar