Mimpi Bertemu Pocong dan Ceburkan Diri ke Laut
Nasib apes menimpa Made Angga Pratama, 14, asal Jalan Gagak, Kelurahan Kampung Anyar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Nyawanya melayang setelah mengalami kecelakaan di KM 3, Jembatan Banyuasri, Kelurahan Banyuasri, Kecamatan, Kabupaten Buleleng, Sabtu (10/9).
Firasat Jalan Kematian Atlet Muay Thai, Made Angga Pratama
SINGARAJA, NusaBali
Kepergian Angga, demikian panggilan bocah ini, menyisakan sejumlah kenangan bagi orang-orang terdekat. Selain aktif di olahraga Muay Thai, ia ikut di Cabang Olahraga (Cabor) Wushu. Sebelum meninggal, ia berlatih serius agar tembus di kejuaraan Wushu tingkat nasional di Surabaya 2016 nanti.
Hal tersebut dibenarkan pelatih Angga, sekaligus Ketua Pengkab Muay Thai Indonesia Buleleng Gede Sedana Sanjaya, Senin (12/9). Ia menuturkan, Angga memulai karirnya di olahraga beladiri sejak tiga tahun lalu. Angga disebut pertama kali bergabung di sasana Wira Muda Bali. Ia menekuni Wushu sejak setahun lalu di Wushu SMAN 1 Singaraja.
Selama menekuni hobinya, Angga dikenal sebagai sosok pendiam. Namun tekadnya untuk dapat meraih prestasi yang terbaik sangat keras. Angga berhasil mempersembahkan medali emas di Kejuaraan Muay Thai Nasional kelas 48 kilogram 2015 di Jakarta dan memperebutkan piala Presiden digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga. Angga juga dikenal sebagai atlet terbaik Buleleng. Saat itu, ia satu-satunya dari lima atlet Muay Thai dari Bali yang berhasil membawa pulang medali. Saat Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali 2015, ia juga mempersembahkan medali perak kategori Wushu Toulu. “Kami sangat merasa kehilangan, karena Angga adalah atlet terbaik kami. Mudah-mudahan ia mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan,” kenangnya.
Hingga saat ini jenazah Angga disemayamkan di rumah duka, Tri Suci Buleleng, Jalan Kalimantan, Kelurahan Kampung Baru, Buleleng. Keluarga rencananya akan menggelar upacara kremasi anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Nyoman Budiasa - Made Suartini di Kremasi Tri Suci Lingga, Kelurahan Banyuasri, Buleleng, Selasa (13/9) ini, pukul 10.00 WITA.
Kata ayahnya, Budiasa, Angga juga aktif di group band dan Pramuka. Belum lama ini, Angga ikut Jambore Provinsi Bali untuk Pramuka penggalang se-Bali di Margarana, Tabanan. “Saya bebaskan anak saya ikut apa saja yang penting kegiatannya positif,” katanya. Budiasa mengaku telah mengikhlaskan kepergian Angga untum selamanya.
Saat kejadian, menurut Budiasa, Angga berpamitan akan berangkat ke Festival Lovina. Kebetulan saat itu ayahnya sedang membuka stand disana. Hanya saja ia berangkat belakangan dengan ayah ibu dan adiknya yang kini masih duduk di bangku SD kelas IV. Angga pamit berangkat sekitar pukul 15.00 Wita kepada ayahnya melalui pesan singkat (SMS). Namun hingga pukul 17.00 Wita, ia tidak kunjung datang, padahal jarak antara rumah dan lokasi Festval Lovina dapat ditempuh selama 15 menit. Hingga akhirnya ayahnya mendapat kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan. Saat disusul ke rumah sakit, jenazah Angga sudah ada di kamar mayat.
Sebelum kepergiannya, Angga sempat menceritakan sejumlah mimpi buruknya kepada sang ayah. Ia mengaku beberapa kali selama dua pekan mimpi buruk bertemu dengan pocong, mimpi minta digendong dan menceburkan diri ke laut. Tetapi mimpi-mimpi tersebut tidak ditanggapi serius oleh ayahnya.
Hingga beberapa hari sebelum kejadian, ibunya Made Suartini menemukan seutas benang merah di rumahnya. Tidak diketahui darimana asal benang tersebut. Tetapi menurut kepercayaan umat Tri Suci, benang merah adalah lambang dan dipakai oleh orang yang sudah meninggal. “Tetapi kami sudah mengikhlaskan, mungkin ini adalah takdir dan jalan hidupnya. Kami hanya bisa berdoa agar dia mendapat tempat yang baik di sisi Tuhan,” ungkap Budiasa. * k23
Komentar